Tiba-tiba terusik saya dengan metafor “kokok ayam” yang digunakan Yesus. KataNya: sebelum ayam berkokok tiga kali engkau (Petrus) akan menyangkal Aku. Angka ”tiga” cukup sering kita dengar. Tiga pribadi, tiga hari Yesus dialam penantian, tiga saksi dibutuhkan untuk menyatakan bersalah (Mt 18:16), dua-tiga orang berkumpul atas namaKu. Kiranya tiga mengandaikan kepenuhan. Dan kiranya ke-tiga-an kali Petrus menyangkal mengandaikan pengingkaran komplete. Lengkap sudah kegagalan Simon yang disebut Sang Batu Karang
Secara tradisional, kerap dikotbahkan bahwa yang utama adalah bahwa Petrus bertobat dan berbalik untuk sungguh menjalani perannya sebagai pemimpin umat Allah. Namun boleh digali lebih jauh pertanyaan ini: Apa yang Yesus pikirkan saat Ia memilih Petrus menjadi Batu Pondasi ? Petrus yang mengingkari Yesus kiranya tidak terlalu mengangetkan Yesus, seolah baru malam itu saja Yesus tahu bahwa murid andalanNya ini akan menyangkal Dia. Yesus kiranya kenal kurang lebih sejauh mana kehandalan Petrus ini. Hence remained : kenapa Yesus memilih Dia?
Lagi-lagi secara tradisional kerap dikupas bagaimana Yesus memilih orang2 biasa untuk jadi muridNya seperti anda dan saya. Tapi kiranya kita boleh lagi melangkah bertanya: apakah Yesus tidak terlalu gegabah mempertaruhkan karya keselamatanNya pada orang pengingkar macam Petrus?
Bisa dibayangkan sebentar bagaimana konyolnya gerakan Yesus jika tumpas gara-gara Simon ternyata rasul kualitas kodian yang setelah mengingkari ngabur dan balik jadi nelayan –kembali ke kehidupannya yang lama.
Yesus berjudi! Dia mungkin tahu kesudahan hidupNya sendiri pada salib, tapi bagaimana kelanjutan karyaNya? Kiranya tema Allah yang menaruh harap pada pecundang macam Petrus-lah yang perlu kita renungkan manakala kita lagi mendengar ayam jago berkokok. Allah tahu persis kita akan menyangkalNya, dan bukan Cuma menyangkal asal2an, tapi menyangkal lengkap. Kamu akan menyangkal aku secara total sebelum hari berganti. Tapi Aku tokh percaya padamu
Menurut tradisi –dikala aniaya oleh Kaisar Nero Petrus bergegas melarikan diri dari kota Roma yang diobrak-abrik serdadu2 untuk mencari dan menyeret orang2 Kristen. Kurang empat mil dari gerbang kota Petrus melihat sang guru bergegas kearah yang berlawanan. Hence pertanyaan sohor keluar dari mulut Simon: Quo Vadis Domine? Hendak kemana Guru? Dan Yesus menjawab: hendak ke Roma untuk disalibkan lagi. Mungkin saat itu ada ayam terbangun dan berkokok –kita tidak tahu, tapi Petrus mestinya tersengat mendengar ini -bahwa bakat menyangkalnya sukar menyingkir. Tidak mau mengulangi kesalahannnya dulu, Petrus lantas berbalik meninggalkan gerbang kota dan menyambut salibnya.
Kalau ayam berkokok esok pagi dan kita bergegas meninggalkan Roma, boleh jadi Domine sedang berjalan bergegas kearah berlawanan untuk kembali disalibkan karena kita sekalian telah menyangkalnya paripurna.
Mon 9/26/2005 7:50 AM
No comments:
Post a Comment