Sekurang2nya kaum protestan tidak pusing dengan kehidupan **eros** pendetanya. Bagi banyak orang katolik kaum klerus yang lepas jubah llau menikah adalah skandal. Hanya saja terasa nuansa double standard disini sebab suster yang keluar dengan pastor yang lepas jubah dipandang berbeda suster yang lepas jubah kerap dianggap tidak tahan dorongan hormonal dari daerah sekitar pinggang sementara pastor yang **pamit** dianggap karena ada wanita yang meruntuhkan kaulnya.
In either case yang salah adalah kaum perempuan dan yang sering muncul adalah komentar **kolot** begini: gembala itu sudah sedikit, mbok ya o jangan dikurangi dengan menggoda pastor-pastor. Terasa macam ekspresi orang putus asa yang bergantung erat pada kaum klerus dibalik ini ada paham bahwa awam adalah dasar hirarki, kaum pariah yang perlu digembalakan kesana kemari bak biri-biri sekurang2nya kaum protestan tidak akan cengeng begini (dan bila perlu bikin gereja..he..he..kidiing)
Tapi dimajalah HIDUP dan satu milis saya baca tekanan berat dipihak kaum lepas jubah ini mereka merasa diri bak orang kusta yang disingkirkan dari masyarakat Katolik Padahal **dosa** mereka **cuma** salah dengar saja Kalau menjadi kaum berjubah karena panggilan adalah yang tidak cocok dan lepas jubah berate salah dengar bukan tidak lebih dan tidak kurang. Tapi dimata orang Katolik mereka adalah skandal. Terasa dibalik naluri adalah pandangan bahwa **eros** itu rendah sehingga orang yang bertekuk lutut oleh erost tidak patut dan dipandang sebelah mata. Padahal apatah dosa mereka sehingga mereka diperlakukan minor begini?
Lepas jubah saja sudah berat masih ditambah lagi dengan tajamnya pandangan kaum yang diajar berdoa begini: ...seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami....
Tuhan kiranya lebih mengampuni daripada kita semua dan lagi-lagi kaum protestan boleh mengucapkan bait doa itu dengan lebih khusuk
Jun 21, 2003
No comments:
Post a Comment