Monday, February 16, 2009

sabda alam

Di Jerman banyak wanita memilih tidak punya anak despite mengaku ingin. Konon disana wanita yang berhenti bekerja untuk melahirkan dan membesarkan anak akan kehilangan kesempatan berkarier. Alhasil angka kelahiran orang jerman terjun bebas. 

Mungkin wanita2 Jerman ini  berkilah – hanya gara-2 saya punya rahim maka saya harus rela mengorbankan Aspirasi karier saya, padahal saya punya hak penuh untuk berkembang. Pertanyaan yang Mungkin tidak pernah terlintas perempuan sederhana Indonesia (bahkan masa kini) yang Yakin penuh wanita itu hanya hidup untuk 3 M (macak, masak dan manak)

Dalam gereja Katolik diam2 ada pendapat bahwa hidup membiara asketik adalah Lebih tinggi dari hidup berkeluarga. Alasannya: hidup asketik lebih murni. Tetapi Kalau semua orang Katolik menjadi asketik maka tidak ada lagi yang punya anak dan populasi Katolik akan punah sooner or latter

Hence tetap ada pembagian dan mestinya yang kebagian peran asketik tidak perlu menepuk dada (meski sambil diam2) lebih hebat dan au contraire yang kebagian punya anak ya tetap proud of the duties (with some fun n’est pas ?)

Kalau hidup ini adalah pembagian tugas maka semua punya peran dan kedudukan sama. Sebab kata Paulus kaki tidak bisa hidup tanpa kepala dan kepala tanpa badan adalah benda mati.

Tetapi siapa menentukan apa ? Kenapa saya jadi wanita ? dan mentang2 wanita lalu hanya boleh pikir hidup sederhana ? Kenapa dia yang cuma menyumbang 10 cc cairan dan boleh punya karier ?

Tidak ada yang bisa jawab ini. Kalaupun dibuat jawaban maka yang ada adalah pemaksaan, karena Manusia lahir tidak dengan instink (lebah pekerja tidak pernah mendebat kenapa dia bekerja) tapi setengah jadi sudah tentu ada yang obyektif (laki2 dengan 10 cc cairan, wanita dengan rahim)

Tapi selebih dari itu adalah kesepakatan semata-mata. 

Vive la difference 
Ngono yo ngono neng ojo ngono 

October 28, 2004




No comments:

Post a Comment