Thursday, May 28, 2009

Mariology - tradisi atawa kitab suci

Hari ini saya ditanggap di jumaahan Umkris Unocal. Lakonnya: Mariology - tradisi atawa kitab suci. Dari pertanyaan yang beterbangan kelihatan benang merahnya adalah bahwa Katolik berbeda dgn Protestan dalam cara menghadapi tradisi

berikut cuplikan ttg  tradisi dan kitab suci menurut visi Roma Katulik, sebagai referensi sajah

Gereja Katolik menerima Kitab suci sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. mengapa? sebab masih ada 2 hal yang lain yaitu: 
1. Hak Mengajar Gereja (Magisterium). 
Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15) dan juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)
2. Tradisi Suci.
Tradisi ialah "Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka, dalam terang Roh kebenaran, dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia." (Dei Verbum , no.9)
Tradisi mencakup segala sesuatu yang diteruskan oleh para rasul untuk dipelihara sebagai bagian integral iman. Jadi, isi Tradisi sesungguhnya adalah wahyu ilahi. Tetapi bukan dalam arti kata-kata saja, melainkan dalam arti seluruh kenyataan kristen, antara lain ajaran, persekutuan kasih, ibadah. Semuanya itu merupakan sarana untuk hidup suci dalam iman. Semuanya itu dapat diteruskan, tetapi tidak semuanya dapat diteruskan secara verbal. Maka ada Tradisi yang verbal (misalnya kata-kata dalam bentuk ajaran) dan ada yang tidak verbal. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Tradisi mencakup segala sesuatu yang perlu diimani dan memang diimani oleh Gereja dan merupakan adanya Gereja sendiri
"Salah satu unsur tradisi yang amat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun-menurun…Tradisi ajaran itu biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku suci. Dalam hal ini juga ada perbedaan besar dalam arti dan bobot yang diberikan kepada buku-buku itu." (Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, hal. 163-164)
"Gereja dan Tradisi sama. Tradisi adalah paham Gereja yang dinamis" (ibid. hal. 213).
Apakah Tradisi ini terjamin kebenarannya karena tidak tertulis?. Tradisi terjamin kebenarannya karena dipelihara oleh Gereja yang adalah tiang Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15).

Bbrp ayat pendukung tradisi
[2 Tesalonika 2:15]. "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. " 
Kis 2:42 di mana dikatakan bahwa jemaat kristen perdana bertekun dalam pengajaran para rasul, jauh sebelum tulisan-tulisan Perjanjian Baru sendiri lahir. Jadi kehidupan  iman Gereja tidak terbatas pada buku saja,tetapi juga pada ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan.
1 Kor 15:3 di mana dikatakan oleh Paulus bahwa kebenaran  tentang Yesus Kristus dia terima sendiri (jelas secara lisan)
Yoh 21:25 yang berbunyi: "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi jikalau sernuanya itu harus dituliskan satu per satu. maka agaknya dunia ini tidak memuat semua kitab yang harus ditulis itu." Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan penulisan injilnya bukanlah untuk mendaftar semua ajaran kristen atau membuat daftar lengkap dari ucapan dan perbuatan Yesus. Yang dia tulis hanyalah hal-hal yang paling mendasar untuk keselamatan manusia. Hal yang sama kiranya berlaku untuk kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya.
"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang." (Yoh 16:12-13) Bagaimana Roh Kudus akan membimbing kepada keseluruhan kebenaran jika karyanya dibatasi oleh Tradisi yang sudah dibukukan dalam alkitab.
Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab. dan dalam menafsirkan Tradisi & Alkitab Gereja Yesus Kristuslah yang mendapat wewenang untuk mengajar dan wewenang untuk mengajar soal-soal iman dan susila ada di tangan para uskup sebagai pewaris sah para rasul dengan paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. mengapa? sebab dalam 2 Pet 3:15-16 diingatkan bahwa Alkitab sangat sulit untuk dimengerti sehingga butuh wewenang khusus untuk menafsirkannya dan wewenang itu ada ditangan Gereja yang sudah diberi wewenang oleh Yesus sendiri.

Fri 6/27/2003 3:27 PM

No comments:

Post a Comment