Saturday, February 21, 2009

The womb we were

Konon kenangan menerangi pojok benak kita (Memories light the corner of my mind). Kenapa mengasyikan bernostalgia, mengunjungi tempat yang dulu kita jalani ? mendendang tembang lawas, berbincang seolah puluhan tahun lewat without even missing any day?

Pada level biologik, segenap kenangan diterjemahkan benak sebagai kebiasaan, habit, reguler path, dan ini tercetak dalam relung-relung otak. Badan manusia yang dirancang buat belajar bereaksi secara ajek karena latihan akan memorize segenap perulangan. Apapun itu, termasuk ya itu tadi: lagu-lagu kita berdua, sepanjang jalan kenangan, gema-gaung masa lampau kita.

Reward perulangan sudah jelas: tubuh akan recognize bahwa ini path yang familiar buat saya, dan segera membanjir molekul kimia supaya kita tetap dalam state itu (entah lagu2 sepanjang jalan kenangan, entah kenangan apa lagi): sebab badan tahu bahwa kita telah melatih diri untuk menginterpretasi keadaan ybs sebagai : agreable kata orang Perancis

So, stay..it is safe, it is your home

Pada level yang lebih dasar kiranya manusia dirancang untuk rindu pada "home". Home sweet home adalah tempat orang menurunkan tameng, melepas topeng, Relaks, telanjang dari semua defense mechanism. Orang tidak perlu berdalih, Menipu atau bersiasat. Badan (dan jiwa)nya tahu dia aman- dia safe, dia at home.

Maklum dunia tampil sebagai medan survival. No free lunch, tidak ada hari tanpa resiko. Dan manusia rindu pada awal hidupnya - saat dia tidak perlu membela diri, saat dia tidak usah berjuang untuk mendapatkan kehangatan, kala dia tidak perlu bersiasai demi mendapatkan "penyertaan". Ya. Dalam rahim perempuan, manusia alami bahwa ada free lunch, ada perlindungan, ada teduh, relaks, at home.

Sudah tentu roda alam memaksa manusia keluar lewat celah sempit menuju dunia yang dingin dan acuh tak acuh. Tangis bayi kiranya satu cara untuk protes akan hilangnya gua hangat yang ramah. Dan kenangan bawah sadar ini kiranya embeded dalam jiwa - dan manusia selalu mencari rahimnya. Bahkan Tuhan disebut Yang Maha Rahim. Rahim besar yang menjanjikan kehangatan paripurna

Patut dipahami kalau orang berdoa "doakanlah kami, saat kami mati". Sebab kemana kah manusia rindu pergi kalau tidak kembali keRahim agung ? Didunia ini sedikit banyak manusia bisa berusaha menciptakan homenya, tapi saat hayat lepas dari badan apatah yang hendak ia buat lagi ? Kiranya ini satu alasan orang beragama: agar saat ajal menjelang ia kembali kerahim. Tempat yang teduh menenteramkan

Jul 22, 2003


No comments:

Post a Comment