Saturday, January 31, 2009

Memang hargamu berapa?

+: Aku marah karena tidak merasa ditanggapi serius !
-: Apa yang kau rasakan kalau kau dibegitukan ?
+: Aku merasa tidak dihargai seperlunya !
-: Memang hargamu berapa ?

Apa sebenarnya yang kita maksud dengan harga diri ? Harga kita berapa sebenarnya ? Dari mana kita tahu harga kita ini ? Apa kita cek sebentar ketoko sebelah ? atau cari-cari di internet ? Apakah semua orang punya harga diri yang sama ? Kalau kita ditawar terlalu rendah lalu bagaimana ? Sebaliknya kalau dihargai terlalu mahal pun apa impaknya ?

Pertanyaan mendasar sebenarnya adalah: apakah kita bergantung pada orang dalam mendapatkan asupan harga diri kita sehari-hari? Apakah kalau orang tidak memperlakukan diri kita seoerti kita mau kita lantas mati ? atau jadi bisulan? atau ini hanya sekadar ilusi hayal kita sendiri ?

Sudah tentu kita berhak untuk diperlakukan layak, misal dihormati haknya sebagai warga negara, warga masyrakat, konsumen, pelajar, pegawai, dsb. Tidak hendak didebat disini. Kalau jalur antrian anda diserobot maka wajar kalau anda menggugat si tukang serobot karena ia tidak mematuhi aturan main. Bukan karena harga diri anda diserang. Kalau penjaga warung tidak menghiraukan anda yang berdiri didepannya hendak memesan, cukup anda pergi saja dari sana. Dia memang tidak berminat melayani anda. Tidak usah dianggap sebagai pelanggaran pada kehormatan anda. Anda tetap saja seorang yang bermatabat, entah jadi makan diwarung itu atau tidak.

Kiranya yang jadi kunci adalah bahwa kita tidak memerlukan persetujuan/approval dari siapapun dalam hal menilai martabat kita sendiri. Integritas diri kita - terlebih-lebih adalah soal pribadi. Anda tahu siapa anda (atau jangan-jangan anda tidak tahu?), dimana sisi lemah dan sisi baik anda, dimana anda perlu memperbaiki diri dan dimana anda sudah mencapai tingkat yang dapat anda banggakan.

Dari sisi ini, teoritis, kita tidak perlu meradang dan mengatakan bahwa orang lain tidak cukup menghargai anda. Mengapa membiarkan diri anda dibawah kendali orang lain ? Kalau orang bertepuk tangan anda merasa disanjung, kalau orang memalingkan wajah anda terpuruk dan gundah. Mungkinkah kita jadi semacam robot dengan tombol-tombol? pencet tombol merah dan kita melompat, pencet tombol yang biru dan kita jadi sendu. Alangkah tidak manusiawinya !

Jangan biarkan penonton mengambil hak menilai diri kita. Kita sendiri yang tahu bahwa kita kita ini sungguh bermartabat - sungguh punya harga diri.


(watch) Every breath you take

Sebuah buku menyarankan untuk memperhatikan cara kita bernafas ,boleh dikata setiap saat, lebih-lebih saat kita sedang mengalami ketegangan. Kiranya buku ini menyarankan bahwa tubuh kita adalah semacam mesin yang konsisten. Artinya yang terjadi disatu pinggir akan dicerminkan dipinggir lain. Waktu kita mengalami ketegangan -apapun alasannya- maka tubuh akan bereaksi mengantisipasi ketegangan tersebut. Dalam hal nafas, saat kita tegang kita bernafas lebih cepat dari biasa. Ketegangan rupanya membuat tubuh memerlukan udara lebih banyak dan akibatnya kita bernafas lebih intens, lebih pendek-pendek.

Nah, menurut buku ini jika kita hendak mengendurkan ketegangan mudah saja caranya. Amati saja bagaimana cara kita bernafas. Nafas kita memburu? Aha ! kita sedang mengalami ketegangan. Mungkin tidak terlalu jelas apa penyebabnya, tidak terlalu penting disini, yang jelas kenyataan nafas memburu mengisyaratkan bahwa ketegangan sedang menghinggapi kita.

