Pagi ini aku dengar Jacko tutup usia. Konon 2 bulan kurang dari genap usia 51 tahun. Di CNN kudengar komentar yang bagus tetang kariernya. Jacko ini nampak dewasa sekali manakala ia meraih sukses luar biasa lewat album Thrilernya, tetapi belakangan ia nampak makin tua makin kekanak-kanakan (apalagi setelah operasi plastik yang over-dosis itu).
Rupa-rupanya puncak itu cuma satu kali. Setelah lewat orang harus berpisah dan dengan rela melangkah kedepan. Come-back adalah pengecualian.
Lihat saja-sebagai misal- karier anggota the Beatles. Setelah Beatles pecah -secara individual- mereka tidak sampai bisa meraih kesuksesan masa lalu mereka bersama. Aquinas tidak selesai menulis bagian ke-3 dari Summa-nya. Kukira Einstein pun meninggal tanpa lengkap merampungkan teori yang ia mulai. Manusia mungkin macam bunga dipadang yang hari ini mekar esok layu dan lusa mati. C'est la vie. Dan dengan rada sinis pengkhotbah menulis: "kemudaan dan hidup adalah sia-sia" (Pkh 11:10)
Mungkin Pengkotbah memang sinis (coba saja hitung kata-kata "sia-sia" dalam kitabnya). Tetapi kurasa ia mau mengajarkan bahwa hidup adalah seni menggenggam sementara dan melepaskan jika waktunya telah tiba. Semua adalah kesementaraan belaka. Masa muda harus dilepaskan, masa tua harus dijelang dan diterima. Kesuksesan dan puncak boleh dinikmati, tetapi tidak bisa digenggam erat seolah itu bisa jadi milik kita yang abadi.
Hidup adalah aliran dan sia-sia jika kita mau berhenti disatu titik. Perhentian dialami saat badan membusuk. Dan hendak berhenti ditengah jalan adalah tindakan pembusukan yang futile dan self-destructive.
No comments:
Post a Comment