Wednesday, April 8, 2009

When I'm Sixty Four

Kapan engkau menjadi tua ? Mungkin bukan kalau engkau sudah ubanan, pikun atau malah botak. Tapi waktu engkau menyadari bahwa "waktu"mu sudah lewat. Bahwa mimpimu ternyata harus kau akui akan tetap tinggal jadi mimpi. Bahwa "cara"mu sudah usang dan ketinggalan kereta api. Waktu tiba-tiba zaman melewati engkau begitu saja.

Malam tadi Ferguson kiranya tersadar bahwa ia bukan Ferguson yang kemarin dulu. Pasukannya seperti kehilangan inspirasi, letih dan nampak usang. Dalam empat laga terakhir kemarin United macam jago tua yang terengah-engah berupaya berjalan sok gagah sembari menenteng emblem juara masa lalu yang lapuk.

Tidak hendak dikatakan bahwa Ferguson (nama ini berarti pilihan unggul) adalah kegagalan. Sama sekali tidak. Tetapi mungkin zaman Ferguson yang sudah aki-aki (kelahiran sebelum PD II) sudah mulai memudar. Dan Ferguson sendiri sadar bahwa ia bisa dan telah salah ambil keputusan. Sebuah pengakuan yang bersahaja sekaligus juga pernyataan bahwa mungkin saja waktu lengser sudah dekat

Menjadi tua berarti kehilangan kekuatan fisik. Endurance tidak tersisa banyak lagi. Yang tersisa adalah uban dan kebijaksanaan karena belajar dari banyak pengalaman. Namun demikian pengalaman yang adalah terikat pada masa lalu dan bahwa masa depan tidak selalu dapat diselesaikan dengan pengalaman masa lalu. Yang sering jadi soal adalah banyak orang (tua) menjadi terlalu gegabah dan menyangka bahwa semua masa adalah sama saja. Masa depan tidak lain dari perulangan masa lalu. Jelas ini salah kaprah yang parah

Ferguson tidak hendak menggantung sepatu atau berhenti mengunyah permen karetnya. Masih ada sisa masa bermimpi. Kita lihat saja - apakah sungguh waktunya telah tiba. Atau masih tersisa segenggam mimpi untuk dikunyah.

Will you still need me
Will you still feed me
When I'm sixty-four
(Lagu the Beatles - ditulis Mc Cartney waktu berusia 16 tahun)

No comments:

Post a Comment