Jangan biarkan nafas yang memburu ini menguasai anda. Alih-alih, andalah yang harus ambil kendali. Tarik nafas dalam-dalam, jangan menyerahkan kendali pada naluri anda. Lo and behold, secara ajaib mestinya anda akan menjadi lebih tenang.

Bagaimana bisa ?

Prinsip dasar yang dianut disini adalah bahwa tubuh kita adalah semacam mesin yang konsisten. Jika satu sisi mengalami gangguan, maka sisi lain akan konsisten bereaksi seperlunya. Yang kita lakukan tadi adalah memaksa badan untuk bernafas lebih lambat, lebih dalam, sebagaimana cara kita bernafas manakala kita dalam keadaan relaks. Akibatnya bagian lain dari tubuh akan terpaksa pula konsisten bereaksi. Dalam hal ini menjadi lebih relaks.

Manakala kita relaks, benak lebih bisa mengambil kendali lebih lanjut. Apapun yang kita hadapi - kita boleh sepakat bahwa emosi tidak terlalu bermanfaat dalam menyelesaikan masalah. Saat anda tenang - saat emosi tidak pegang kemudi, masalah apapun pastilah dapat diselesaikan dengan lebih baik

Dari sisi sini, adalah disarankan untuk sering-sering mengamati bagaimana kita bernafas. Kalau ada tanda-tanda nafas kita menjadi lebih cepat, lebih pendek-pendek - waspadalah, anda sedang mengalami ketegangan. Jangan tunggu lama, segera tarik nafas dalam-dalam, dan anda akan menjadi lebih tedung dan tenang.


Friday, January 30, 2009

Aku juga serigala

Seorang teman yang dosen psikologi disebuah perguruan tinggi Surabaya memberi tip bagaimana cara menghadapi "verbal abuse" alias ejekan macam: Anjing kamu !

Katanya, katakan pada sang pengejek demikian: "oh aku bukan cuma anjing, tetapi aku juga serigala, babi, kerbau, sapi, dan you name it..."
Pendeknya - ejekanmu bukan cuma benar, tetapi sesungguhnya saya lebih jelek dari yang engkau sangkakan.

Aku jadi ingat ceramah de Mello SJ , dia bilang salah satu cita-citanya adalah menulis buku berjudul: I am and ass and you are an ass. (Catatan: kata "ass" disini diartikan sebagai orang bodoh, yang adalah plesetan dari buku kondang: I am OK and you're OK). De Mello SJ mau mengatakan bahwa : jangan gundah kalau orang mengejekmu - apa sebenarnya yang ia harapkan dari seorang bodoh (an ass). Kau mengatakan bahwa aku ceroboh?bodoh? dsb...hei, bukankah demikian defisini an ass?

Mengambil sikap relaks seperti ini kiranya akan melepaskan kita dari tekanan bathin yang tidak perlu. Kita memang tidak sempurna bukan ? Kita punya kekurangan (disamping kelebihan, tetapi fokus tulisan ini adalah hal kekurangan kita yang dijadikan sasaran abuse pihak lain). Bukan lantas hendak melepaskan tanggung-jawab untuk selalu berusaha menjadi lebih baik lagi, tetapi lebih-lebih tujuannya adalah menyingkirkan gangguan yang tidak perlu. Tidak ada yang marah kalau anda menepuk nyamuk pengganggu bukan?

Lanjut de Mello SJ lagi, "you are not OK, you are not not OK, you are you!". Kita tidak sadar demikian besarnya tekanan masyarakat yang kita alami sehari-hari. Kerap kekuatan ini ditunggangi oleh para pembonceng nakal misal: tukang dagang (belilah mode terbaru), politisi (pilihlah saya) dan bukan tidak mungkin kita dihasut untuk membenci dan pergi berperang. Kekuatan ini berhasil menguasai kita karena kita punya kelemahan yang mudah sekali di eksploitasi: kita selalu haus akan penerimaan/approval. Dan masyarakat mampu membuat kita berbuat apa saja yang ia kehendaki karena kita selalu memerlukan jempol OK dari mereka. Hanya sedikit dari kita yang mampu berkata tidak pada tekanan ini.

