Thursday, February 19, 2009

Pada mulanya adalah bunyi

Luther lah yang mulai menterjemahkan alkitab dalam bahasa Jerman sehingga kaum jerman bisa paham apa isinya alkitab tanpa harus belajar bahasa Latin. Sejak Luther (dan mesin cetak Gutenberg) alkitab dicetak dalam berbagai bahasa manusia. Tidak ada lagi “ bahasa Tuhan” atau “bahasa Roma”. Semua saja boleh ngerti opo tegese alkitab.Maka ”bunyi” out ”kata” in

Pada mulanya adalah sabda

Dan di barat kata adalah raja. Sudah sejak Yunani Sofia (kebijaksanaan) adalah mahkota. Dan sejak Luther renungan adalah olah benak olah kata. Berbeda dengan meditasi timur yang hening – meditatio di barat adalah sibuk dengan kata dalam hening. Bahkan dalam tradisi Lectio Devina Gereja Katolik tetap menyibukkan diri dengan konsep dan kata.

Berdoa adalah berkata-kata. Beribadah juga kebak kata-kata. Akhirnya bahkan tidak ada lagi cukup waktu untuk berbuat. Yang ada cuma kata-kata. Entah dilagukan dengan meriah (Karismatik) atau dibisikan (rosario). Kita alhasil tenggelam dalam kata

Pada akhirnya adalah sunyata

Menurut kebijaksanaan Zen hening adalah bening. Kata2 dan pikiran adalah semacam monyet yang melompat2 tanpa henti. Dan hening adalah menjinakkan monyet. Kalau tidak bisa, ya cukup sang monyet kita pandang saja. Sampai ia bosan dan diam sendiri. Maka kata-kata adalah mainan anak-anak. Zen mengembangkan koan. Misal: bagaimanakah bunyi tepuk sebelah tangan ? Jelas kata-kata bungkam dihadapan tanya macam ini. Dan kita menjadi hening. Dalam hening engkau lenyap dalam jagad raya. Menjadi satu. Tidak ada engkau atau universe. Tidak ada disana atau disini. Semua jadi satu.

Dalam hening semua nada bersepakat
Dalam gelap semua warna bersetuju

November 25, 2004




No comments:

Post a Comment