Second hand smoker adalah mereka yang tidak sengaja mehirup asap rokok lantaran berdekatan dengan mereka yang sengaja merokok.
Bagaimana dengan second hand believer ?
Kita bicara soal iman. Bukan iman praksis, tapi iman dalam konteks pemahaman dogmatis atau biblis. Iman sejauh berupa penjelenterhan teologik tentang isi iman. Konon pernah ada masanya GK menekankan iman sebagai pengetahuan kognitif. Pra Vatikan II, iman bagi GK adalah lebih bagaimana orang tahu sekrup baut isi syahadat Nikea dan seterusnya. Tapi konon lagi (bacalah buku KOMPENDIUM TEOLOGI SISTEMATIKA jilid I karangan Nico Syukur D OFM) Vatikan II membanting setir dan mengatakan iman lebih berarti mengamini akan isinya (dan tentu praksis) daripada mahir bersilat lidah dalam teologi.
Dan mungkin ini yang membuat umat Katolik jadi memble dalam soal menjabarkan apa isi imannya (maka bukan kebetulan bahwa semboyan D-KRIS adalah “aku ingin memahami apa yang aku imani” , credo ut inteligam), sebab jangankan mahir soal teologi, eksegese, dsb, membuak KS saja jarang nian.
Pasalnya umat Katolik seperti sengaja (atau sudah tradisi?) dijadikan second hand believer. Tidak perlu baca kita suci sendiri, cukup datang misa setiap minggu dalam 3 tahun, maka ke-4 Injil akan pernah sudah didengar. Tidak perlu mahir eksegese, mengko malah keluar dari GK dan mendirikan gereja kemah Salomo (fiktif ini). Tidak perlu pecah kepala memikirkan trinitas, bayangkan saja macam balok, ada panjang-lebar-tinggi. Akibatnya sudah bisa diduga – dalam soal ABC dogmatik orang Katolik jadi nomor buncit.
Kira saya jalan tengah tetap paling bagus. Ngono yo ngono unang alai songoni bah ! To some extent penjelentrehan iman (dan eksegese KS) tetap perlu, sebab iman yang tidak dipahami tidak sungguh disayangi (tek kenal tak sayang he..he..), tapi seriously, kalau engkau selalu meminjam otoritas orang lain untuk menerangkan imanmua (pokoknya begini kata pastor, begitu kata katekis…) dapatkah engaku bertumbuh dalam imanmu ? Manakah bedanya engkau dengan anak2 ? yang berkata : kata ibuku begini, kata si mbah mengaten menika…? Iman yang tidak digeluti, yang Cuma dikunyah gara-gara sudah kadung diwariskan (baptis bayi, kumini pertama sede kelas loro, krisma sede kelas enem) ya nyaris tidak bergema manakala engkau ditantang menjawab soal2 aktual. Oh bukan lantas engkau tidak bisa jadi orang baik, tentu saja ini bukan soal moral, tapi waktu engkau ditantang untuk menjabarkan iman dalam soal2 yang tidak sederhana, engkau akan berlari mencari pastor dan lantas menelan begitu saja resep2nya.
Pendeknya – credo ut inteligam, aku ingin memahani apa yang aku imani ! dan berbahagialah orang yang mendengar sabda Tuhan…dan tekun melaksanakan nyaaaa
No comments:
Post a Comment