Saturday, February 28, 2009

bisnis persahabatan

Berteman konon adalah berbisnis
Kamu baik pada saya dan saya akan baik pada kamu

Mungkin terdengar sinis, tapi ini lumrah

Tapi Bapamu menerbitkan matahari untuk yang baik dan yang jahat

Lalu pemahaman saya
alangkah murah hatiNya
Tidak memandang siapa kita
apa agama kita
siapa kita

Kapan kita bisa seperti Dia ?
Mungkin harus mencinta sampai mati
kalau mencinta tidak sampai terasa sakit
mungkin kita tidak mincinta
tapi berbisnis

Jan 20, 2003

Berdoa atau berpidato ?

Menurut Biarawan OSC -yang notabene katolik- dogma tersimpan terlebih dalam liturgi and hence diantaranya rumusan doa. Kiranya selain berisi permohonan, doa adalah ungkapan isi iman seseorang. Simaklah rumusan2 doa yang kita dengar kala orang kristen berkumpul. Tidak pelak bahwa rumusan2 itu mengalir dari mata air teologi alias dogma

Mungkin hal ini lebih mudah ditelaah justru dalam kelompok kristen reformasi, dimana orang berdoa dengan meriah, dengan pelamparan yang luas, menyebar mengisi segenap relung horison. Mantap.

Lain dengan kumpulan orang Katolik. Orang katolik malah cenderung tidak berdoa –dalam “gaya” kristen reformasi- melainkan merapalkan saja rumusan2 baku. Sehingga tidak aneh kalau dalam pertemuan kring ada sekian kali salam maria didaraskan. Entah apakah ini berarti orang Katolik tidak kreatif berdoa, atau tidak paham dogma atau simply malu (banyak orang Katolik menolah kalau disuruh memimpin berdoa)

Jemaat Kristen reformasi disisi lain cenderung siap jika diminta memimpin doa, dan doanya –seperti sudah disebut diatas- meluas, meluap, meluber. Sampai2 menurut seorang teman kristen reformasi, pendeta bisa tanpa sadar berkotbah berulang kali kala ibadah. Selain saat kotbah, sang pendeta juga berkotbah saat memimpin doa, apalagi doa syafaat. Mantap (lagi)

Doa publik memang bisa jatuh dalam kontes “pidato”, kadang bisa ditanyakan apakah hendak menyapa Tuhan Allah atau ingin menonjolkan ketrampilan pidato seseorang.

Tentu Yesus berkata: masuklah kamar dan kunci lalu berdoa sembunyi-sembunyi. Tapi dalam kancah publik doa ala doa pribadi sembunyi2 jelas kurang pas. Sebab hubungan tidak lagi intimate tapi lebih formal. Bak menyapa seorang kawan yang sudah jadi menteri didepan para ajudannya. Dalam pertemuan intim tentu dia kita panggil dengan nama kecilnya, tapi tentu kita tidak gunakan nama ini dalam pertemuan formal tadi

Alhasil doa publik yang bernuansa formal tadi memang lebih merupakan semacam pidato resmi dihadapan pihak yang VIP, maka wajar kalau lantas berhias bunga disana-sini, hanya tetap diingat bahwa berdoa bukan berbohong, sebab bagaimanapun
Mt 6:5 "Kalau kalian berdoa, janganlah seperti orang-orang yang suka berpura-pura. Mereka suka berdoa sambil berdiri di rumah ibadat dan di simpang jalan supaya dilihat orang. Ingatlah, itulah upah yang mereka sudah terima.



Manifesto Ciliwung

23 Nov 1958, di Jeneponto, Sulawesi Selatan lahir seorang Ignatius yang kemudian memutuskan untuk mengikuti jejak seorang Ignatius yang lain – seorang santo, mantan tentara yang mendirikan serikat bernama Yesus, SJ. Ignatius Jeneponto melihat panggilan nya menjadi pelayan orang-orang yang terpinggirkan. Orang-orang yang disepak kesudut2 gelap, pojok2 pengap yang meruntuhkan harga diri, mengkorupsi rasa kemanusiaan.

Di Jakarta ia tinggal di pinggir kali Ciliwung, mendampingi mereka yang miskin, bodoh, bermasa depan gelap. Mereka yang mengais hidup ditengah ketidak-adilan ibukota. Orang-2 terpuruk ini seperti terjerumus dalam rawa maut yang menghisap pelan kedasar yang mencekik.

Namun Ignatius percaya pada rahmat. Tidak ada yang rahmat yang terlalu kecil sehinga menjadi sia-sia. Dengan dasar keyakinan ini ia setia mendampingi, dan lebih2 belajar hari demi hari bagaimana mendampingi saudara-2 hina dina ini. Secara sistematik hasil pembelajaran ini ia tuangkan dalam buku “Melawan Stigma: Melalui Pendidikan Alternatif”

Buku ini tuntas mengupas dari a-sampai-z bagaimana mendampingi kaum pinggiran ini menjadi individu yang merdeka, yang mandiri yang percaya bahwa mereka berhak atas hidup. Ignatius percaya bahwa yang perlu dari pendampingan adalah menggugah kesadaran kaum pinggir untuk melihat bahwa nasib buruk tidak ada, bahwa mereka bisa mengubah hidup mereka, bahwa selama hayat masih dikandung badan hanya ada satu kata: lawan!

Buku ini dikemas lengkap: dari filosofi – data – analisis hingga petunjuk praktis. Ignatius berharap bahwa para sahabt pendamping dimana saja boleh menggunakan buku ini sebagai peta jalan mencapai tujuan.

Kiranya dari buku ini kita juga bisa belajar bahwa prinsip pembelajaran yang sama; kita semua dipanggil menjadi sempurna – menjadi utuh, dan entah jalan pendidikan manapun yang hendak kita lalui – anda dan saya dipanggil untuk jadi individu yang menghargai hidup sebagai rahmat sehingga perlu dipertanggung-jawabkan hingga kepenuhannya

I Sandyawan Sumardi, “Melawan Stigma: Melalui Pendidikan Alternatif”, Grasindo, Jakarta 2005, 182 hlmn + daftar pustaka, available at Gramedia Balikpapan @Rp 32000

Tuhan marah?

Dalam rangka solidaritas pada mereka yang tertimpa musibah bencana alam seorang artis melantunkan tembang yang diantaranya mengatakan bahwa Tuhan sudah marah, dan kami mohon maaf.

Bukan saya kenal Tuhan lebih baik, tapi mari kita tanyakan lebih lanjut: Tuhan marah? pada siapa? kenapa? Sudah tentu ada banyak orang yang perbuatannya kiranya tidak sejalan dengan agama (asumsinya: kehendak Tuhan ditemukan dalam agama), tapi Tuhan macam apa yang menghukum juga anak-anak kecil yang innocent demi mengganjar segelintir pendurhaka? Tuhan
gebyah uyah macam ini jelas does not make sense at all.

Lantas, apa hubungan langsung gempa dengan Tuhan yang marah? Adakah Tuhan macam menara tower di bandara yang memelototi dunia ini 24 jam, lantas waktu Dia BT dan Ia pencet tombol untuk membuat gempa+tsunami?
Emang lagi main PS?

Mengkaitkan Allah dengan bencana alam kurang lebih serupa dengan membuat bumi sebagai pusat semesta. Kita tahu waktu paham ini diguncang Gereja Katolik serta merta main kuasa dan mencekal ide ini. Belakangan kita tahu bahwa gereja ngawur dan pusat semesta memang bukan sebongkah batu yang kita sebut “bumi”. Sama sekali bukan (jadi malu ah)

Manusia bukan pusat semesta. Matahari bukan terbit untuk manusia. Bulan tidak muncul kelangit untuk membuat malam jadi syahdu dan asyik untuk indehoy. Kita cuma turunan beruk yang nunut urip di bongkahan ketiga dari surya. Tidak lebih atau kurang, jadi jangan pula membawa-bawa nama Tuhan.

