Seorang teman yang dosen psikologi disebuah perguruan tinggi Surabaya memberi tip bagaimana cara menghadapi "verbal abuse" alias ejekan macam: Anjing kamu !
Katanya, katakan pada sang pengejek demikian: "oh aku bukan cuma anjing, tetapi aku juga serigala, babi, kerbau, sapi, dan you name it..."
Pendeknya - ejekanmu bukan cuma benar, tetapi sesungguhnya saya lebih jelek dari yang engkau sangkakan.
Aku jadi ingat ceramah de Mello SJ , dia bilang salah satu cita-citanya adalah menulis buku berjudul: I am and ass and you are an ass. (Catatan: kata "ass" disini diartikan sebagai orang bodoh, yang adalah plesetan dari buku kondang: I am OK and you're OK). De Mello SJ mau mengatakan bahwa : jangan gundah kalau orang mengejekmu - apa sebenarnya yang ia harapkan dari seorang bodoh (an ass). Kau mengatakan bahwa aku ceroboh?bodoh? dsb...hei, bukankah demikian defisini an ass?
Mengambil sikap relaks seperti ini kiranya akan melepaskan kita dari tekanan bathin yang tidak perlu. Kita memang tidak sempurna bukan ? Kita punya kekurangan (disamping kelebihan, tetapi fokus tulisan ini adalah hal kekurangan kita yang dijadikan sasaran abuse pihak lain). Bukan lantas hendak melepaskan tanggung-jawab untuk selalu berusaha menjadi lebih baik lagi, tetapi lebih-lebih tujuannya adalah menyingkirkan gangguan yang tidak perlu. Tidak ada yang marah kalau anda menepuk nyamuk pengganggu bukan?
Lanjut de Mello SJ lagi, "you are not OK, you are not not OK, you are you!". Kita tidak sadar demikian besarnya tekanan masyarakat yang kita alami sehari-hari. Kerap kekuatan ini ditunggangi oleh para pembonceng nakal misal: tukang dagang (belilah mode terbaru), politisi (pilihlah saya) dan bukan tidak mungkin kita dihasut untuk membenci dan pergi berperang. Kekuatan ini berhasil menguasai kita karena kita punya kelemahan yang mudah sekali di eksploitasi: kita selalu haus akan penerimaan/approval. Dan masyarakat mampu membuat kita berbuat apa saja yang ia kehendaki karena kita selalu memerlukan jempol OK dari mereka. Hanya sedikit dari kita yang mampu berkata tidak pada tekanan ini.
Namun kalau kita renungkan, sebenarnya tidak terlalu rumit juga cara melepaskan diri dari tekanan ini. Dari sisi sini, kalau kita mampu jujur melihat diri sendiri, apa adanya, dan tidak ambil pusing dengan tipuan rasa haus akan penerimaan kiranya kita akan jadi orang yang lebih waras. Kita tahu mana yang baik dan mana yang cuma hasutan. Dan terlebih-lebih hal ini akan membebaskan kita, untuk memusatkan diri pada yang sisi-sisi baik kita.
Maka, lain kali anda dengar diejek - katakan saja (dalam hati): "Oh aku juga serigala dan an ass"
Friday, January 30, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Selamat atas BLOG barunya. Pandangan yang kritis, mengimbangi apa kerap diyakini secara umum. Semoga terus produktik menulis, juga membaca.
ReplyDeleteSalam.
Heri Kartono.