Berita-berita perihal pengurangan subsidi BBM ditanah air mengingatkan saya pada Santo Paulus. Dalam 1 Kor 11 kita baca Paulus berkata "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu". Lantas apa hubungannya dengan subsidi ? Konon subsidi yang bermakna "bantuan" ini berakar kata bahasa Latin: Sub + Sedere. Sub = dibelakang/dekat, Sedere = duduk, tetap pada suatu tempat, tidak bergerak. Boleh kita pahami bahwa dari satu sisi subsidi mengandaikan bahwa diperlukan bantuan supaya orang bisa tidak cuma tinggal ditempat yang sama. Tanpa subsidi orang kesulitan untuk maju, alias mandek.
Paulus mengingatkan bahwa dalam hal spiritualitas orang perlu selalu bertumbuh. Tanpa pertumbuhan kita tinggal menjadi kanak-kanak spiritual. Tidak disebutkan persis oleh Paulus apa yang dia pikirkan tentang kanak-kanak, tetapi tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa pada umumnya kanak-kanak masih memerlukan bimbingan, dukungan, pertolongan. Pendeknya : subsidi.
Secara simbolik kita dianggap dewasa secara spiritual manakala kita menerima sakramen Krisma. Didalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja seperti para rasul yang menerima Roh Kudus saat Pantekosta. Tetapi boleh kita refleksikan masing-masing sejauh mana hal ini kita wujudkan dalam praksis nyata.
Konon ada tiga tahapan menuju tahap dewasa iman ini : Inform - Inspire - Ignite. Dalam tahap inform kita disuapi informasi, pendalaman iman, renungan, rekoleksi, dsb. Selanjutnya dalam Inspire kita membathinkan, menginternalisasi, membuat segenap masukan tersebut menjadi bagian jati diri kita. Akhirnya kita Ignite dan menyala menjadi suluh dan asin sebagai garam. Di tahap manakah kita sekarang ini ? Apa kita masih perlu subsidi Inform? hingga kapan? apakah kita masih kanak-kanak seperti yang dikatakan Santo Paulus?
Menjadi pergumulan masing-masing dari kita untuk tumbuh dalam hal iman. Sebagian mengalami bahwa "peristiwa batas" kadang justru membuat kita keluar dari kepompong dan memasuki tahap kedewasaan. Peristiwa batas itu adalah krisis-krisis dalam kehidupan kita. Lewat krisis orang bisa mengalami bahwa pola pikir lama tidak bisa lagi ia andalkan, bahwa kita harus melangkah keluar dari comfort zone, bahwa dibalik malam kelam ada pagi yang hangat dan menyegarkan.
Hilangnya subsidi jelas dapat dipandang sebagai sebuah krisis, tetapi disisi lain krisis dapat dipandang sebagai sebuah tantangan dan undangan untuk melangkah dan meraih kedewasaan.
No comments:
Post a Comment