Pepatah jawa ini kita kutip setelah mendengar Ferguson berujar : "I watched Barcelona on Saturday night [when they beat Real Madrid 6-2] and I was drooling. They could have scored 10 and, if they had concentrated, they probably would have scored 10. They have the quality to beat anyone but they have a big problem at centre-back, with no [Carlos] Puyol or [Rafael] Márquez, so I think Chelsea might get through. But if you're asking me who I would like to play, I would say neither of them – I think we should be given a bye!"
Di Jawa konsep menang tanpa perang kiranya bermakna bagaimana kita dapat menyelesaikan konflik tanpa merusak harmoni. Bagaimana cara menang tanpa menghinakan lawan. Pasalnya lawan yang kehilangan muka karena kalah bisa kalap dan malah bikin gegeran.
Di Manchester kiranya yang jadi hasrat adalah menang (bila perlu tanpa bertanding). Menang di Roma berarti prestasi luar biasa, United akan masuk tim elit yang dapat mempertahankan gelar jawara dalam dua tahun berturut-turut (sejauh ini hanya 7 klub yang berhasil berbuat demikian) - prestasi yang cukup luar biasa.
Tapi macam mana hendak menang tanpa bertanding ? Apa Kakek Ferguson sudah mulai pikun ? atau sekadar mau menjadi "orang Skot asli " (konon di Hungaria kata Skot adalah slang untuk "pelit" - tahu saja orang Hungaria ini)
Mungkin dia bercanda - tetapi disisi lain adalah terbersit kesan bahwa ia sudah jerih menghadapi Barcelona (ataupun Chelsea yang ia kalahkan tahun lalu, kemenangan berbau kemujuran). Mungkin pula Ferguson sudah merasa terlalu tua untuk menanti tahun depan. Kalau ia dapat menutup buku kariernya dengan riuh rendah kemenangan di Roma, plus jadi jawara di liga, tentu ia boleh pensiun dengan kebanggaan luar biasa. Mimpi yang indah. Dan dialam mimpi Ferguson tentu boleh berharap apa saja yang ia mau. Sayang di Roma ia harus bangun dan menghadapi kenyataan
No comments:
Post a Comment