Tuesday, March 3, 2009

dan Sarah pun tertawa

Ishak anak Abraham dari Sarah konon berarti " dan Ia(pun) tertawa"

Demikianlah setahun sebelum Ishak dilahirkan Abraham ketamuan tiga molekat Yahwe dan salah satu ngendika: Sarah garwamu yang nyaris seabad usianya tahun depan akan menimang anak tunggal semata wayangmu dan Sarah yang ngumpet sambil nguping tidajk tahan untuk tertawa dan kiranya terbahak juga ia. Sebab sang molekat diruang tamu sampai mendengar dan bertanya: apakah yang lucu sehingga engkau tergelak ?

Apapun kita yang paham ilum beologi sedikit mafhum kenapa pula Sarah tergeli hati. Lha wong tanah sudah kering, bibit sudah uzur. Mosok mau punya turunan. Yang betul saja bah!

Horas bah ! dan jebul setahun berlalu dan Ishak memang lahir dari rahim yang dikira layu. Dan kiranya kalaupun Sarah tertawa, lebih karena lucunya sang orok

Berapa sering kita tertawa ironik mendengar berita baik Injili bahwa hidup itu anugerah, bahwa kita selayaknya bersyukur, dan bla..bla...bla yang lain. Kita bilang omongan itu memang bagus pak Pastor, pak Pendeta. Tapi hidup bukan seperti yang ditulis. Hidup mengenal duka, salib dan kepahitan. Omongan bagus-bagus itu boleh saja, kalau sekadar untuk jadi hiburan dan mungkin untuk sopan-santun belaka.

Entah kita belajar dari siapa, tapi kalau diminta percaya pada mujizat, kecuali tidak ada pilihan lain, kecuali kita sudah melihat bukti, kita cenderung tidak memilih percaya dan sedikitnya tertawa dalam hati paling tidak.

Ada perempuan lain yang sekian ratus tahun kemudian juga dikunjungi lalaki molekat Allah, namanya Maryam. Dan Maryam memang masing muda sehingga tidak cengengesan seperti Sara. Karena dia tahu dia tokh dimasa subur untuk dibuahi, akan tetapi dibuahi bagaimana ? Dan pertanyaan biyologis juga muncul : saya belum kenal lalaki, kumaha saya bisa hamil. Tapi entah kumaha oge, sayah ini hamba Yahwe, sumangga kersa Gusti Allah sajah. Dan setahun berlalu dan Emanuel -Allah beserta kita- lalu lahir.

Perempuan kedua tidak diceritakan pernah tertawa, tapi dalam hidup selanjutnya sebilah pedang seolah menembus jantungnya. Sampai akhirnya Ia saksikan Sang Emanuel dipaku di kayu palang Ia tetap setia dan tekun merenungkannya dalam hatinya.

Dalam tradisi gereja Ia dipercaya sudah diangkat kesurga berikut raga-badannya dan terpenuhilah yagn tertulis bahwa seluruh bangsa akan menyebutnya yang berbahagia. Berbahagia apa sama dengan tertawa. Kita bisa berdebat, tapi siapa tertawa belakangan akan diangkat kesurga jiwa-raga-badan

Tota Pulcra Est maria
2005 07 26

No comments:

Post a Comment