Monday, October 26, 2009

Zen Anfield

I'm sure once we have won one game then everything will change - Benitez, sebelum pertandingan Liverpool - MU 25-10-2009

Liverpool tiga kali berturut-turut mengandaskan MU. Kali ini di Anfield 2-0. Liverpool sekaligus menghentikan rekor 4 kali kalah berturut-turut di EPL dan Champion League. Benitez bisa bernafas lega setelah menghadapi hujan cercaan atas kinerja team asuhannya.

Pendukung Liverpool tentu dengan mudah melupakan empat kekalahan lantaran mabuk merayakan kemenangan dari sang musuh bebuyutan. Tetapi Benitez sempat berkata pula sebelum pertandingan berlangsung:

It's really important to stay calm and think about one game at a time. That has always been the message and always has to be

Semangat “think about one game at a time” adalah semangat zen. Yang selalu ingin hadir kini dan disini. Menerima setiap saat apa adanya – baik atau buruk. Tidak ada keinginan untuk melarikan diri (jika kini dan disini adalah sebuah hal yang menyakitkan) ataupun melekat (jika tengah mabuk kesukaan). Saat ini (kini dan disini) adalah yang nyata – lainnya adalah pelarian atau kelekatan.

Ingat tentang dongeng Sisipus yang mendorong batu bundar kepuncak bukit hanya untuk kemudian digelindingkan balik ? di barat dongeng ini kerap digunakan untuk menggambarkan hukuman dan kesia-siaan. Tetapi disisi Zen pandangan ini keliru. Karena ia memandang seluruh rangkain makro dalam perspektif yang bias. Yang memandang bahwa hidup tanpa kesenangan adalah sia-sia dan seolah hidup mesti diarahkan pada kesukaan belaka.

Zen kiranya memandang bahwa pelarian/kelekatakan adalah sebuah kesesatan. Jika Sisipus mengalami hanya saat ini, kini dan disini maka ia cuma melihat kegiatan jalan-jalan kepuncak bersama batu. Tidak ada bayangan akan masa lalu atau masa depan. Semuanya adalah sekadar bayangan hampa. Tidak usah dipikirkan karena tidak ada gunanya selain meracuni benak semata. Hadapi piring nasimu yang kini dan disini. Esok cuma bayangan, kemarin sudah berlalu.

Benitez yang melihat mikro membebaskan dirinya dari beban yang tidak perla disandang. Mereka memang sudah kalah empat kali berturutan, tetapi mereka punya kapacitas untuk menang (sudah dibuktikan berulang kali pula). Lalu mengana tidak memusatkan pada pertandingan yang dihadapi?

Lagipula –kembali ke Sisipus- Albert Camus pernah memberikan sisi lain dari cerita. Bahwa diam-diam Sisipus pelan-pelan berubah menjadi lebih kuat setiap kali kembali mendorong batu kembali ke puncak. Dan mungkin batu itupun aus dan menjadi lebih ringan setiap kali cerita di-reset. Sudah tentu Sisipus bisa menjadi tertekan jika manakala memusatkan pikiran pada gambaran kesia-sia-an, tetapi jika ia melihat mikro ia bisa melihat sisi lain – misal: menikmati pemandangan alam – buat apa terlalu sibuk mendorong sang batu yang nanti pun turun lagi? Sediakan waktu untuk memandang alam sekitar, menghirup udara segar. Mengalami “sekarang” – saat ini, kini dan disini

think about one game at a time. That has always been the message and always has to be

No comments:

Post a Comment