Untuk natalan kali ini sebuah panitia tempatan menargetkan menghadlirkan pendeta kondang berambut rapi jali dan penyanyi hitam manis dari wilayah timur. Dana yang diperlukan berlipat-lipat dan panitia terengah pontang-panting mencari dana. Boleh ditanya - siapa suruh ? Natalan heboh mungkin bagus tetapi kok bagiku itu ibarat membungkus hadiah murahan dengan kertas emas. Untuk apa ? whom are we kidding ?
Mungkin kristianitas telah ber-evolusi menjadi agama perayaan - dimana ketaatan beragama diukur dengan meriahnya lagu dan tarian, dengan khotbah yang meledak-ledak dan parade artis-artis. Bagiku kristianitas macam begini adalah sebuah kehampaan yang sia-sia. Jika ini sungguh yang dicari maka mari kita menjadi event organizer semua. Yang pandai merancang acara extravaganza dan hura-hura.
Mungkin setiap zaman punya marker yang berbeda. Kristianitas abad awal ditandai dengan martir dan pengorbanan, dengan pengkhotbah keliling dan pertobatan. Setelah menjadi agama negara kristianitas menjadi kekuatan politik yang haus kekuasaan dan atribut. Abad pertengahan kristianitas (di barat) sibuk berkelahi satu sama lain dan skisma (dibarat) meliberalisasi interprestasi. Abad mutakhir ini kristen macam apa yang tampil dipanggung dunia? Apakah karitas ala Teresa Kalkuta atau gereja pentas 'bru-ha-ha' ala amerika? Apakah kristianitas masih punya semangat hidup yang menarik manusia ? atau sekadar relik masa lalu yang kehilangan daya hidupnya ?
well, pertanyaan macam ini seperti 'jauh dari panggang dari api' - karena panitias bergegas-2 merencanakan perayaan yang super meriah. Untuk apa ? Oh tidak ada yang punya waktu untuk bertanya - lagi pula mereka sudah terbiasa untuk tidak bertanya-tanya. Natal itu artinya perayaan bukan ? semakin meriah tentu semakian menyenangkan Allah ! Iya kah ?
As if we do really know what He/She thinks
Sapere aude
No comments:
Post a Comment