Batu yang itu yang dilemparkan jatuh bukan karena kehendak Tuhan saat itu (dan bisa berubah saat lain- masak Tuhan memelototi segenap batu yang dilempar any given time). Tuhan meng-endorse gravitasi dan berlaku universal (sejauh yang kita tahu). Dan kalau lempeng tektonik bertumbukan maka niscaya terjadi gempa (plus tsunami untuk gempa dasar laut). Tidak perlu membawa nama Tuhan segala.

Jadi Tuhan has nothing to do dengan hukuman, dan dengan demikian jangat berpretensi bahwa tsunami terjadi karena kita punya dosa. Sama sekali tidak. Berkata begini secara tidak langsung mengatakan bahwa kita-lah yang menjadi poros dunia ini. Seolah untuk kitalah yang jadi sole purpose for the sun to rise and set. Sama sekali tidak.

Baiklah Tuhan has nothing to do with bencana alam, tapi ia has all thing to do with those victims. Yang bisa dimintakan adalah : keberanian untuk bangkit dan mulai lagi seolah matahari memang khusus diterbitkan untuk kita, hence tommorow we should hang around untuk menyambut matahari yang ia terbutkan untuk kita. Kalau kita patah dan menyerah matahari esok akan terbit sia-sia


Second hand believer ?

Second hand smoker adalah mereka yang tidak sengaja mehirup asap rokok lantaran berdekatan dengan mereka yang sengaja merokok.

Bagaimana dengan second hand believer ?

Kita bicara soal iman. Bukan iman praksis, tapi iman dalam konteks pemahaman dogmatis atau biblis. Iman sejauh berupa penjelenterhan teologik tentang isi iman. Konon pernah ada masanya GK menekankan iman sebagai pengetahuan kognitif. Pra Vatikan II, iman bagi GK adalah lebih bagaimana orang tahu sekrup baut isi syahadat Nikea dan seterusnya. Tapi konon lagi (bacalah buku KOMPENDIUM TEOLOGI SISTEMATIKA jilid I karangan Nico Syukur D OFM) Vatikan II membanting setir dan mengatakan iman lebih berarti mengamini akan isinya (dan tentu praksis) daripada mahir bersilat lidah dalam teologi.

Dan mungkin ini yang membuat umat Katolik jadi memble dalam soal menjabarkan apa isi imannya (maka bukan kebetulan bahwa semboyan D-KRIS adalah “aku ingin memahami apa yang aku imani” , credo ut inteligam), sebab jangankan mahir soal teologi, eksegese, dsb, membuak KS saja jarang nian.

Pasalnya umat Katolik seperti sengaja (atau sudah tradisi?) dijadikan second hand believer. Tidak perlu baca kita suci sendiri, cukup datang misa setiap minggu dalam 3 tahun, maka ke-4 Injil akan pernah sudah didengar. Tidak perlu mahir eksegese, mengko malah keluar dari GK dan mendirikan gereja kemah Salomo (fiktif ini). Tidak perlu pecah kepala memikirkan trinitas, bayangkan saja macam balok, ada panjang-lebar-tinggi. Akibatnya sudah bisa diduga – dalam soal ABC dogmatik orang Katolik jadi nomor buncit.

Kira saya jalan tengah tetap paling bagus. Ngono yo ngono unang alai songoni bah ! To some extent penjelentrehan iman (dan eksegese KS) tetap perlu, sebab iman yang tidak dipahami tidak sungguh disayangi (tek kenal tak sayang he..he..), tapi seriously, kalau engkau selalu meminjam otoritas orang lain untuk menerangkan imanmua (pokoknya begini kata pastor, begitu kata katekis…) dapatkah engaku bertumbuh dalam imanmu ? Manakah bedanya engkau dengan anak2 ? yang berkata : kata ibuku begini, kata si mbah mengaten menika…? Iman yang tidak digeluti, yang Cuma dikunyah gara-gara sudah kadung diwariskan (baptis bayi, kumini pertama sede kelas loro, krisma sede kelas enem) ya nyaris tidak bergema manakala engkau ditantang menjawab soal2 aktual. Oh bukan lantas engkau tidak bisa jadi orang baik, tentu saja ini bukan soal moral, tapi waktu engkau ditantang untuk menjabarkan iman dalam soal2 yang tidak sederhana, engkau akan berlari mencari pastor dan lantas menelan begitu saja resep2nya.

Pendeknya – credo ut inteligam, aku ingin memahani apa yang aku imani ! dan berbahagialah orang yang mendengar sabda Tuhan…dan tekun melaksanakan nyaaaa

seperti kamipun mengampuni

dalam doa Bapak Kami kita daraskan : ...dan ampunilah kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami

Pertanyaan-2
a) Jadi siapa dulu yang mengapuni ? Kita ampuni dulu orang lain lalu Tuhan mau mengampuni dosa kita ?
b) Bagaimana perbandingannya ? satu banding satu ? satu banding banyak ? Bagaimana kalau tidak apple to apple ? (curi ayam tetangga versus tidak kegereja)
c) Mungkinkah sesama berdosa murni terhadap kita dan tidak terhadap Tuhan ? Bukankah setiap kali berdosa kita violate juga hukum cinta Tuhan ? Kalimat diatas seolah ada pemisahan : kesalahan sesama terhadap kita dan kesalahan thd Tuhan
d) Kalau tidak ada sesama yang pernah bersalah pada kita (sehingga tdk pernah perlu mengampuni sesama) - dan kita PERNAH bersalah pada Tuhan lalu kita tidak diampuni Tuhan ?
e) Diakhir zaman apakah Tuhan punya buku register besar daftar kesalahan kita ?

Mungkin rada ganjil memperkarakan doa dengan cara begini, tapi tidakkah
a) Selalu Tuhan dulu yang mengampuni - Ingat cerita Yesus tentang anak hilang yang poelang
b) Kata Perjanjian lama: sekalipun dosamu merah seperti kirmizi (dsb...kirmizi teh naon) akan berubah jadi putih dst...bukan satu banding satu
c) lih (a) - setiap kesalahan thd sesama memang violate hukum cinta dan Tuhan readily forgive
d) lih (a)
e) Tuhan mestinya bukan rentenir yang berjalan2 membawa buku hutang – repot amat. Tuhan al Rahim mestinya tidak punya buku besar – register. By definition Tuhan adalah maha ampun unless kita tidak mau diampuni

Cerita de Mello SJ
Seorang isteri khawatir suaminya yang ahli melukis tidak masuk surga. Suaminya yang terbaring mau mati ini berkata begini. Bu..tenanglah Tuhan pasti mengampuni saya. Saya ini ahli melukis dan saya bisa melukis apa saja sesuai dengan keahlian saya. Tuhan itu ahli mengampuni dan Dia pasti bisa ampuni dosa apa saja

May 18, 2003

despite anything...

Bercermin pada cerita kemalangan dua kakak beradik yang saya kenal secara pribadi. Si Kakak punya dua anak laki2 yang satu autis, adiknya terbelakang mental. Si adik punya dua bayi kembar perempuan keduanya tidak punya retina mata

Langit runtuh !

Lalu bagaimana orang bisa berdamai dengan kenyataan macam begini ? Bagaimana dia mencerna: Tuhan melihat segala sesuatu baik adanya ? Dengan cara apa dia mengerti jalan hidupnya ? kenapa harus menikah dengan pasangannya sekarang ? Lalu gen apa yang menyebabkan ini semua. Kalau ini karma : karma yang mana ? salah siapa ? Kalau ini bukan salah siapa-siapa, lalu kenapa saya ?

