Hiddink melempar handuk tanda menyerah manakala tim Biru London ditahan tanpa goal oleh tim biru dari Merseyside. Katanya : “Mathematically, there may still be a chance. But we have to be realistic".
Ada saat menjadi optimis, kadang kita harus pesimis, tapi yang konstan adalah menjadi reliatis. Realitis tetap harus dijaga, entah kita memilih optimis atau pesimis. Tentu asumsinya adalah bahwa pilihan-pilihan ini kita lakukan dengan sadar.
Yang kerap terjadi adalah tanpa sadar kita bias pada satu pilihan - kita cenderung pesimis melulu atau optimis membuta. Lupa bahwa menjadi bias macam ini adalah jelas tidak selalu menguntungkan. After all, pesimis atau optimis adalah sekadar cara memandang belaka. Kenyataan tidak pernah telanjang kita lihat, kenyataan selalu terbungkus lapisan khayal yang kita tempelkan tanpa sadar.
Misal sebuah gelas bervolume 100 ml yang berisi 50 ml cecair bisa disebut setengah kosong (pesimis) atau setengah penuh (optimis), tetapi yang pasti benar adalah 50 ml. Baik pesimis ataupun optimis gagal mengisolasi kenyataan pada kini dan disini, karena keduanya memberi interpretasi lanjutan yang belum tentu benar. Yang pesimis (setengah kosong) memprediksi bahwa sebentar lagi isinya menguap habis, sementara sang optimistis (setengah penuh) menyangka bahwa sebentar lagi akan ada isi ulang. Keduanya gagal mengisolasi kenyataan pada kini dan disini (50 ml).
Menjadi pesimis diperlukan kalau resiko kegagalan adalah maut. Misal : pilot perlu melakukan cek dan ricek sebelum menerbangkan pesawat. Ia tidak boleh optimis bahwa semuanya berjalan lancar. Tetap perlu di ricek lagi. Optimisme perlu manakala orang mengalami kegagalan. Optimisme mendorong kita untuk mencoba lagi dan tidak menyerah. Namun demikian keduanya perlu ditemani dengan semangat menjadi realistis.
Realistis yang hendak melihat realita sebagaimana adanya tentu tidak mudah. Lagi-lagi karena kita gemar memberi interpetasi pada kenyataan. Kuncinya kiranya adalah awareness. Kesadaran. Tiap kali kita menilai sesuatu coba perhatikan apakah kita mengatakan itu "setengah kosong"atau "setengah penuh"? Nah, kalau kita sempat berkata salah satu dari kedua pilihan itu segera ambil gelas ukur !
No comments:
Post a Comment