Namun kalau kita renungkan, sebenarnya tidak terlalu rumit juga cara melepaskan diri dari tekanan ini. Dari sisi sini, kalau kita mampu jujur melihat diri sendiri, apa adanya, dan tidak ambil pusing dengan tipuan rasa haus akan penerimaan kiranya kita akan jadi orang yang lebih waras. Kita tahu mana yang baik dan mana yang cuma hasutan. Dan terlebih-lebih hal ini akan membebaskan kita, untuk memusatkan diri pada yang sisi-sisi baik kita.

Maka, lain kali anda dengar diejek - katakan saja (dalam hati): "Oh aku juga serigala dan an ass"

Buta

Suatu hari -dalam perjalananku pulang- aku bersisian dengan seorang buta. Tahu dari mana ia buta? Well, kulihat ia memegang tongkat putih dan waktu ia menyeberang jalan tidak ia toleh kiri atau kanan, ia langsung saja berjalan. Akupun sempat sekejap mencuri memandang matanya,dan nampak ia buta. Memang tidak pakai kaca mata hitam, tapi pandangnya kosong melompong.

Hari itu aku melewati sebuah stasiun kereta bawah tanah. Ia terletak ditengah sebuah blok - kalau keterusan orang akan bertemu dengan ruas jalan lain, kalau kurang orang akan menumbuk jendela kaca tebal. Curious, kuperhatikan kawan buta kita, hendak kemana ia ? Rupanya ia setujuan dengan aku. Lantas ,tanya aku, bagaimana ia menemukan pintu masuk ke stasiun itu ? Harap jangan bayangkan pintu yang kecil, pintu nya lebar sangat, tetapi seperti kukatakan tadi, tetap orang tidak boleh kelebihan atau kekurangan berjalan.

Dalam keherananku, kawan buta kita ini berbelok pada saat yang tepat, bahkan tidak ia gunakan tongkatnya untuk memandu langkahnya. Ia berbelok seolah ia bisa melihat. 

Bukan hendak menonton bak menonton sirkus, tapi rasa keinginan-tahuku jadi bertambah: bagaimana ia menggunakan eskalator ? Terutama saat harus beranjak turun. Kalau kita perhatikan baik-baik, pada ujung bawah sebuah eskalator, empat tangga terakhir akan berjalan datar dan ini dapat menjadi penanda bagi kawan kita, ah sebut saja ia Stefi [dari Stevie Wonder dan BTW, ia wanita].  Stefi tinggal tinggal sedikit menjulurkan tongkatnya dan viola! dia akan tahu saat beranjak manakala tongkatnya menumbuk itu 4 tangga terakhir.

Kita berpisah disana, Stefi pergi naik kereta bawah tanah dan aku teruskan langkah pulang. Sudah tentu orang macam Stefi ada banyak. Mereka tidak memiliki satu indra yang kita take for granted, indra penglihatan. Tetapi dunia tidak lantas jadi gelap buat Stefi dan kawan-kawan. Mungkin dunia mereka tidak berwarna, tetapi jelas dunia mereka tidak menjadi  hampa hanya gara-gara mereka tidak punya mata.

Weh, darimana aku ambil kesimpulan ini ? Kulihat Stefie melangkah dengan sigap, berpakaian bak orang pulang dari kantor, dan kuingat ia membawa tas pula. Mestinya ada hal yang ia kerjakan. Dan lebih-lebih Stefi beranjak keluar dari rumah, menghadapi dunia. Ia memang terbatas, tapi ia tidak mau dibatasi. Begitu kurasa ungkapan yang pas

Aku pikir kita boleh belajar dari Stefi ini. Masing-masing dari kita tokh terbatas juga, namun yang jadi soal kiranya adalah : apakah kita mau terbatasi ? atau sebaliknya  kita siasati? Lebih-lebih lagi, jangan-jangan sebenarnya kita ini buta akan potensi kita yang sesungguhnya, alpa bahwa kita punya kebisaan yang menunggu kita kembangkan. 

Boleh coba sebentar tengok kedalam ?