Kata Yesus : bukan salah orang tuanya, tapi supaya kemuliaan Tuhan diwartakan. Tapi bagaimana melihat kemuliaan Tuhan dibalik kelamnya awan ?

Aku kira ini soal iman. Dalam iman kita melemparkan diri pada kerahiman Tuhan: "despite anything..." Dia tokh baik

Yang aku dengar si adik merencanakan pindah ke satu kota dimana tersedia pelayanan bagi orang buta. Mungkin disinilah mosaik cerita sudah menunggu yang kalau disambung2 mosaik2 ini akan bercerita

"despite anything..." Dia tokh baik

Jan 15, 2003

Kata Tinus

Kata Tinus, yang adalah Martinus (iaitu M dari nama MAW Brouwer), kota kelahirannya adalah kota yang unggul dikalangan sejumput kecil tanah dibawah laut yang bernama Nederland. Tinus kecil suka main pastor2an dan sang Mami yang adalah Katulik saleh membuatkan jubah coklat Fransiskan. Hubungan Tinus dengan sang Mami demikian erat sehingga Tinus nyaris tidak bisa bernafas dibekap rangkulan tentakel sang Mami. Alhasil cerita hidup Tinus selanjutnya dapat dipahami dalam terang relasinya dengan sang Ibu. Benci tapi rindu, suka tapi sebel. Tinus lari dari Delft dan jadi guru di Sukabumi, belajar psikologi dan jadi dosen di Padjadjaran, menulis ratusan kolom dan beberapa buku, dikagumi dan tidak dimengerti (kolom Brouwer termasuk tulisan yang kalut. Kalimat perkalimat memang enak dikunyah, tapi sebagai kesatuan, tulisannya lebih mirip mosaik yang ribet. Konon kata alm Mahbub Junaidi, yang mengerti kolom Pater Brouwer ya Pater Brouwer sendiri)

Dalam hidup kita masing-masing jejak tahun-tahun pertama hidup balita kita nampaknya menentukan siapa kita dikemudian hari. Tengoklah kebelakang, ingat2, bagaimana oarang tua kita bertindak, berkata dan berpendapat. Engkau mungkin memberontak saat itu, tapi ada peluang besar engkau berbuat yang sama dengan mereka, mungkin dengan sedikit modifikasi atau perubahan skala dan versi. Tapi nada dasar terdengar persis sama.

Dalam cahaya ini dapat lah kita pahami bagaimana gereja Katulik memandang Mater Dei, Theo Thokos, Bunda Allah. Apakah yang Yesus alami sebagai bocah Yahudi dikampung yang bernama Nazaret ? Apakah yang Yesus hayati dalam kebersamaan hidup berkeluarga ? Dia menjadi sama dengan kita – kecuali dalam hal dosa. Dan sebagai lumrah manusia pengalaman bersama sang Ibu mestinya membekas dalam manusia Yesus.

Yohanes ini lah ibumu. Mungkin lumrah saja seorang yang sekarat menitipkan ibuNya pada sahabatNya. Sang ibu memang dikatakan tinggal bersama Yohanes dan sang ibu juga hadir dalam masa-masa penantian Pentakostal. Sang Ibu –wanita yahudi sederhana, yang rencana hidupnya dibengkokan manakala Molekat Gabriel menjadi utusan panggilan- setia disemua bagian penting Sang Anak.

Mungkin bisa lantas dipahami landasan devosional orang katolik. Kiranya orang katolik mau berlajar dari sesama manusia bagaimana bergaul dengan Tuhan. Dan wanita ini istimewa karena mendarah-dagingkan Roh Kudus. Sang bunda dikatakan menyimpan segala sesuatu dalam hati dan bahkan sebilah pedang akan menembusi jantungnya. Pengalaman berjalan bersama Tuhan tidak selalu terang maknanya. Dan sikap yang betul adalah menerima dan merenungkan dalam hati. Apa boleh dikata – kita hanya bisa memandang sepelempar batu saja, dibalik tikungan entah apa menanti dan kelokan itu mengarah kemana sebenarnya.

Kembali ke cerita Tinus. Diujung hayatnya Tinus yang dikenal sebagai MAW menjalaninya dengan dengan penuh depresi, kesakitan dan kesepian. Kekecewaan menghantam disana-sini, kebingungan, kehampaan. Sampai akhirnya ia rebah sebelum pertolongan datang. Tinus lantas dimakamkan di gereja tempat dia ditahbiskan. Ia tidak tahu apa yang Maminya rasakan sebelum ia meninggal (Tinus sedang di Bandung waktu itu) dan mungkin mereka boleh obrol dan berdamai dialam sana.

Myra Sidharta, MAW Brouwer, Antara dua tanah air: perjalanan seorang pastor. Gramedia 1994, 162 hlm Rp 10 500 available at Gramedia Blok M

I wish I could blame you

Pernah dengar dialog macam gini:
+ : Aku juga enggak bisa nyalahin kamu, tapi habis gimana ?
- : Habis kamu sikh...aku kan sudah bilang...dst

Pernah merasa depresi karena disalahkan ? It is your fault !!
Pernah merasa lega karena orang lain yang ternyata salah ?

Kenapa kita suka mengorbankan kambing hitam ?
Kenapa tidak enak disalahkan

Well - Yesus konon mati karena kesalahan kita !
Dia -alih2 lari- malah menjemput salib
Tidak ada kasih yang lebih besar dari Ia yang mati buat sahabatnya
**boleh dikritik : kenapa bukan sekalian saja mati untuk musuhnya**

Tapi pertanyaan saya: siapa yang bilang saya ini salah ?
Siapa jurinya ?
well katanya semua dari kita berdosa !

Kadang kalau dipikir-pikir unik juga ya ?
Menjadi Kristen dan dibaptis adalah mengakui Yesus sebagai juru selamat dan pada saat yang sama : mengakui kita berdosa (dan membuat Yesus mati di salib)
that's a lot of burden don't you think ?

Kata Yesus : dosa yang paling besar adalah doa menghujat Roh Kudus mungkin karena dengan demikian kita merasa lagi tidak butuh diampuni karena dengan demikian kita menutup hati pada belas kasihan dan rahmat Allah

Tapi kadang kupikir memandang manusia sebagai 100% "dosa" kok kurang menyegarkan dalam diri manusia ada yang baik bukan ? dalam diri penjahatpun mestinya ada rasa sayang dan dimana ada kasih disitu hadir Tuhan ? Kadang saya melihat bahwa dosa lebih sebagai "embeded bug" macam software yang ada bug-nya, apa boleh buat programernya mendesain demikian dan alhasil programernya sedikit banyak tidak boleh cuci tangan atas "bug" dalam softwarenya

Apr 21, 2003

Kalau doa adalah obat

Kalau doa adalah obat
kita boleh bertanya
Adakah hidup kita diubahkan?
Kalau tidak lalu apa gunanya kita berdoa ?
Seperti makan obat tetapi tidak kunjung sembuh

Lalu buat apa pula kita makan obat ?
Sebuah kesia-siaan belaka ?
Sebuah tipuan konyol semata ?

Siapa pula yang hendak kita kelabui ?
Tuhan disurga ? Paus diRoma ? atau Teman disebelah kita ?

Jika doa serupa tablet resep
kita bisa renungkan
Apakah kita setia meneguk 3 X sehari ?
Apakah kita kurangi kadarnya
Bahkan mungkin kita lancang beli setengah resepnya saja

Lalu apakah kita tahu guna obat ?
Apa kita sudah lebih pandai dari sang pembuat resep ?

Siapakah yang hendak kita permainkan ?

