Mengomentari peristiwa bom di Jakarta hari ini seorang teman menulis: "Mari kita satukan doa biarlah kasih setia Allah Bapa melindungi dan menyelamatkan negeri kita". Ucapan yang baik maksudnya - tetapi tidak urung membuat saya bertanya : apa persisnya fungsi doa itu sesungguhnya ?
Konon ada tiga persepsi keliru tentang doa:
1): "Tuhan tidak campur tangan dalam kejadian di dunia ini."
2): "Semua sudah diatur dan ditakdirkan Tuhan, sehingga berdoa tidak mengubah apapun."
3): "Berdoa dapat mengubah keputusan Tuhan."
Alih-alih, doa adalah ".. ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan". Mungkin terlalu sederhana jika hal ini kita katakan dihadapan peristiwa bom ini. Seolah kita tidak punya perasaan, dingin dan mati rasa.
Jika memang doa tidak mengubahkan apa-apa (keliru no.2) maka doa yang berisi harapan manusiawi malah bisa membuat kita kecewa pada Tuhan (yang tidak bisa kita perintah/bujuk semau kita - hence keliru no.3). Tetapi disisi lain - tidak berdoa dan tidak berharap pun dibilang keliru (no.1). Alhasil disimpulkan : doa itu macam sebuah gumaman. Entah susah atau senang.
Jika memang demikian - mungkin lebih positif jika doa diganti meditasi. Meditasi diantaranya membuat kita lebih teduh dan tenang. Dan dalam peristiwa macam bom tadi - ketenangan diri jelas positif dalam menyelesaikan masalah. Meditasi boleh disatukan dengan 'gumaman' itu tadi atau 'sekuler' (olah nafas) - kiranya hasilnya akan sama
Apakah Tuhan menjadi marah kalau kita ganti doa dengan meditasi sekular ini ? I doubt it. Aku yakin Dia Maha Bijak untuk menjadi marah dan merajuk
No comments:
Post a Comment