Passion dibuka dengan temaram taman Getsmani. Yesua (Yesus) tidak cuma bicara dengan Abbanya tapi dengan setan juga. Lantas sepanjang film kita lihat banyak darah dan derita. Kita lihat juga Yesua memeluk salibNya sebelum Ia panggul - sebagai panggilan hidupNya, lalu Dia tapaki jalan mendaki dan berbatu kebukit tengkorak sejenak sebelum telapak tanganNya dihunjam kaju besi Dia ampuni semua penganiayaNya
Menyimak perjalanan panjang hidupNya - saat2 Ia mengajar, saat2 Ia bertindak kita tidak habis pikir kenapa dia berucap Elohi..lama sabakhtani ? Namun Gibson dengan manis meletakkan semacam stacato pada adegan ini dan film The Passion of The Christ boleh dibilang semacam "injil" menurut Santo Mel
Tidak ada saya menangkap hasutan untuk membenci Yahudi atau apapun film ini nyaris textbook habis - saya bahkan sempat sedikit kecewa karena Gibson seperti tidak berupaya memulaskan interpretasi pribadinya - namun beberapa jenak kemudian film ini terasa memang layak diacungi jempol
Ada rajutan kilas balik Yesus dengan Maria sang bunda, dengan wanita pendosa, saat perjamuan terakhir, dsb - amat menyentuh Dan kilas balik ini sekali lagi membuat kita harus menyadari bahwa salib adalah kesimpulan yang sempurna, klimaks yang mutlak
Tanpa salib segenap kata dan karya Yesus hanya retorika
Anda dan saya yang sedang bersiap merayakan Paska boleh juga bertanya adakah penghayatan iman kita juga sekadar retorika yang mungkin bagus dilihat - tapi palsu
Selamat puasa
Mar 7, 2004
Setuju pak Luc, review yang bijak..:))
ReplyDelete