Andaikan doa semacam vitamin B kompleks
Tahukah kita tubuh kita jadi sakit tanpa vitamin ini ?
Sadarkah kita kita bergantung padanya ?

Bukan soal banyak atau sedikit
Vitaminlah yang membuat hidup jadi sehat
Ia bangun tubuh kita jadi kuat

Lalu kalau kita hidup sembarangan saja
Tidakkah kita seperti sedang mencekik leher kita sendiri ?
Atau pelan-pelan membenamkan diri kelumpur kematian ?

Hehe ma hamu martangiang, asa unang hamu bongot tu pangunjunan ! (Luk 22:46)

pengemis profesional

Pernah merasa bahwa pengemis yang datang pada kita tidak cukup professional dalam mengemis ? berdiri tegak, badan sehat, kelihatan tidak kelaparan. Pagi ini saya berikan selembar uang padanya – saya pikir kita layak berbelas kasih karena Tuhan sudah berbelas kasi pada kita

Tapi saat pengemis ke-2 dan ke-3 (yang sama-2 tidak kelihatan professional juga) datang. saya putuskan untuk tidak mengeluarkan lagi dompet saya. Tidak enak rasanya dieksploitasi. Saya yakin si ibu (BTW ke-3nya perempuan semua) mungkin bisa dapat makan dengan jadi tenaga cuci atau sterika, dsb – dan bukan lewat cara yang gampang – menengadahkan tangannya

Saya berpretensi tahu keadaan orang(-orang) ini dan lantas main hakim mana yang saya beri mana tidak. Saya tidak mau dibohongi dengan guratan muka sedih dan suara memelas. Minta dikasihani dan selembar uang.

Lalu bagaimana dengan doa permohonan saya pada Tuhan ? Jika Ia tahu saya menipu adakah Dia mau memberi ? Well. Mungkin saya tidak menipu Dia, tapi mungkin yang saya minta tidak sungguh2 saya perlukan sehingga biar pintu saya ketok sampai tangan kapalan ya tidak bakal dibukakan.

Tapi darimana saya tahu bahwa yang saya minta tidak benar2 saya perlukan? Adakah minta sehat- mohon sejahtera dsb tidak sungguh saya perlukan? Well mungkin yang ini layak dimintakan, tapi minta naik pangkat ? minta tabungan superjoss 3 milyar ?
Tapi disisi lain, konon Tuhan kita sungguh kuasa dan masakan anak minta telor diberi uler, Bapak rampok saja tidak berbuat begitu

Kiranya merepotkan memahami Tuhan dengan bertanya: bagaimana sih teknik memohon yang efektif sedemikan supaya permintaan kita terkabul kobal-kabul ? Sebab dengan berpikir macam begini kita menjadi macam ibu-ibu yang memacak wajah semuram dan semengharukan mungkin supaya orang menarik kocek dan merogoh lembaran tsodakoh. Tuhan yang dipertanyakan macam begini adalah Tuhan yang dirampok.

Bayangkan Tuhan macam gudang harta dan agama adalah soal merumuskan rapalan supaya pintu gudang terbuka dan kita tikus-tikus menyeruak masuk untuk berpesta pora. Supaya gudang tetap terbuka kita ganjal pintunya dengan amalan dan ibadah – dan lagi-lagfi agama menyibukan diri dengan mendefinisikan jurus-rumus-hafalan bagaimana supaya pintu tetap terbuka sehingga kita leluasa pesta pora berakah-nikmat-melimpah-ruah

Apa yang salah dari gambar ini ? Tuhan tidak lagi pribadi yang ber-relasi dengan kita sebagai pribadi lain. Sang pengemis berupaya mengeksplotasi kita dengan memicu urat belas kasihan dan tidak peduli dengan membina relasi personal dengan kita – begitu dompet dibukakan dan duit diserahkan dia menghilang (well mungkin sembari mengucap berkat, supaya skenario sinetron jadi klop)

Sejak Adam dan Hawa berkelayapan bugil di Taman Eden, Tuhan menyapa manusia sebagai pribadi. Mereka diajak ambil bagian dalam karyaNya (Adam memberi nama chewan-2), diberi tahu mana yang boleh dan tidak (chewan mungkin dicegah dengan pagarkawat duri, tapi menungso mah diajak omong)

Kata Yesus kamu bukan hamba tapi sahabatKu. Maka bertindaklah sebagai seorang sahabat, bukan macam aktor pengemis. Berlakulah sebagai seorang pribadi menyapa pribadi manakala kita berlutut berdoa. Doa bukan cuma soal minta membombong, membujuk, meluluhkan hati, beriba-iba. Melainkan menyapa seorang sahabat, bercerita berbagi suka dan duka, menyampaikan harapan, kerinduan

Lha wong akhirnya hidup bukan soal makan minum pakaian kekayaan, tapi teduh kembali pada Ia yang mengutus kita menjadi musafir didunia fana ini. Dan dimensi spritual ini tidak untuk nanti waktu badan berkalang tanah, tapi juga sekarang ini, setiap hari setiap saat – kita boleh hayati pelukan ini. Pelukan gembala yang meninggalkan 99 untuk 1, pelukan ayah yang melupakan harga diri dan berlari mendapatkan anak durhaka, pelukan soerang samaria yang kebetulan liwat dijalan dan berbelas kasih, pelukan Seorang Sahabat yang mati untuk sahabatNya

Kamu bukan pengemis, tapi sahabatKU

in memoriam – Matius Nasution – 21-05-2001/2005

Koeli dan Paduka Pastoor

Kenapa lebih mudah tidak terlambat nonton bioskop daripada ke gereja ? Kenapa orang obrol di gereja ? Kenapa orang tidak khidmat saat misa ?

Satu jawaban yang mungkin adalah : orang lebih memandang "ke gereja" itu sekadar pemenuhan kewajiban, penunaian hukum gereja, penggenapan suruhan. Itu saja

Nonton bioskop au contraire adalah pilihan bebas. Jarang orang nonton bioskop karena wajib hukumnya atau atas alasan takut. Kalaupun sampai ada orang nonton karena alasan tersebut mungkin dia dengan bosan duduk di gedung bioskop, maksimum tertidur - sekurang2nya bete.

Lalu kenapa orang merasa wajib kegereja ? Mungkin orang masih mendekati soal pergi kegereja dengan mentalitas koeli: saya berbuat begini (ie kegereja), maka Tuhan memberi imbalan (sekurang2nya Ia tidak jadi murka). Maka saya adalah koeli atau at least kaum terjajah dan Tuhan adalah majikan saya.

Lantas dimana kehangatan Bapak-anak disini ? Mestinya tidak ada. Yang ada cuma kedinginan hubungan jongos-tuan, babu-majikan, koeli-gubernemen.

Maka kalau koeli-koeli kontrak ini lantas dimarahi pastor yang masygul kenapa gerangan orang terlambat - jelas ada yang putus dalam lingkaran logika. Koeli kontrak ini datang lebih karena pemenuhan kewajiban, maka semangat minimalis yang muncul - asal nderek misa mawon. Asal setor badan 1.1/2 jam setiap minggu.

Kalau mau efektif mendekati semangat koeli begini mestinya sang paduka pastor perlu mengumumkan SK bahwa hukuman datang terlambat adalah neraka jahanam, ribuan tahun terpanggang diapi panas, dilaknat kualat, sekurang2nya tersambar petir !

Para koeli akan serta merta datang lebih awal dan berjejal masuk gereja. Dan paduka pastor boleh menepuk dada - lihatlah domba-domba taat semua. Tapi deep down inside koeli tetap koeli, yang kelihatan rapi beribadah, namun entah dimana hati selama misa.

