Agama yang saya lumayan kenal (kristianitas) tiba-tiba menjadi rada ganjil dibenak saya. Pertanyaan saya adalah seputar hal bersalah alias dosa. Tanpa konsep dosa kristianitas menjadi tidak mungkin - ibarat sebuah bilangan dibagi dengan nol- sulit dibayangkan. Yang saya pahami kristianitas berengselkan peristiwa Yesus - yang adalah juru selamat. Sudah tentu konsep juru selamat mengandaikan "ketidak-selamat-an". Mengapa pula ada ketidak-selamat-an ? Karena pemberontakan manusia alias dosa.
Manusia yang memberontak ini disebabkan -konon- kehendak bebasnya. Rada ganjil juga memahami ini - karena ibarat manusia itu ceroboh dan memilih yang jelek karena ia bebas, padahal pilihannya jelek.
Anyway- manusia yang tidak bebas tidak mungkin mencintai - karena mencinta dalam paksa atau demi imbalan adalah cinta yang palsu. Maka Allah yang adalah cinta sejati tidak bisa tidak selaian mendesain manusia bebas yang bisa berdosa.
Lha manusia yang berdosa ini tidak selamat dan oleh sebab itu ia perlu diselamatkan. Maka juru selamatpun dijadikan bagian rencana keselamatan. Sejak semula, sejak selama-lamanya.
Kalau logika ini benar maka the whole bussiness of keselamatan bisa dipahami macam soal intern Allah menghadapi desainnya sendiri i.e. manusia yang bebas.
Satu langkah lanjutan dari logika ini adalah : hal keselamatan adalah given. Allah yang tidak bergegas menyelamatkan adalah bukan Allah -karena Deus Est Caritas. Oleh sebab itu tidak perlu terlalu merasa bersalah kalau berdosa - tokh itu bagian dari desain.Lebih bagus mrencanakan untuk menjadi lebih baik -alih-alih menenggelamkan diri pada rasa bersalah ("karena dosaku IA mati"- not necessarily true)
Aku kok merasa logikaku ini tidak sejalan dengan katekismus. Disisi lain kupikir agama yang menekankan pada pasal "rasa bersalah" atau "hutang" kok bikin kerdil juga
Anyway- manusia yang tidak bebas tidak mungkin mencintai - karena mencinta dalam paksa atau demi imbalan adalah cinta yang palsu. Maka Allah yang adalah cinta sejati tidak bisa tidak selaian mendesain manusia bebas yang bisa berdosa.
Lha manusia yang berdosa ini tidak selamat dan oleh sebab itu ia perlu diselamatkan. Maka juru selamatpun dijadikan bagian rencana keselamatan. Sejak semula, sejak selama-lamanya.
Kalau logika ini benar maka the whole bussiness of keselamatan bisa dipahami macam soal intern Allah menghadapi desainnya sendiri i.e. manusia yang bebas.
Satu langkah lanjutan dari logika ini adalah : hal keselamatan adalah given. Allah yang tidak bergegas menyelamatkan adalah bukan Allah -karena Deus Est Caritas. Oleh sebab itu tidak perlu terlalu merasa bersalah kalau berdosa - tokh itu bagian dari desain.Lebih bagus mrencanakan untuk menjadi lebih baik -alih-alih menenggelamkan diri pada rasa bersalah ("karena dosaku IA mati"- not necessarily true)
Aku kok merasa logikaku ini tidak sejalan dengan katekismus. Disisi lain kupikir agama yang menekankan pada pasal "rasa bersalah" atau "hutang" kok bikin kerdil juga
No comments:
Post a Comment