Dalam Ensiklopedi Perjanjian Baru (Kanisius 1990) ditulis bahwa Yoh menggunakan kata "hodos" dalam ayat kondang yang kerap jadi perbantahan - Yoh 14:4-6. Dalam ayat ini Yesus mengklaim bahwa Dialah sang hodos. Dan hodos harafiah bermakna "jalan yang tahap demi tahap terbentuk oleh mereka yang melewatinya berulang kali", jadi macam jalan setapak dilapangan rumput yang terbentuk lantaran kerap dilewati orang, bukan jalan official yang dibuat, tapi jalan yang dirintis dan dimantapkan belakangan. Masih dibuku ini , dalam kurung "hodos" dimaknakan juga sebagai "cara hidup". Dan seperti jalan setapak, cara hidup juga dirintis dan kemudian dimantapkan dalam perulangan, kebiasaan, tradisi.
Kalau hal sampai kepada Allah adalah hal menjalani hodos Yesus, maka tidak perlu keselamatan ekslusif hanya ada dalam gereja. Sebab "way of life" yang dirintis Yesus bisa dilepaskan dari agama kristen. Orang yang menjalankan kehendak Bapa -tanpa perlu beragama kristen- akan sampai pada ujung jalan "hodos" Yesus.
Disisi lain, hodos perlu tekun dijalani. Ide hodos bukan macam jalan bebas hambatan yang lebar dimana kita tinggal tancap gas dan duduk relaks. Sama sekali tidak, hodos mengandaikan perulangan, perjuangan, dan ikut tradisi sebelumnya/pendahulu. Demikian hal sampai pada Bapa mengandaikan ketekunan kita masing-2. Jalan memang sudah dipetakan, tapi perjuangan individu tetap dituntut. Tidak ada yang gratuit disini, tidak juga tersedia cara mudah. Hodos Yesus diantaranya adalah jalan ke Kalvari yang berdarah-darah dan mendaki.
Akhirnya, hodos juga mengisyaratkan bahwa kita dapat menggunakan khazanah yang sudah ditinggalkan pendahulu kita. Bukan mau tutup mata ikut tradisi, sudah tentu aggionarmento dituntut disini, tapi setidaknya kita bisa menggunakan tradisi yang cocok bagi kita masing2. Maka galilah spiritualitas bapa gereja, orang2 kudus, kaum mistik yang sudah terlebih dahulu lewat.
June 09, 2003
No comments:
Post a Comment