Yang mungkin lebih masuk akal adalah upgrading: dari koeli menjadi anak, setidak-tidaknya menjadi sahabat. Kalau kita bersahabat dengan Allah - atau dengan Romo Pastor lah, maka kita punya semangat yang lain dari koeli. Apalagi kalau kita ini tahu diri bahwa kita anak Tuhan, mestinya gelora gairah bergereja lebih menggelegak lagi.

Bukan lagi sekadar nderek misa, tapi lebih2 aktif penuh penghayatan – bahwa misa adalah perayaan bersama mensyukuri peristiwa penyelamatan Tuhan - dsb -dst. Dan keceriaan jadi sungguh nampak selama perjamuan suka cita, kasih merebak, syukur membumbung - bla-bla-bla

Lantas siapa pula yang bisa mengubah air got (koeli) menjadi anggur (sahabat) ? Sudah tentu yang bersangkutan, tapi tidak kurang perannya juga sang paduka pastoor. Kalau pastor semangat mengadakan ongoing education, peningkatan pemahaman umat, maka mestinya hasil efektif lebih cepat kelihatan ketimbang bete memasang penghalang didepan pintu.

Kalau tuan pastoor merasa sudah sibuk sana-sini, bahwa bebannya berat sarat - dsb lalu ambil cara gampang potong kompas membuang semua kursi plastik demi mencegah orang duduk obrol diluar - maka meneer pastor lupa tugas utamanya.

Lupa bahwa dia wajib membangun Gereja (iyaitu umah sekalian) lebih dari gereja (yakni gedung mati).

Disurga sukacita membahana manakala salah satu domba sesat kembali kefitrahnya yaitu anak - dan bukan saat gedung gereja (yang besok bisa musnah begitu saja ) diperbaharui, diupgrade, dibangun.

May 4, 2003

skandal lepas jubah

Sekurang2nya kaum protestan tidak pusing dengan kehidupan **eros** pendetanya. Bagi banyak orang katolik kaum klerus yang lepas jubah llau menikah adalah skandal. Hanya saja terasa nuansa double standard disini sebab suster yang keluar dengan pastor yang lepas jubah dipandang berbeda suster yang lepas jubah kerap dianggap tidak tahan dorongan hormonal dari daerah sekitar pinggang sementara pastor yang **pamit** dianggap karena ada wanita yang meruntuhkan kaulnya.

In either case yang salah adalah kaum perempuan dan yang sering muncul adalah komentar **kolot** begini: gembala itu sudah sedikit, mbok ya o jangan dikurangi dengan menggoda pastor-pastor. Terasa macam ekspresi orang putus asa yang bergantung erat pada kaum klerus dibalik ini ada paham bahwa awam adalah dasar hirarki, kaum pariah yang perlu digembalakan kesana kemari bak biri-biri sekurang2nya kaum protestan tidak akan cengeng begini (dan bila perlu bikin gereja..he..he..kidiing)

Tapi dimajalah HIDUP dan satu milis saya baca tekanan berat dipihak kaum lepas jubah ini mereka merasa diri bak orang kusta yang disingkirkan dari masyarakat Katolik Padahal **dosa** mereka **cuma** salah dengar saja Kalau menjadi kaum berjubah karena panggilan adalah yang tidak cocok dan lepas jubah berate salah dengar bukan tidak lebih dan tidak kurang. Tapi dimata orang Katolik mereka adalah skandal. Terasa dibalik naluri adalah pandangan bahwa **eros** itu rendah sehingga orang yang bertekuk lutut oleh erost tidak patut dan dipandang sebelah mata. Padahal apatah dosa mereka sehingga mereka diperlakukan minor begini?

Lepas jubah saja sudah berat masih ditambah lagi dengan tajamnya pandangan kaum yang diajar berdoa begini: ...seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami....

Tuhan kiranya lebih mengampuni daripada kita semua dan lagi-lagi kaum protestan boleh mengucapkan bait doa itu dengan lebih khusuk

Jun 21, 2003

Malaikat dalam ajaran gereja

Malaikat diciptakan Tuhan untuk menjadi utusan-Nya. Kata 'Malaikat' berasal dari kata MALACH, yaitu bahasa Ibrani yang berarti utusan. Dalam bahasa Inggris kita menyebutnya 'Angel' yang diambil dari kata ANGELOS, bahasa Yunani yang juga berarti utusan.

Sesuai dengan namanya, para malaikat bertugas membawa pesan dan misi dari Tuhan. Tuhan mengutus para malaikat untuk menyatakan kehendak-Nya, untuk membimbing, mengajar, menegur serta menghibur umat-Nya. Kita dapat menemukan dalam Kitab Suci bagaimana para malaikat tampil sebagai utusan Tuhan, mulai dari Kitab Kejadian dan sepanjang sejarah bangsa pilihan Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, kita juga mengenal para malaikat lewat ajaran-ajaran Yesus sendiri.

Malaikat dalam Perjanjian Lama
• Kejadian 19, para malaikat tidak hanya bertindak sebagai pelaksana kegusaran Tuhan melawan terhadap kota Sodom dan Gomora, tetapi mereka meluputkan Lot dari bahaya;
• Keluaran 14:19 Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka.
• Keluaran 23:20 "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan.
• Mzm 91:11 sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.
• Mzm 34-8 Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

Malaikat dalam Perjanjian Baru
• Malaikat membawa pesan pada Maria (Lu 1:28) , Yosef (Mt 1:24, Mt 2:19), Zakaria (Lu 1:11) dan para gembala (Lu 2:9)
• Malaikat hadir sepanjang kehidupan Yesus sejak lahir (Lu 2:13), awal karya (Mr 1:13) , sengsara (Lu 22:43) hingga kebangkitannya (Mt 28:5)
• Menyertai para murid setalah Yesus naik kesurga (misal melepaskan Petrus dari Penjara Kisah 12:7-11)
• Dan menyertai kita juga Mt 18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
SIAPA ITU MALAIKAT PELINDUNG?
"Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu." (Mazmur 91: 10-12)

Oleh karena cinta kasih Allah yang luar biasa kepada kita, Ia telah memilih para malaikat terberkati di surga dan mengutusnya untuk menjadi pelindung kita masing-masing begitu kita dilahirkan. Malaikat pelindung bertugas melindungi dan menjaga kita selama ziarah kita di dunia agar kelak kita dapat selamat sampai ke rumah kita yang sesungguhnya, yaitu surga, di mana kita boleh bersatu dengan Bapa untuk selamanya. Doktrin (=ajaran) tentang malaikat merupakan bagian dari Tradisi Gereja. Malaikat pelindung adalah salah satu dari sekian banyak cara yang dilakukan Tuhan agar kita sampai kepada-Nya. Gereja merayakan pesta untuk menghormati malaikat pelindung setiap tanggal 2 Oktober.

Renungan : perjumpaan dengan Malaikat
Ishak anak Abraham dari Sarah konon berarti " dan Ia(pun) tertawa". Demikianlah setahun sebelum Ishak dilahirkan Abraham ketamuan tiga molekat Yahwe (Kej 18: 1-12) dan salah satu ngendika: Sarah garwamu yang nyaris seabad usianya tahun depan akan menimang anak tunggal semata wayangmu dan Sarah yang ngumpet sambil nguping tidajk tahan untuk tertawa dan kiranya terbahak juga ia. Sebab sang molekat diruang tamu sampai mendengar dan bertanya: apakah yang lucu sehingga engkau tergelak ?

