Peluang untuk mendapatkan kembali HP anda yang hilang di Moskow adalah 57% - demikian hasil sebuah survey untuk mengukur kadar kejujuran penduduk berbagai kota dunia. Hasil ini masih dibawah rata-rata dunia (68%) dan sudah tentu tidak bisa dibandingkan dengan keadaan negara berkembang (dimana jemuran blu-jin-biru saja sering menguap keudara). Lagipula yang digunakan sebagai alat eksperimen adalah HP, coba kalau uang atau emas batangan satu karung. (PS: dalam kasus HP diatas, kota yang paling tidak jujur mungkin Amsterdam, 46% kejujuran)
Jujur adalah satu hal- tetapi hadiah tetap hadiah. Arshavin memberi isyarat bahwa ia tidak diculasi saat wasit menunjuk titik penalti dalam laga Arsenal versus Porthsmouth - hal yang maha jarang kita lihat didunia sepak-bola dimana yang terjadi justru pemain berakting bak bintang holywood - pura-pura terjatuh dan terkaing-kaing kesakitan dengan harapan dapat kado penalti. Namun demikian penalti tidak lantas urung diberikan dan bola tetap disepak kepojok yang diluar jangkauan kiper. Gol tetap gol. Kemenangan lebih penting dari kejujuran. Wenger tentu akan berang kalau Arshavin memutuskan mengambil sendiri hadiah penalti itu dan menyepak lunak kepelukan sang kiper.
Dari sisi sini kita tetap layak memberi award buat kejujuran Arshavin. Andrei (artinya "berani" - well dia memang berani karena benar dan jujur) Arshavin paling tidak sudah "membersihkan" dirinya dari "dosa" mau menang dengan tidak jujur. Tetapi sepakbola tidak memberi nilai pada kejujuran. Yang dinilai adalah gol, selisih gol dan jumlah gol.
Mungkin hanya dalam sepak-bola saja orang bisa berkata : "saya tidak ikut-ikut lho". Dalam hal lain - misal korupsi massal orang tidak mudah untuk cuci tangan seperti Pontius Pilatus. Disana yang ada adalah engkaupun berdosa karena tidak berbuat apa-apa. Hidup dalam lingkungan macam itu tentu sulit sekali. Karena pura-pura tidak tahu-pun berarti membiarkan sistem yang korup. Tidak heran kalau Yesus diam saja saat diadili - Dia sudah tahu bahwa dalam sistem yang korup macam itu Dia tidak punya pilihan.
Tapi disisi lain, mungkin diamnya Yesus setara dengan "tidak"nya Ashavin. Mungkin kita tidak kuasa mempengaruhi suatu sistem, tetapi kita tetap boleh bangga karena kita jujur terhadap diri sendiri. Integritas kita tetap terjaga. Tangan kita bersih dari noda, meski mungkin kita dibungkam (dan dalam kasus Yesus - malah disalibkan)
Jujur adalah satu hal- tetapi hadiah tetap hadiah. Arshavin memberi isyarat bahwa ia tidak diculasi saat wasit menunjuk titik penalti dalam laga Arsenal versus Porthsmouth - hal yang maha jarang kita lihat didunia sepak-bola dimana yang terjadi justru pemain berakting bak bintang holywood - pura-pura terjatuh dan terkaing-kaing kesakitan dengan harapan dapat kado penalti. Namun demikian penalti tidak lantas urung diberikan dan bola tetap disepak kepojok yang diluar jangkauan kiper. Gol tetap gol. Kemenangan lebih penting dari kejujuran. Wenger tentu akan berang kalau Arshavin memutuskan mengambil sendiri hadiah penalti itu dan menyepak lunak kepelukan sang kiper.
Dari sisi sini kita tetap layak memberi award buat kejujuran Arshavin. Andrei (artinya "berani" - well dia memang berani karena benar dan jujur) Arshavin paling tidak sudah "membersihkan" dirinya dari "dosa" mau menang dengan tidak jujur. Tetapi sepakbola tidak memberi nilai pada kejujuran. Yang dinilai adalah gol, selisih gol dan jumlah gol.
Mungkin hanya dalam sepak-bola saja orang bisa berkata : "saya tidak ikut-ikut lho". Dalam hal lain - misal korupsi massal orang tidak mudah untuk cuci tangan seperti Pontius Pilatus. Disana yang ada adalah engkaupun berdosa karena tidak berbuat apa-apa. Hidup dalam lingkungan macam itu tentu sulit sekali. Karena pura-pura tidak tahu-pun berarti membiarkan sistem yang korup. Tidak heran kalau Yesus diam saja saat diadili - Dia sudah tahu bahwa dalam sistem yang korup macam itu Dia tidak punya pilihan.
Tapi disisi lain, mungkin diamnya Yesus setara dengan "tidak"nya Ashavin. Mungkin kita tidak kuasa mempengaruhi suatu sistem, tetapi kita tetap boleh bangga karena kita jujur terhadap diri sendiri. Integritas kita tetap terjaga. Tangan kita bersih dari noda, meski mungkin kita dibungkam (dan dalam kasus Yesus - malah disalibkan)
No comments:
Post a Comment