Thursday, May 21, 2009

Sawadee dari Suan Lum Night Bazaar

Ada kurang lebih 40 abjad adalam aksara Thai, ada satu kata yang punya amkan berbeda karena dibunyikan dengan nada yang ber beda, sampai beberapa waktu lalu anak-anak Thai hanya belajar aksara Thai, sesudah besar mereka belajar bahasa Inggris dan aksara Latin

Saya yang awam tercenung didepan sebuah poster aksara Thai yang dipajang di sebuah kios diSuan Lum Night Bazaar, astaga bangsa yang bicara dengan nada-nada ganjil dan aksara yang sama sekali tidak intuitif ini demikian nampak maju, mengalahkan bangsaku yang morat-marit dan berjalan buta dilorong yang sebentar lagi runtuh atapnya.

Bagaimana bisa begitu ? Bagaimana mungkin mereka merencanakan dan melaksanakan hal2 besar dengan bunyi2an yang ganjil dan aksara yang ruwet. Simply unthinkable ! 

Sembari menelusuri kios2 yang rapi terjajar saya teruskan lagi exercise pikir ini. Kalau bahasa adalah batas2 dunia saya dan kalau bahasa saya menja- di norma bagi saya, maka saya jadi prejudice dan gegabah menakar realitas. Saya lupa bahwa bahasa saya secara absolut terbatas - orang eskimo konon punya banyak istilah untuk salju. Salju demikian penting dalam hidup mereka sehingga mereka tangkap nuansa2 yang tidak menyapa apa2 bagi orang tropik (for this matter cukup mengherankan bahwa adsa kata *salju* untuk sesuatu yang tidak pernah eksis dalam hidup sehari2 orang Indonesia)

Khup Khun Ka kata pedagang yang juga bicara melayu pada kami, dan saya pikir lagi, kalau saja iman saya terbatasi oleh bahasa saya, atau kalau mau dibuat generik, kalau saja iman saya terbatasi oleh diskursus saya maka iman saya terancam gagal menampung realitas. Ada banyak misteri dan iman adalah satu satunya, kalau iman saya mampu menerangkan se- genap misteri, maka kurang lebih sepadan dengan berpretensi samudra dapat di zip dalam satu kaleng koka kola

Dalam perjalan pulang -ditengah deru tuk-tuk- saya seperti hendak berlutut dan berkata: Tuhan maha Agung, imanku terbatasi kemanusiaanku ini Maka saya mau melepaskan kategori2 prejudise - karena saya percaya kasihMu merangkum semesta, dan tidak ada yang bisa mencegah kasihMu tidak juga agama yang dianut orang. Kecuali orang dengan sadar sekuat tenaga menolak Engkau.

Dipintu kamar saya teringat seorang teman yang merenung di jalan Minyak tentang keselamatan. Hanya kita sajakah yang selamat ? Apakah semua saja didunia ini harus dibaptis ? Mana lebih mudah mengajak orang berbuat yang baik dengan mengajar dia bahwa ada hukum gereja harus pergi ke gereja dan bahwa ada 40 hari puasa dalam pra paska ?

Sambil menghadapi ancaman iman saya menjadi demikian generik dan mungkin berbau new age - saya tutup hari dengan mengucap terima kasih pada Allah semesta - yang tentu saya pribadi kenal sebagai Bapa - yang mengasihi ciptaanNya, dan menanamkan dalam hati setiap ciptaanNya kerinduan untuk menjawab sapaan kasihnya

Sawa-dee krup dari Krung Tep 

September 11, 2003

No comments:

Post a Comment