Thursday, May 21, 2009

protes

Kadang terasa ganjil mendengar istilah "protestan" Protes terhadap apa ? Kiranya yang hendak di protes adalah gereja Katolik jaman lampau yang juga asing bagi gereja katolik paska Vatikan II. Lalu masih validkah istilah protestan ? Mungkin semacam kelompok mahasiswa yang ngotot minta Soekarno diturunkan dari kursi kepresidenan, sementara ybs sudah lama pupus

Sebagai sebuah gerakan reformasi (nama lain bagi kaum ini), pada zamannya gerakan ini mestinya punya raison d'etre yang valid. Tapi sesudah reformasi internal gereja Katolik (dengan puncak Vatikan II) berlangsung, lalu reformasi jadi dipertanyakan

Tidak mungkin kembali ke zaman pra Luther, tidak mungkin lagi rekonsiliasi, dan mungkin tidak perlu. 

Tapi pertanyaan usil tetap valid: kaum protestan memprotes apa sikh ? apa masih ada itu gereeja yang mereka protes ? Jangan-jangan gereja protesta malah asyik memamdang kebelakang, kemasa Luther, sementara gereja Katolik sudah beranjak, aggiornamento

Sudah tentu hingga saat ini masih perlu ada pembaruan dalam gereja Katolik. Gereja yang membeku menjadi busuk dan kehilangan daya hidupnya. PR gereja katolik masih banyak. Yang bisa dicatat disini mungkin: soal pemberdayaan awam (tidak bergantung pada klerus), re-evangelisasi internal supaya umat jadi lebih dewasa (tidak nglenik berpeluk pada sakramentali), semangat kenabian (sekolah katolik memihak mereka yang kaya dan pandai saja?), dan sudah tentu banyak hal lain

Dan kiranya gereja protestan boleh jadi partner. Dalam satu dan lain hal semangat sidang jemaat gereja ini layak ditiru. Semangat yang menggelegak macam begini amat asing dalam gereja katolik yang cenderung alon-alon dan sendika rama. Tapi jelas perlu belajar menjadi bersemangat seperti kaum protestan ini

Hal lain mungkin kaum protesan perlu melongok sesekali pada ritus misa katolik. Misa yang full color, full soundtrack, full special effect. Misa katolik terdiri atas dua bagian liturgi sabda (yang persis sama denga ibadah orang protestan) dan ekaristi (yang adalah penghadrian perjamuan malam terakhir Kristus). Ekaristi diracik sedemikian sehingga menyentuh segenap indra. Saat hosti diangkat ada gemerincing lonceng atawa gong (soudtrack), sebeleum doa sukur ada dupa yang dikelilingkan dialtar (special effect) dan sudah tentu baju sang pastor yang berganti sepanjang tahun liturgi (full color). 

Sapaan bawah sadar macam begini asing digereja protestan yang kerap  disapa sebagai sidang jemaah, dengan pendeta yang berbusana macam hakim dengan setting macam ruang pengadilan. Yang diraih lebih adalah kognitif alias benak, dimensi lain kemanusiaan yaitu fantasi dan rasa nyaris tipis. beberapa gereja yang pentakostaik memang mengeksplor aspek emosi
sehingga kadang terasa artifisialistik. Namun tidakkah ini merupakan cermin kerinduan akan aspek-aspek yang lama ditinggalkan gereja ini ?

Akhirul-kalam, kata seorang teman hal menggereja adalah hal jiwa. Kalau jiwa kita tidak disana, katanya, maka gema tidak terasa. Saya yang lahir  besar katolik tidak merasakan gema itu setiap kali saya beribadah di gereja protestan. Mungkin saja karena benak saya sibuk bertanya- kaum ini  memprotes siapa sikh sebenarnya ?

7/9/2005

No comments:

Post a Comment