Thursday, April 30, 2009

Are we doing a cabaret or are we actually celebrating the Eucharist?

Menurut berita ini, pastor-pastor di Inggris diminta untuk menyapa "selamat pagi" pada umat sebelum memulai misa. Pasalnya, ucap salam ini melutur kehormatan misa sebagai sebuah ritus nan agung. Orang memang lantas bertanya pula: Apakah kita hadir untuk merayakan misa atau hadir untuk memeragakan ritus ?

Pada mulanya ekaristi mestinya adalah sebuah pertemuan umat biasa. Dimana peristiwa Yesus dirayakan, dimana iman dialami dalam kebersamaan. Namun waktu kumpulan informal menjadi menyebar, formal dan hirarkik - perjamuan menjadi upacara yang rigid dan resmi. Mungkin sekali Yesus pun bisa merasa asing manakala hadir dalam ekaristi.

Tetapi haraplah maklum adanya, bahwa ekaristi adalah perayaan resmi. Menyapa Tuhan sebagai komunitas jelas bukan main-main, begitu dalihnya. Tatacara, protokol, aturan mesti dihormati. After kita berhuhungan dengan Allah semesta langit dan bumi.

Namun jika manusia yang hadir disana dilupakan dan dianggap jadi ornamen orang bisa kebablasan pula. Karena Allah semesta ini telah jadi manusia. Sama dengan kita semua. Siapatah kita yang berpretensi tahu apa mauny kita Allah ? sementara Sang Agung malah menjadi salah satu diantara kita ?

Yang mengajarkan memanggilNya dengan sebutan amat akrab Abba. Jangan-jangan kita malah menjauhkan diri dari Nya yang sesungguhnya mau dekat akrab dengan kita. 

No comments:

Post a Comment