Apapun kita yang paham ilmu beologi sedikit mafhum kenapa pula Sarah tergeli hati. Lha wong tanah sudah kering, bibit sudah uzur. Mosok mau punya turunan. Yang betul saja bah!
Horas bah ! dan jebul setahun berlalu dan Ishak memang lahir dari rahim yang dikira layu. Dan kiranya kalaupun Sarah tertawa, lebih karena lucunya sang orok

Berapa sering kita tertawa ironik mendengar berita baik Injili bahwa hidup itu anugerah, bahwa kita selayaknya bersyukur, dan bla..bla...bla yang lain. Kita bilang omongan itu memang bagus pak Pastor, pak Pendeta. Tapi hidup bukan seperti yang ditulis. Hidup mengenal duka, salib dan kepahitan. Omongan bagus-bagus itu boleh saja, kalau sekadar untuk jadi hiburan dan mungkin untuk sopan-santun belaka.

Entah kita belajar dari siapa, tapi kalau diminta percaya pada mujizat, kecuali tidak ada pilihan lain, kecuali kita sudah melihat bukti, kita cenderung tidak memilih percaya dan sedikitnya tertawa dalam hati paling tidak.

Ada perempuan lain yang sekian ratus tahun kemudian juga dikunjungi lalaki molekat Allah, namanya Maryam. Dan Maryam memang masing muda sehingga tidak cengengesan seperti Sara. Karena dia tahu dia tokh dimasa subur untuk dibuahi, akan tetapi dibuahi bagaimana ? Dan pertanyaan biyologis juga muncul : saya belum kenal lalaki, kumaha saya bisa hamil. Tapi entah kumaha oge, sayah ini hamba Yahwe, sumangga kersa Gusti Allah sajah. Dan setahun berlalu dan Emanuel -Allah beserta kita- lalu lahir.

Perempuan kedua tidak diceritakan pernah tertawa, tapi dalam hidup selanjutnya sebilah pedang seolah menembus jantungnya. Sampai akhirnya Ia saksikan Sang Emanuel dipaku di kayu palang Ia tetap setia dan tekun merenungkannya dalam hatinya.
Dalam tradisi gereja Ia dipercaya sudah diangkat kesurga berikut raga-badannya dan terpenuhilah yagn tertulis bahwa seluruh bangsa akan menyebutnya yang berbahagia.

Renungan untuk PDKK Prapatan Aug 2005

Biri-biri ditengah ekaristi

Mestinya segenap orang yang cuma mau obrol ditengah misa tidak usah datang saja - percuma, dan saya yang mau khusuk beribadah jadi terganggu -demikian keluhan seorang ibu pinter

Kalau sebentar ditelaah - ada dua jenis ibadah: personal (masuklah kedalam kamar dan berdoalah sambil sembunyi) dan komunal (janganlah menjauhkan diri dari persekutuan)

Waktu orang berdoa dalam privasinya ia bisa bebas mengungkapkan curahan imannya -mau pakai bahasa hokian keq, mau berbahasa jawa, batak, apa saja, bahkan bahasa roh atau malah diem seribu basa. Bebas. Ini urusan pribadinya dengan penciptanya (yang jelas lebih pinter sehingga mengerti saja kemajemukaan ungkapan iman orang)

Namun dalam ibadah komunal ada protokuler yang jelas - yang harus diikuti. Ibadah adalah sapaan resmi pihak umat pada pihak Tuhan dengan paduka pastor sebagai pemimpin.

Andaikan kawan baik anda -si Dul- adalah presiden banana republiek - maka dimuka umum anda perlu respek kawan presiden anda ini dan tidak sembrono bercanda bebas. Bagaimana pun kawan ini adalah kepala negara banana berdaulat - meski dibelakang layar dia adalah siDul buat anda - yang dulu sama2 naik oplet babe ke pasar minggu.

Dalam misa protokolnya jelas - ini pembukaan, itu syukur, yang sana tobat. Hanya saja tata ibadah ini adalah impor aslinya, dari budaya yang asing ditempat yang jauh diwaktu yang dulu. Maka maklum kalau domba-domba tidak 100% paham dan lantas bengong seperti biri-biri.

Alhasil ada gap antara biri-biri dengan romo pastoor yang formal belajar berliturgie yang baik dan betul. Maka biri-biri lantas obrol sana sini seraya memamah biak - datang terlambat, mengganggu umah pinter yang mau khusuk sembahyang. Lebih-lebih lagi anak-anak domba dengan lincah melompat-lompat - liar kesana kemari. Kalau ayah ibu biri-biri tidak ngerti apalagi anak-anak domba putih - lebih nol kosong.

Sekali lagi ini soal pendidikan saja. Meneer pastoor jangan harap orang sudah paham 100% -bahwa cukuplah pengantar waktu mau komuni pertama duluu waktu SD - sama sekali tidak cukup. Tuan pastor jangan mimpi biri-biri lantas pinter cari buku Kanisius dan membaca untuk tahu bahwa tanda salib diawal/akhir kotbah itu tidak perlu dan keblinger.

Pastor jenderal perlu ingat bahwa biri-biri perlu pendidi'an. Sekali lagi pastor gembala dipanggil untuk menggembalakan biri2 agar jadi pinter beriman - bukan sibuk tetek bengek urusan administasi gereja yang jelas duniawi belaka.

Dan satu lagi - umah pinter yang tadi mau khusuk serius boleh ingat bahwa ada satu sisi ibadah lain yaitu ibadah pribadi. Maka silakan masuk kamar dan sembunyi bukankah Mt 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

May 11, 2003




mea culpa

Jemaah Katolik mengakukan dosa dalam setiap perayaan ekaristi dengan mengurutkan demikian " ..Saya telah berdosa dengan PIKIRAN dan PERKATAAN, dengan PERBUATAN
dan KELALAIAN..."

Menarik bahwa PIKIRAN disebut pertama kali. Andaikan urutan mengasumsikan prioritas maka dosa pertama-tama committed even bahkan saat orang berpikir2 tentang berdosa. Kalaupun dosa urung dieksekusi - kenyataan bahwa ia sudah sempat masuk dalam alam pikiran serta merta sudah membuat yang bersangkutan berdosa. Amazing how easy it is to commit to a sin !

Dalam Mr 7: 21 Yesus bersabda bahwa yang jahat timbul dari dalam. Yang jahat pertama2 direncanakan dulu baru di eksekusi. Dosa pertama-tama di mulai dari kejatuhan PIKIRAN - bukan semata2 waktu dieksekusikan.

Menarik bahwa Evdokimov (baca Majalah BASIS edisi paling gres Maret-April 2003 ) mengobservasi demikian: "Sin never comes from below, from flesh, but from above, from the spirit. The first fall occured in world of angels, pure spirits"

Astaga !

Baru terasa diktum bahwa manusia itu -semua saja- berdosa asal.Yaitu segenap manusia punya kecenderungan berdosa. Alhasil lewat benak (hati/spirit) lah manusia sudah mulai berontak terhadap Sang Baik - Allah Al Rahim. Dalam pikiran orang sudah mengkorupsi cita-cita Ilahi akan kebaikan manusia - akan kesempurnaan manusia.

Pertanyaan soal flawed in the design of human spirit (ie tends to fall) tidak akan dibahas lagi disini - diandaikan saja soal ini sudah terjawab. Tapi lantas bagaimana mensiasati soal ini ?

Buku-buku Katolik yang saya baca waktu masih kecil dulu mengusulkan agar orang melakukan penelitian bathin setiap sebelum tidur. Kurang lebih upaya ini dimaksudkan untuk menelaah kedalam, menerangi setiap sudutnya, mengungkap setiap batu, menyorot segenap celah. Buat apa ? Tindak prefentif ! Segenap embrio jahat hendak cepat-cepat diaborsi, semua rencana gelap hendak diterminasi-dini, habis itu lalu bathin jadi bersih ..sih ..sih !

