Monday, January 13, 2014

Jerami Santo Thomas

Santo Thomas Aquinas pujangga gereja adalah santo pelindung kaum terpelajar, sekolah dan universitas, filsuf, pelajar, teolog, juga penerbit dan penjual buku, sampai-sampai juga pembuat pensil. Maklumlah buah karya tulisnya (yang paling tersohor Summa Theologica dan Summa Contra Gentiles) menjadi salah satu tonggak dalam gereja Katolik.

Thomas lahir dari keluarga bangsawan Italia (28 Januari 1225. Tanggal 28 Januari dirayakan gereja sebagai pesta wajib). Sejak usia lima tahun Thomas mendapatkan pendidikan yang unggul. Rupa-rupanya latar belakang pendidikannya ini membuatnya memilih menjadi Imam Dominikan meski mendapat tentangan hebat dari keluarganya (sampai-sampai mereka sempat memenjarakan Thomas selama setahun dalam sebuah Puri supaya Thomas mengurungkan niatnya ini).

Saat Thomas melanjutkan studi di Paris, bentuk fisik dan sifat pendiamnya membuat ia  dijuluki "kerbau dungu" oleh teman-temannya. Julukan yang tidak elok ini sungguh tidak tepat. Seperti sudah disebutkan, Thomas tumbuh menjadi pujangga gereja yang menulis puluhan karya tulis yang sampai hari ini (Thomisme) masih dipelajari dibangku kuliah teologi.
Minat utama Thomas adalah soal studi,pendidikan dan intelektual. Maka ia menolak tawaran menjadi Uskup di Napoli atau jabatan-jabatan lain dalam hirarki.

Thomas dikanonisasi 50 tahun setelah wafat (1823). Karya tulisnya diajukan sebagai satu bukti mujizat (salah satu syarat mendapat gelar Santo/Santa adalah adanya mujizat). "Tot miraculis, quot articulis" artinya "ada demikian banyak mujizat dalam hidupnya, sebanyak artikel dalam karyanya Summa yang adalah ribuan jumlahnya".

Namun kiranya ada satu keajaiban lain yang dialami Santo Thomas dalam hidupnya. Suatu kali ia nampak bercucur air mata kala berdoa didepan ikon Kristus yang disalib. Kristus bertanya: "engkau sudah menulis demikian bagus tentang aku Thomas. Apakah ganjaran yang engkau dambakan?. Thomas menjawab "Nothing but you, Lord".  Sejak peristiwa itu Thomas mengabaikan penyelesaian karya tulisnya. Manakala ditanya kenapa ia menjawab "mihi videtur ut palea" (semua yang kutulis nampak bak jerami bagiku). Dua tahun kemudian Thomas wafat. Sebelum menghebuskan nafas terakhirnya Thomas berdoa: cinta padaMu-lah yang membuat aku teguh dalam panggilan hidupku.

Pengalaman mistik Santo Thomas -yang memandang karya agung intelektualnya- cuma seukur rumput kering boleh menjadi kiranya sumber renungan kita. Hidup Santo Thomas menjadi teladan kerendahan hati. Sekaligus dapat kita lihat disana bahwa mengalami Allah secara pribadi adalah sebuah pengalaman yang tak terperikan dengan kata-kata. Thomas dalam kapasitas intelektualitasnya menulis ratusan ribu kata demi memerikan Allah yang Maha Agung itu, namun Thomas setelah mengalami Allah secara istimewa berhenti menulis.  Semua cuma jerami. Ut Palea