Tuesday, February 3, 2009

stress resiko

Laki-laki gagah itu tidak kuasa menahan tangisnya. Didepan orang banyak ia tersedu-sedu. Ia tidak menangisi yang ia miliki. Tidak ada hartanya yang hilang, tidak ada pula anggota keluarganya yang meninggal atau kecelakaan. Yang ia tangisi adalah apa yang ia tidak punya. Apa yang amat ingin ia peroleh. Apa yang sudah ia peroleh tidak cukup untuk menghibur hatinya. Ia menangis nyaris sejadi-jadinya. Menangisi apa yang ia tidak punya.

Mungkin tepatnya: sesuatu yang lepas dari pelukannya. Klise setiap kejuaraan adalah - menang atau kalah itu biasa, may the best win. Tentu saja komentator tidak ikut bermain, dan tidak tahu apa rasanya jika mimpi dan harapan terhempas berkeping-keping.

Konon seorang bijak dari cina pernah berkata : jika seorang pemanah, memanah untuk kesenangan maka ia dengan bebas memanah dan dapat mengenai sasaran manapun dengan akurasi tinggi. Tapi coba beri ia iming-iming hadiah, katakan sekeping uang perak, maka ia tidak lagi bebas. Taruhan keping mata uang itu akan menekan syarafnya. Tambahkan lagi sekeping mata uang emas, dan beban menjadi lebih berat. Ia masih pemanah yang sama, namun bayangan hadiah membuatnya bak menjadi orang yang berbeda.

Maka dalam dunia olahraga dikenal istilah atlet profesional. Pada hakekatnya mereka ini menyiapkan diri untuk bermain demi hadiah. Bersedia mempertaruhkan hidup dan masa depan demi hadiah. Syaraf mereka mestilah terbuat dari benang baja. Dalam dunia mereka kelelahan fisik sudah biasa, kelelahan mental pun tidak jarang. Katakan saja : occupational hazard.

Harap maklum stress tidak selalu jelek. Hidup tanpa stress tidak mungkin. Strees diperlukan untuk memacu otak [dalam kesulitan timbul kecerdasan] dan juga otot. Stress dalam kadar yang sehat konon positif bagi perkembangan makhluk hidup. Coba tengok juga kurva diatas.

Kiranya yang jadi soal adalah : bagaimana agar stress tidak bertumpuk dan malah menjadi gangguan. Konon kuncinya adalah - relaksasi. Banyak teknik untuk melepaskan ketegangan. Namun demikian, setiap orang punya batas. After all we are all human.


No comments:

Post a Comment