Kolam Hati

hati manusia mirip kolam 
jernih kala tenang namun keruh saat teraduk
dan dalam kekeruhan ikan-ikan akan mati
maka jangan lemparkan batu yang bisa membuat kolam beriak dan menjadi keruh


hati manusia bergolak oleh 
KATA !
sepatah kata 
mungkin sambil lewat 
tidak sengaja 
atau malah sengaja
bisa membuat badai diatas danau 
dan air beriak berolak dan menghancurkan

maka
JANGAN berkata
jika
perkataan mu itu bukan lah sebuah KEBENARAN
jikapun itu sebuah kebenaran JANGAN berkata
jika 
perkataan mu itu bukan lah sebuah KEBAIKAN
jikapun itu merupakan KEBENARAN dan KEBAIKAN
JANGAN berkata jika
perkataan mu itu bukan lah suatu hal yang BERGUNA 
bagi pasangan kita

KEBENARAN
KEBAIKAN
BERGUNA

diam itu emas

Love is blind

Sesungguhnya klise filem-filem romantis berbunyi sederhana : Love is blind. Dan kita diajak untuk berhayal bagaimana pangeran ng-ganteng berkelana kepojok-pojok yang jauh untuk menemukan diajeng yang luar biasa cantik [dimata sang pangeran]. Waktu disandingkan orang serta-merta bertanya: lho kok mau ya si pangeran ng-ganteng dengan si-itu yang kok-cuma-kaya-gitu-ya?

Aha ! Love is blind, cinta itu buta !

Benarkah cinta itu buta ? Konon masing-masing dari kita dibawah sadar membawa daftar belanja - semacam senarai definisi pria atau wanita idaman. Lantas mana kala kita jatuh-cinta, yang terjadi kiranya adalah kita temukan - pria atau wanita yang memenuhi kriteria yang tercantum pada daftar belanja kita itu.

Yang jadi soal -dari sisi sini- kiranya adalah bahwa daftar belanja itu sebagian-kalau tidak semua- ada dibawah sadar [maka itu: Cinta itu buta]. Orang kerap tidak dapat menyebutkan dengan gamblang mengapa ia jatuh cinta pada si X dan bukan si Y. Atau lebih sering mungkin yang muncul adalah pertanyaan dari penonton: apa sih yang menarik dari si X ? kan si Y lebih cantik/ng-ganteng lagi ? Aha! tapi penonton kan tidak tahu apa isi daftar belanja kita ?

Hal bawah sadar ini menjadi mana kala terjadi konflik. Orang lantas bertanya keras mengapa ia jatuh cinta pada si X ini ? Mengapa memilih dia yang ternyata 'tidak seindah bungkus'nya. Memang report menembus bungkus saat kiat dimabuk cinta. By definition "mabuk cinta" membuat orang tidak berminat untuk melihat lebih dalam, dari jauh, apalagi sisi-sisi lain. 

Dari sisi sini mengadakan "Kursus persiapan jatuh cinta" adalah positif. Anggap saja ini kursus persiapan menghadapi kejadian genting.  Saat kejadian itu terjadi kita akan lebih siap dan bisa lolos dari keadaan genting itu dengan selamat. Tetapi sayang yang ada justru filem-filem yang mengisahkan betapa asyiknya jatuh cinta itu. Kurang edukatif dari sisi sini.

Hal lain yang bisa dibuat adalah berusaha memahami daftar belanja kita itu. Mengapa item ini dicantumka dan item itu tidak. Tengoklah kembali pengalaman kita waktu kecil, figur ayah dan figur ibu, luka-luka bathin dan sebagainya. Sedikitnya perjalanan bathin macam ini dapat menguak lebih banyak sisi-sisi lain kita yang tidak sempat kita sadari. Mudah-mudahan ini menjadi peneguhan sehingga mana kala muncul pertanyaan: mengapa pula kita pilih si X ini, kita sudah tahu jawabnya

Kunjungi Deplu, Obama Bicara Bahasa Indonesia

Link youtube ini akan mengantar anda pada potongan berita perihal Obama yang berkata-kata dalam bahasa Indonesia. Blog ini bercerita lebih detail tentang peristiwa ini, namun disisi lain ada pula blog yang memandang bahwa peristiwa ini tidak ada apa-apanya.

Tidak ada yang hendak mengingkari bahwa Obama pernah tinggal di Indonesia, pernah bersekolah di Indonesia, dan pernah punya ayah [tiri] orang Indonesia. Tetapi yang menurut hemat saya rada berlebihan adalah menyimpulkan bahwa Indonesia otomatis menjadi amat istimewa oleh karenanya.

