Tuesday, February 17, 2009

Arisan Platonik

Seorang sohib saya meminjamkan film ARISAN, film Indonesia ke-2 saya sejak AADC. Film yang lumayan menarik (film yang satu lagi saya nonton: BBM) mungkin karena saya jarang nonton sinetron di TV, anyway 1 menit sebelum bubaran satu tokoh utama menyimpulkan bahwa gays adalah girls best friends. Tebakan saya karena gay bisa hadir dalam persahabatan dengan perempuan without sex get in the way. Dan hal ini dengan bagus dipanggungkan juga oleh Meg Ryan dan Billy Cristal dalam when Harry met Sally. Sex will always get in the way when a man and a woman becomes good friends.

Persahabatan perempuan dengan gay memungkinkan persahabatan platonik tanpa sex tension, ruining eveything. After all what would you do after saying I love you ? Your friendship’s down in the drain, that’s what .

Sinatra bersenandung bahwa ia ruin his otherwise perfect date by saying something stupid like I love you. Is love an antidote for friendship ? Why can we be both friends and lovers ? 

Silahkan dicoba, tapi kira saya belum banyak role model where love, friendship and sex can share the same bed. Teman saya punya teori yang simple. Frienship –katanya, BTW dia kuliah teknik jadi kadang dumb- works karena setiap kali kalian pulang ke alamat yang berbeda. You may share a great moment of friendship but your friend has his/her own life and so do you. Cinta dilain pihak menuntut persatuan, dari dua engkau dan aku menjadi satu kita yang complicated. Satu kita yang tiba-tiba menuntut kesatuan arah. Kamu tidak bisa menyetir kekanan dan aku kekiri pada saat yang sama. Kapal kita punya hanya satu kemudi, either ke kanan atau ke kiri. Persis inilah yang jadi bitter after taste dari sebuah hot date yang funtastique.

Sebagian besar umat manusia harus menghadapi problematik ini. Orang yang selibat dan masuk biara dibebaskan dari konflk yang kadang bikin lieur ini. Mereka memang hidup dalam komunitas dan ada keseragaman, namun engkau boleh tetap menjadi engkau meski engkau sudah menyerahkan hidupmu dalam kaul. 

Kalau saya hadir dalam misa pernikahan saya kadang merasa sedang hadir dalam sebuah upacara sebelum orang terjun bungee-jumping (well memang tidak ada upacara sebeleum bungee-jumping, tapi suasana nya kiranya sama). Pastor dengan khusuk memberkati cincin dan menyaksikan sejenak kemudian kedua sejoli melompat. Sebuah leap of faith  yang nekad. Being friends is fabulous, why should we get married at all dear ? Tapi tidak pernah orang meminang orang lain untuk jadi temannya: would you be friend ? Tidak. Karena teman adalah berbatas. Ada garis yang tidak dilewati teman dan justru dilewati lovers. Dan mungkin persis disinilah alasan kenapa sebagian orang menikah. Pencinta –persis seperti kata teman saya yang kuliah di jurusan teknik- pulang kealamat yang sama. Dan kita butuhkan teman yang pulang kealamat yang sama, untuk berbagi hidup. Leap of faith yang nekad.

PS: AADC = ada apa dengan cinta, BBM = biarkan bintang menari

August 16, 2004

No comments:

Post a Comment