Saya jadi ingat anekdot berikut: Paus didekati perusahaan bir minta supaya doa bapak kami diganti salah satu kata. Berilah kami MINUMan hari ini...
Supaya perusahaan bir ini bisa gunakan Yesus dalam iklan mereka. Setelah ditawar2 dan pada angka kontrak yang fantastik akhirnya Paus tergoda. Dan memanggil kardinal senior seraya bertanya:
Kontrak kita dengan pabrik roti itu habis tahun berapa ya ?
(dalam bahasa asing : berilah kami our daily bread...)
Hosti memang tidak/belum diganti singkong, jagung atau sagu. Tapi hosti bukan lagi roti beneran macam baguette. Dan anggur lebih sering tidak dibagi-bagi (meski kalimatnya tetap; minumlah darahKu
Manakah yg mutlak adikodrati ? mana yang bukan ? Masing2 agama/gereja kiranya bergulat dengan pertanyaan ini to some extent Gereja reformasi tidak pusing lagi dengan pendeta awewe. Malah salah setau gereja sudah terima klerus gay. Sementara Katolik masih keukeh dengan imam lalaki. Tapi misa bukan lagi bahasa latin yang ora ngerti tegese. (hence orang Jawa mendaras rosario pada Dewi Maria saat imam cas..cis...cus bahasa Latin)
Kiranya proses ini (yang kiranya dimulai Paulus dengan menganulir keharusan memotong secuil kulit alias sunat) akan terus berlanjut.
Sebab agama yang membeku terikat pada masa lalu menjadi berhala
No comments:
Post a Comment