Obama naik menjadi Presiden atas -terlebih-lebih- dukungan partai dan rakyat pemilihnya di AS. Sudah tentu mereka menjadi amat "istimewa" dimata Obama. Sebagai politisi dia tentu sadar betul apa artinya dukungan ini. Maka jika hendak dibuat senarai prioritas kiranya Indonesia tidak akan lebih tinggi kedudukannya dibanding partai pendukung Obama.

Disisi lain, berbangga bahwa Obama bisa berkata-kata dalam bahasa Indonesia menunjukkan gejala rendah diri kita. Kiranya ratu Elizabeth tidak akan bersorak-sorak manakala mendengar pak SBY berkata-kata dalam bahasa Inggris. So what gitu loh? Cuma bahasa kok.

Tidak perlulah kita menjadi mendadak bangga lantaran Obama berkata-kata dalam bahasa kita. Kalau mau berbangga - ya berbanggalah sekarang juga. Tunjukan rasa bangga itu misal lewat berupaya selalu berbahasa dengan baik dan benar. Kiranya ini akan jauh lebih positip

selamat berbangga!

Pikiran negatif

Gaya gravitasi -kita tahu- akan selalu menarik kita kepusat bumi. Kita harus menahan diri untuk tidak jatuh melawan gravitasi.

Pikiran negatif pun - bak gravitasi - selalu akan menarik siapapun untuk jatuh kedalamnya. sesungguhnya, by default, kita semua adalah kaum pesimistis.

Maka yang banyak kita temukan adalah buku-buku tentang "bagaimana berpikir positif". Tidak perlu dibuat buku "bagaimana agar berpikir negatif". Semua orang sudah sering mempraktekan ini, tidak perlu lagi diajari.

Bagaimana agar tidak jatuh dalam pikiran negatip? Cara yang paling sederhana adalah: jadilah seperti tukang kebun yang rajin.

Tukang kebun yang rajin tidak akan membiarkan kebun kesayangannya dirusak oleh entah manusia, hewan atau tanaman pengganggu. Setiap hari ia siangi kebunnya. Ia cabuti rumput-rumput liar, ia halau hewan yang bisa merusak dan sudah tentu ia cegah orang yang tidak diundang bikin kekacauan dikebunnya yang asri.

Demikian juga pikiran kita. Upayakan untuk selalu menjaga pikiran kita dari pikiran negatif. Sudah pasti kita tidak bisa mencegah pikiran negatif beterbangan disekitar kita, entah itu kita dengar dari televisi, kita baca dari koran atau diucapkan teman atau pasangan kita. Saat kita menerima sinyal negatif segera bentengi pikiran kita, supaya pikiran negatif itu tidak sempat berakar. Jangan tunggu lima sepuluh menit, detik itu juga: singkirkan dia jauh-jauh.

Kalau ada orang yang bersin didekat kita maka kita cenderung berupaya menjauh, atau menutup hidung. Refleks yang cukup waras. Kita tokh tidak ingin ketularan sakit bukan?
Dan yang bersin juga maklum kalau orang tidak mau dekat-dekat dia. Diapun tidak mau menularkan penyakit.

Lantas mengapa tidak kita terapkan pada pikiran negatip? Kalau ada orang yang gemar berpikir negatip mengapa kita tidak menjauh juga ? Mungkin kurang sopan kalau kita lantas beranjak dari sana, tetapi secara mental kita bisa "beranjak" juga dengan cara: tidak mengambil serius pikiran-pikiran negatif yang beterbangan dari mulut kawan kita ini. Segera tinggikan benteng dibenak kita dan cegah pikiran-pikiran itu menyusup kedalam. Dan kalau boleh, lain kali hindari saja berbincang dengan kawan biang negatif ini.

Memiliki pikiran yang jernih adalah sebuah kebahagiaan. Dan sesungguhnya kalau kita setia berjaga, pikiran negatif tidak akan sampai mengakar dan menjadi kanker ganas yang mematikan.

Mari kita siangi kebun kita masing-masing...dan kita pandangi betapa ia sungguh asri dan meneduhkan