Ditoko buku paroki Buah Batu ndilalah saya jumpai 2 kopi kaset koor Gema zaman baheula. (Cruce Signati dan Per Signum Crucis). Dalam keharuan nostalgik kedua kaset itu saya putar dan kenangan masa lalu berlompatan kepojok-pojok ruangan.
Apa yang terjadi jika masa lalu menyapa dan memenuhi cakrawala (BTW: dalam kaset ini lagu2 buku biru dikemas rudimentari – dengan sekadar gitar dan sejumput organ- bak latihan koor sabtu sore, polos jujur dan tanpa interpretasi) ?
Lebih 20 tahun sudah berlalu dari masa keGEMAan saya, lalu apa yang muncul dalam reuni impersonal dengan sekumpulan nada masa lampau ?
Sepanjang pengalaman ber-reuni saya, nostalgia tidak lebih berupa kegiatan kolektif mengunyah-ngunyah kenangan liwat, lagu lama, percikan2 masa lalu. Biasanya setelah beberapa jenak kita akan terdiam karena kehabisan bahan. Masa lalu – a distant in time- tokh memudar dan tinggal bersisa beberapa tonggak saja. Dan itu tidak terlalu banyak juga.
Namun reuni impersonal saya dengan kedua kaset ini memercikan dimensi lain. Masa lalu keGEMAan saya tokh tinggal tetap. Tidak terulang lagi (dan buat apa juga?) namun saya sudah beranjak dalam 20 tahun lebih ini. Dan dalam jarak – a distant in time- kenangan itu sekarang bicara lain, karena saya tokh bukan lagi seorang muda jerawatan kebak hormon lebih dari 20 tahun lalu.
Dan seperti menikmati teh hangat, nostalgia ini saya seruput pelan-pelan. Saya resapi bahwa tanpa masa keGEMAan saya, saya tidak akan jadi seperti sekarang saya ini.
Ibarat pelaut memandang mercusuar diufuk yang telah jauh ia tinggalkan. Ia bersyukur karena tahu pasti bahwa jika ia luput menangkap sinar mercusuar itu ia mungkin telah kandas atau sesat.
Dan kehangatan sapa seorang sahabat saya alami kembali dan sungguh itu menguatkan saya. GEMA sungguh seorang teman dalam perjalanan ziarah saya. Seperti dua murid yang berjalan menuju Emaus dalam kalut, GEMA menemani masa muda saya yang tidak kurang kalutnya. Ia sabar dan setia. Dan kiranya sekarang saya lihat sisi lain GEMA, seperti kedua murid yang tercelikkan mata saat Yesus membagi roti dan anggur.
Dalam cerita Emaus kedua murid yang terubahkan bergegas kembali ke Yerusalem, sebagai orang2 yang disemangati. Kira saya -dalam skala dan versi lain- sayapun mengalami emaus saya lewat reuni impersonal saya malam ini
No comments:
Post a Comment