Saturday, February 28, 2009

Luk 7:1-10

Luk 7:1-10
1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum.
2 Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong,
5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.

Penelaahan teks
Fokus dari perikop ini adalah iman besar seorang perwira yang adalah kafir dalam tata agama Yahudi.
Siapakah perwira ini?
Ia adalah seorang yang membawahi 100 orang – Centurion
Bukan Yahudi (lih ayat 5 dan 9)
Simpati dengan orang2 Yahudi (lih ayat 5 “menanggung pembangunan rumah ibadat”
Seorang yang solider dengan hamba / bawahan – hamba yang sakit tidak ia buang namun ia upayakan kesembuhannya
Pendek kata: Ia seorang yang cukup punya kuasa, namun solider dan bersimpati dengan orang2 sekitarnya
Latar belakang:
Orang Yahudi dilarang berhubungan dengan orang kafir. Bacalah Kis 10:28
Ia berkata kepada mereka: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.

Itulah alasan sang perwira untuk:
Minta perantaraan beberapa orang tua-tua Yahudi untuk menyampaikan permintaannya pada Yesus (ayat 3)
Memandang diri tidak layak untuk menerima Yesus dirumahnya (ayat 6-7)

Cukup menarik bahwa Mat 8:5-10 sang perwira datang langsung menghadap Yesus. Luk membuat sang perwira sama sekali tidak berkontak secara fisik dengan Yesus
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya:
6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."
8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.

Logika tentara:
Tentara berhubungan dengan kekuasaan dan pelaksanaan perintah. Pangkat yang lebih rendah harus patuh pada yang lebih tinggi dan seterusnya hingga pangkat yang paling tinggi.
Sang perwira menggunakan logika yang sama pada Yesus dan penyakit hambanya. Buat dia Yesus penuh kuasa, sedemikian hebatnya sehingga tidak perlu lagi repot2 secara fisik datang pada sisakit, cukup berkata saja maka persoalan akan lenyap

Menarik untuk sebentar menyimak Luk 5:12-13
12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
Disini bahkan tidak perlu lagi perkataan, cukup mau, meski ada unsur aktivitas (Yesus mengulurkan tangan dsb).

Reaksi Yesus :
Yesus heran. Kenapa? Kiranya Yesus sudah bersiap untuk datang dan menjamah. Bukan karena Ia tidak dapat menyembuhkan dari jarak jauh, tapi terlebih-2 untuk kepentingan sisakit.
Yesus ingin bahwa sisakit tidak cuma sembuh raga fisik tapi juga jiwa. Coba bandingkan dengan penyembuhan wanita yang sakit pendarahan

Mat 9:20
20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.
21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Bagi Yesus cukan soal sembuh sekadar sembuh. Hal kesembuhan tidak cuma fisik tapi juga jiwa. Supaya orang diubahkan jasmani dan rohani. Orang disembuhkan dan diselamatkan.

Bagi orang kebanyakan penting untuk mengalami jamahan fisik. Yesus yang sungguh hadir secara jasmaniah dan berbuat.
Misal:
Mr 7:33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.

Tapi perwira ini dengan logika tentaranya memandang bahwa kehadirang secara fisik kurang penting. Yang lebih uatama adalah perintah. Perintah yang penuh kuasa. Bahkan mungkin perintah juga bisa disederhanakan lagi menjadi sekadar kehendak/kemauan. Cukup mau saja maka. Dan dalam hal kehendak kita harus 100% pasrah. Seperti Yesus di Getsemani: bukan kehendakKU tetapi kehendakMU

Dan Yesus menurut Luk memang tidak berkata apa-apa lagi (misal: sembuhlah atau dll) dan sang hamba sembuh.

Belajar beriman dari orang kafir
1. Layak versus tidak layak
Kita kerap dicekam masalahnya sedimikian sehingga dia memandang masalahnya adalah segala-galanya. Masalah itu sedemikian penting buat dia sehingga bahkan Tuhan sekalipun harus memberi prioritas utama pada permohonan/masalah kita. Ini sungguh manusiawi.
Perwira kafir ini juga memandang masalahnya dengan serius, namun ia tetap tahu diri, tahu siapakah dia sebenarnya. Dia cuma orang kafir yang tidak wajib ditolong sebenarnya. Coba bandingkan dengan perikop Mat 7:26-27

26 Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.
27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Kita tahu ceritanya bahwa perempuan itu merendahkan dirinya dan akhirnya Yesus memberikan apa yang dimintanya

Apakah kita rendah hati dihadapan Allah?
Bagaimanakah sikap hati kita jika kita punya permohonan? Apakah kita menuntut Tuhan?Apakah kita meminta upah kita? Karena kita sudah menjadi orang kristen?
Mat 19:27-30
27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Tetap diminta untuk menjadi rendah hati sebab yang terdahulu selalu bisa menjadi yang terakhir dan sebaliknya.

2. Saling mendoakan
Dalam kisah Luk ini sang perwira –karena memandang diri tidak layak- minta bantuan sahabat2nya orang tua-tua Yahudi dan orang tua-tua Yahudi menemui Yesus dan memberikan alasan bagi Yesus untuk menolong dia. Dan Yesus bersedia datang dan menolong
Bagi saya ini saya maknai sebagai salah satu anjuran untuk tidak meremehkan permintaan saling mendoakan. Kalau ada kawan yang minta didoakan maka mohon dalam iman kita semua sungguh membawa itu dalam doa. Jangan sekadar berbasa-basi. Bayangkan jika orang tua-tua Yahudi ini cuma basa-basi berjanji menolong sang perwiara dan tidak datang pada Yesus?
Kita percaya Tuhan mendengar doa-doa kita, dan juga doa-doa yang kita ucapkan atas permintaan teman2 kita

3. Kuasa Sabda
Kira Luk juga hendak mengingatkan pada pembacanya untuk belajar dari perwira akan kekuatan sabda.
katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Zaman Luk dituli Yesus sudah tidak lagi bersama domba-dombaNya. Yagn tertinggal adalah Kitab Suci. Dalam Kitab Suci kita percaya ada Sabda Tuhan, Dengan demikian Kitab Suci punya kuasa. Sejauh manakah kita sungguh meyakini hal ini ?

Penutup
Perwira kafir ini mengajari orang-2 Yahudi tentang bagaimana beriman. Dua ribu tahun kemudian kita juga boleh belajar dari dia bahwa
Dalam kerendahan hati kita datang menghadapNya
Memohonkan kehendakNya- ingatlah doa Yesus: tetapi kehendakMU
Kuasa SabdaNya, dan
Saling mendukung dalam doa

Renungan untuk PDKK Prapatan 2006 09 18

No comments:

Post a Comment