Sederhana dan jelas efektif. Sebab kalau sampai dosa sempat menggumpal dan lewat masa inkubasinya maka orang jadi corrupted, contaminated. Pikiran nya tidak lurus lagi, matanya tidak memandang yang sebenarnya lagi. Ibarat komputer kemasukkan virus - ia tidak lagi bertindak sesuai kehendak pengguna, tapi over ride oleh sang virus

Pikiran yang corrupted melahirkan tindakan yang corrupted pula dan bola salju terus bergulir meraksasa. Kalau anda dan saya corrupted maka chances are pelan-pelan kita mengkorupsi orang2 sekitar kita- keluarga- masayarakat- dsb-dst dan imagine bayi2 yang lahir kemudian ? 100% corrupted ! Mereka tidak punya daya untuk me-reverse raksasa dosa yang sudah menjalar kemana-mana

Dalam logika ini hendak kita pahami pula peristiwa Paska - bahwa nun disebuah petak kecil di Israel tampilah Yesus dipentas dunia. Ia istimewa sebab Ia sempurna seperti BapaNya disurga. Orang ini berjalan, berkeliling dan berbuat baik. Diujung hidupnya Ia mati hina ditengah kriminal meski tidak ada satu kesalahan Ia buat (kecuali kalau soal mengusir pedagang di Kenisah mau dikategorikan act of violence...). Ia turun ketempat penantian dan dibangkitkan Allah-AbbaNya.

Et alors ? Eh bien, Kalau mati adalah upah dosa maka dalam kebangkitan dosa dipatahkan. Diatas kita lihat bahwa kuasa dosa sudah mondial, menggerhana, tidak ada satu dari kita yang bisa melawannnya kecuali tentu Yesus yang bangkit. Dan sejak kebangkitan Yesus official dosa dikalahkan, sebab kegelapan -yang paling hebatpun- tidak bisa menenggelamkan nyala sebatang lilin. Lilin yang biar sebatang secara absolut menegasikan gelap. Gelap tidak gelap lagi.

Yesus yang bangkit naik kesurga dan mengutus Rohnya. Menarik bahwa Dia tidak membuat kita punya badan yang baru, tapi Ia mulai dengan Roh. Sebab - bukan kah seperti kata Evdokimov diatas, dosa itu pertama2 soal spirit, roh ? Maka Yesus mengirim obat yang menyelesaikan akar bukan gejala, yang membunuh kuman bukan cuma mencegah batuk.

Lalu dimanakah itu Roh KUdus ? LIhatlah kedalam, telitilah kebathin. Adakah Ia disana ? Kenapa dunia masih penuh dengan dosa ? Karena rupanya the sum of evil outnumbered the sum of holly spirit ! Bukan soal Roh Kudus kalah kuasa (macam superhero kalah versus bad guys), tapi Ia kerap tidak diberi ruang gerak, Ia diikat dan boleh keluar sebentar saat misa atau doa minta lulus ujian. Lebih dari itu burung kudus masuk sangkar.

Kata orang bijak- kalau mau mengubah dunia, mulai dari dirimu sendiri. Maka lepaskanlah Roh Kudus dari sangkarnya, telaahlah bathin dengan rajin dan mulailah berbuat baik. Dan sukaciat surga membual-bual, saat sidurhaka pulang ke kesucian, beranjak pulang ke fitrahnya, sempurna seperti BapaNya.

Apr 27, 2003

hati yang gembira adalah obat

Coba baca ayat ini
Mzm 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
Saudara pernah mendengar istilah psikosomatik ? artinya kurang lebih penyakit fisik yang lebih disebabkan tekanan bathin. Misal orang yang pusing-pusing setiap hari senin. Hal ini mungkin disebabkan ybs stress menghadapi tekanan pekerjaan atau sekolah, dll.

Jadi dalam hal ini penyakit dapat disebabkan oleh suasana bathin. Suasana yang menyesakkan membuat badan kita ikut menderita. Sebaliknya dari ayat tadi dapat kita simpulkan pula bahwa suasana yang lega akan membawa kesehatan.

Dalam versi yang sederhana saudara2 bisa coba sendiri. Cobalah berjalan dengan menunduk, menyeret kaki, terengah-engah. Anda akan merasa tertekan. Dan rasa tertekan ini membuat anda lebih “menghayati” gaya jalan anda.Persis seperti kalau anda memang sedang tertekan. Sebaliknya, coba lah berjalan dengan badan tegak, langkah cepat dan tersenyum. Anda akan merasakan tubuh anda penuh enerji. Anda rasakan kegembiraan. Dan langkah anda semakin ringan.

Demikianlah: hati yang gembira adalah obat.

Pertanyaan selanjutnya: bukankah kesedihan atau kegembiraan itu disebabkan apa yang terjadi pada diri kita ? Kalau sesuatu yang buruk terjadi kita pasti sedih dan sebaliknya kalau dapat undian kita pasti berjingkrak gembira.
Pengkotbah 3:2-4
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;

Hidup manusia seperti roda – mengenal naik dan turun, itu bagian dari hidup manusia. Semua mengalami hal ini , entah Raja entah orang biasa, entah kaya entah miskin. Masalah tidak pernah tidak menjadi bagian hidup manusia. Siapa bilang orang banyak uang tidak punya kekhawatiran ? Siapa bilang suka cita bisa diukur dengan banyaknya urang di Bank ? Uang memang membawa kesenangan, tapi juga membawa masalah. Ibaratnya uang bisa membeli kasur enak, empuk, ruangan sejuk berAC, tapi uang tidak bisa membeli tidur nyenyak alami (beli obat tidur bisa, tapi badan bisa ketagihan)

Contoh lain
Luk 12
22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.
Kita lihat disini bagaimana harta membuat orang jadi terikat dan sulit memilih.

Begitulah hidup manusia mengenal untung dan malang – bahkan waktu Tuhan menjadi manusia dalam Yesus, kita lihat Dia menjalani hidup sebagaimana layaknya manusia biasa. Ia mengalami suka dan duka manusiawi. Bahkan Tuhan tidak menolak kenyataan hidup ini.

Jadi tidak mungkin hidup itu rata tanpa gejolak, Naik dan turun selalu ada bersama kita. Dan dengan demikian kita terombang-ambing antara suka dan duka. Apa boleh buat, begitulah manusia.

Benarkah demikian ?

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa. Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.
Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda. Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.
Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, Pikirkan tentang pengangguran berharap merekamempunyai pekerjaan seperti anda.
Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !
Puisi tadi mengajarkan satu hal: BAHWA kita BISA memilih sikap bathin kita. Mau pilih melihat yang menggembirakan ? atau pilih yang menyesakkan ?

Tapi kita teruskan pertanyaan selanjutnya: Kalau kita memilih untuk gembira apa kita tidak kualat ? Saya masih menuntut gembira dengan alasan.

Menurut Harian Kompas (Kompas Cyber Media 96/04/2005) tersenyum –meski tidak bahagia- membuat otak mengeluarkan enzim serotonin yang berguna untuk meningkatkan system kekebalan tubuh dan juga memberi daya angkat bagi kondisi psikologis seseorang. Ajaibnya pura-pura senyum memberi hasil yang sama dengan orang yang sungguh-2 tersenyum.

Tertawa lebih manjur lagi. Tertawa akan meningkatkan detak jantung dan memperbaiki sirkulasi di jaringan otot yang membantu perjlanan nutrisi-2 dan oksigen kedalam jaringan tubuh. Dua puluh menit tertawa lepas setara dengan lima menit aerobik !

Saking manjurnya terapi tertawa ini seorang dokter dari India mempopulerkan terapi tawa tanpa sebab. Klub-2 tawa tersebar sudah diseluruh dunia. Bahkan di Denmark pada tahun 2000 berkumpul sepuluh ribu orang untuk merayakan hari tawa.

