Friday, November 20, 2009

Dalam lautan bisa diduga, dalam Thierry siapa tahu?

Dizaman modern ini kejujuran ditentukan oleh wasit. Thierry Henry yang sempat jadi ikon kesebelasan kondang dari London, Arsenal jelas-jelas main tangan dalam partai "hidup-mati" play off kualifikasi piala dunia antara Perancis dan Irlandia Utara. Aksi main tangan ini mengantar Perancis menyamakan kedudukan dan mereka menyingkirkan Irlandia Utara. No luck for the Irish, but Thierry Henry is the greatest cheater menurut majalah times


Henry konon mengaku dia main tangan - tetapi kalau wasit tidak menyatakan itu salah (lantaran tidak melihat atau alasan lain) maka kecurangan itu menjadi sah. Lepas apapun konsekuensinya (kesebelasan lain tersingkir,  etc). Peristiwa curang kita lihat juga saat orang perancis lain bernama Ngog pura-pura diganjal dan membuat kesebelasannya berhasil dihadiahi penalti. Seorang blogger menulis bahwa hal seperti ini konon lumrah dalam sport


Wasit dan pemain memang manusia dan sepakbola yang menjanjikan hadiah, uang dan ketenaran tidak pelak adalah godaan (bagi siapa saja) untuk meraih kemenangan, at all cost. Tujuan menghalalkan cara. Memang tidak semua. Robbie Fowler pernah memprotes wasit justru karena memberinya hadiah penalti. Fowler bilang dia tidak dicurangi, tetapi wasit berkeras pada keputusannya. Penalti disepak dan goal. Apa boleh buat

Demikianlah human is human - kalau anda menemukan dompet berisi uang ribuan dolar apakah anda akan iklankan : ditemukan dompet pemilik silakan ambil ? atau anda tinggalkan dompet itu tergeletak begitu saja ? atau anda ambil dan gunakan 90% untuk amal ? pilihan yang sulit kalau tidak ada yang melihat kejadian ini.

Sudah tentu tidak ada komunitas yang bisa bertahan tanpa kejujuran. Bagaimana kalau pesawat terbang tidak taat jadwal ? kalau orang tidak membayar hutang ? kalau 1 liter bukan 1 liter ? kalau makanan kaleng expired dijual ? Maka bisa dimengerti kalau muncul yang namanya etika, pulisi dan neraka. Supaya manusia didorong untuk tetap jujur sebisa-bisanya

Tetapi disisi lain tidak realistis juga kalau kita berharap semua orang sejujur kita. Kalau anda dijalan raya anda perlu hati-hati terutama karena ada orang yang tidak sehati-hati anda. Selalu ada moron yang mengemudi seenak dengkulnya. Tidak guna memaki atau mengutuk. Kalau cilaka anda juga kena getahnya. Persis demikian dalam kasus Henry versus Irlandia Utara ini.

Keane yang asli dari Irlandia menandaskan dengan bagus bahwa yang salah adalah Irlandia sendiri. Jika mereka membuat selisih goal tak terjembatani (misal 2-0) maka kecurangan Henry menjadi sebuah lelucon yang lebih memalukan lagi.

Konon orang bijak mengatakan bahwa kita perlu lebih takut manusia daripada sama macan. Karena macan jauh lebih jujur dari manusia. Macan lapar menerkam - maka sediakan kandang besi, tetapi manusia? Hati manusia siapa yang tahu ?

No comments:

Post a Comment