Menurut blog ini the Beatles menciptakan hit "Let it be" dengan inspirasi dari Injil Luk. Sementara link lain bercerita bahwa Mother Mary dalam bait lagu itu sama sekali tidak mengacu pada Bunda Maria dalam gereja Katolik, melainkan ibunda Paul McCartney sang pencipta lagu. Demikianlah - kita melihat apa yang kita ingin lihat - forget about the 'truth'.
Lihat batang pohon disebelah ini - sebagian orang melihat 'Bunda Maria' disana - sehingga mereka memandang benda ini sebagai sesuatu yang istimewa. What about the 'truth' ? jawabnya : “It’s doing no harm and it’s bringing people together from young and old to black and white, Protestant and Catholic, to say a few prayers, so what’s wrong with that? There’s enough violence and intolerance going on in the world,”
Konon evolusi membuat kita cenderung melihat apa yang ingin kita lihat - lebih baik kadang salah lihat tetapi selamat - misal- seonggok batu mirip macan membuat leluhur kita lari terbirit-birit. Ia selamat, tentu saja - lha wong cuma batu - karena ia lari, meski salah lihat. Tetapi kalau ternyata ia benar dan itu macan, maka ia gagal mewariskan gennya dan keturunannya tidak mewarisi bumi.
Yang mewarisi bumi ini adalah orang-orang yang punya kecenderungan salah lihat (asal selamat). Dan kecenderungan ini inherent dalam otak kita. Kalau dikaitkan dengan agama (dimana orang tidak terlalu di encourage untuk bertanya, tetapi untuk mengimani dan mengamini - banyak tanya mah pamali) kecenderungan ini bisa-bisa kebabablasan. Lagi pula fokus agama adalah yang tidak nampak - jelas-2 bukan hal yang mudah dan gamblang.
Menyambung cerita diatas pastor setempat berkata “While we do not wish in any way to detract from devotion to Our Lady, we would also wish to avoid anything which might lead to superstition,” Tetapi bisa terjadi klenik menurut kita adalah agama bagi orang lain. Coba simak cerita tentang Cargo Cult. Di kawasan lautan pasifik dijumpai kepercayaan orang-orang asli bahwa mereka bisa mendapatkan "..the material wealth (the "cargo") of the advanced culture through magic and religious rituals and practices, believing that the wealth was intended for them by their deities and ancestors. ...". Mereka melihat orang-orang bule menikmati benda-benda modern dan lantas mereka percaya bahwa lewat ritus religius mereka bisa mendapatkan hal yang sama. Lalu mereka membuat landasan pesawat, membuat tower dari bambu, membuat tiruan pesawat supaya para dewa mengirim 'cargo' seperti yang diterima orang-orang bule ini. Tahayul ? mungkin demikian kata kita, tetapi mereka sungguh beriman pada agama mereka. Jangan-jangan agamaku juga tahayul (atau pernah merupakan tahayul) bagi orang lain
Who knows ? Kita mungkin tidak pernah bisa melihat segala sesuatu seperti apa adanya, Naked. Maklumlah survival kita -konon- dipengaruhi kemampuan kita melihat apa yang kita ingin lihat.
No comments:
Post a Comment