Mungkin tawa tanpa alasan terlalu berlebihan. Meski diam-diam kita juga sering sedih tanpa alasan. Tapi anda dan saya yang dibaptis PUNYA alasan untuk memilih sikap gembira

Ga 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
Ro 14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Kalau jalan hidup sedang tidak rata – cobalah bertekun selalu dan mencari pesan Tuhan dibaliknya. Bacalah Ibrani 12:1-17
Ibr 12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Sebagai penutup, mari kita baca ajakan Rasul Paulus
Php 4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Memang tidak mudah, tapi kita tetap bisa memilih sukacita dari dukacita

Misteri hidup kita

Luk 1:26-38
26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

1. Hidup baru “Maria”
Dalam Injil tadi kita baca bagaimana Malaikat membeberkan rancangan hidup “baru” pada Maria. Dan inilah kiranya yang menjadi pegangan Maria dalam kehidupannya. Jika ada hal yang belum ia mengerti maka ia renungkan dalam hati

Luk 2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

Tetapi Maria selalu ingat bahwa akhirnya jalan hidupnya adalah sejalan dengan apa sudah dijanjikan oleh Malaikat. Dan Maria tetap setia apapun yang terjadi

Luk 2: 34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
35 --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Yoh 19: 25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya

Kis 1: 14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.

2. Tetapi hidup kita bukan hidup Maria
Kita berdalih: tetap belum ada malaikat yang datang pada kita, yang menjelaskan apa saja yang akan terjadi pada hidup kita. Bahkan sebagian dari kita mungkin sedang menghadapi masalah yang mungkin berat, yang membuat kita tidak habis pikir: mau apa Tuhan dengan hidup kita ini. Lalu bagaimana ?

Harus tetap di ingat bahwa meski malaikat sudah mewartakan rencana Maria tidak dengan sendirinya tahu semuanya. Bahkan para murid yang secara istimewa diajar oleh Yesus tidak langsung paham 100% jalan hidup Yesus yang dikehendaki Tuhan.

Luk 9: 45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Hidup kita masing2 akhirnya adalah semacam teka-teki mosaik, semacam misteri.

3. Teka-teki hidup kita masing-masing
Kita tidak bisa memilih dari orang tua mana kita lahir, dari bangsa apa, penampilan fisik, kecerdasan, dsb. Itu bukan hak kita untuk memilih. Itu sudah diberikan begitu saja pada kita. Semua terjadi begitu saja. Benarkah semuanya serba kebetulan ?

Mzm 22: 11 (22-11) Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.

Dalam versi Bahasa Indonesia sehari-hari ayat ini berbunyi

Sejak lahir, nasibku ada di tangan-Mu, sejak dalam kandungan, Engkaulah Allahku.

Dalam versi bahasa Ingris:

I was in your hands even before my birth; you are my God from the time when I was in my mother's body

Artinya: Tuhan sudah punya rencana bagi masing2 dari kita. Tidak ada yang kebetulan. Berbagai-bagai pasangan sudah dipertemukan oleh Tuhan sejak dahulu kala untuk melahirkan kakek moyang kita, kakek buyut kita, ayah dan ibu dan diri kita. Kita masing2 dikenal Allah dan Dia menghendaki yang terbaik bagi kita.

4. Lalu, apa panggilan Tuhan bagi kita ? Ilustrasi: Mosaik
Kita tidak bisa tahu apa gambar keseluruhannya tanpa menjalani dan sebentar2 memandang dari kejauhan. Tanpa ini kita bisa frustasi dan kehilangan arah.

Bagimanakah cara kita memecahkan teka-teki gambar mosaik?
Jawabnya: mencoba-coba menyusun satu potong demi satu potong dan sebentar2 memandang dari jauh untuk melihat kira-kira apa gambar yang menjadi teka-teki.
(Bdk kuis “berpacu dalam melodi”)

Secara biologis otak manusia terbatas kemampuannya untuk memecahkan masalah yang kompleks tanpa membaginya dalam langkah2 kecil. Coba hitung perkalian seperti ini: 56729 x 67895. Orang kebanyakan tidak bisa memecahkan soal ini tanpa membuat oret-oret (buram) dan dalam oret-oret ini langkah demi langkah dihitung perkalian ini dengan memecahkannya bagian-per-bagian. Jadi kita dirancang untuk memecahkan masalah langkah demia langkah.

Kembali ke mosaik: kita bisa pecahkan soal mosaik jika kita mulai menyusun bagian demi bagian, lalu pelan2 melihat dari jauh apa sebenarnya gambar yang menjadi teka-teki

Demikianlah kita pahami misteri hidup kita masing2: dengan menjalani bagian demi bagian dan kadang2 memandang dari kejauhan agar bisa melihat apa sebenarnya yang Ia kehendaki bagi kita masing2.

5. Memandang dari Kejauhan: Belajar dari Kitab suci
Kita bisa belajar dari tokoh dalam kitab suci bagaimana mereka menghayati dan mengerti misteri hidup mereka

• Percaya
Seperti Bunda Maria
Luk 1: 34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kita perlu renungkan lagi. Jadi kalau hidup kita nampak seperti buntu, tetap lah bertekun, tetaplah percaya, Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil

Dan Santo Paulus
Col 1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Kita bertekun dalam kepercayaan bahwa Tuhan mengkehendaki yang terbaik dalam hidup kita

Mat 7: 9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

• Renungkan
Kalau hidup seperti berkelok ketingkungan yang salah menurut kita, maka ambilah waktu untuk merenung.

Seperti Bunda Maria
Luk 2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

• Bawa dalam Doa
Kita meneladan Yesus di Getsemani

Mat 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."
39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Bawalah segenap pergumulan kita padaNya, entah berat entah ringan. Ia adalah Bapa yang mau mendengarkan

Mzm 5:4 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.

Doa amat penting sebab

Mat 26: 41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

• Bacalah Kitab Suci

Luk 24:13 Pada hari itu juga, dua orang pengikut Yesus sedang berjalan ke sebuah desa yang bernama Emaus, kira-kira sebelas kilometer jauhnya dari Yerusalem.
14 Sambil berjalan mereka bercakap-cakap tentang segala peristiwa yang telah terjadi itu.
15 Sementara mereka bercakap-cakap dan bertukarpikiran, Yesus sendiri datang dan berjalan bersama-sama mereka.
16 Mereka melihat Yesus, tetapi ada sesuatu yang membuat mereka tidak mengenal Dia.
17 Lalu Yesus berkata, "Apa yang kalian bicarakan di tengah jalan ini?" Mereka berhenti dengan muka sedih.
18 Lalu seorang dari mereka, yang bernama Kleopas, bertanya kepada Yesus, "Bapakkah satu-satunya orang asing di Yerusalem yang tidak tahu peristiwa yang terjadi di sana akhir-akhir ini?"
19 "Peristiwa apa?" tanya Yesus. "Peristiwa yang terjadi dengan Yesus, orang dari Nazaret itu," jawab mereka. "Ia nabi. Kata-kata-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya berkuasa sekali--baik menurut pandangan Allah maupun menurut pandangan semua orang.
20 Imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin bangsa kita menyerahkan Dia untuk dihukum mati, dan mereka menyalibkan Dia!
21 Padahal kami mengharap bahwa Dialah yang akan membebaskan Israel! Dan hari ini hari ketiga semenjak hal itu terjadi.
22 Lagi pula, beberapa wanita dari kalangan kami telah membuat kami terkejut. Pagi-pagi sekali mereka ke kuburan,
23 tetapi tidak menemukan jenazah-Nya di sana. Lalu mereka kembali dan berkata bahwa mereka melihat malaikat, dan malaikat-malaikat itu berkata bahwa Yesus hidup.
24 Beberapa orang dari kami lalu pergi ke kuburan dan mendapati bahwa apa yang dikatakan wanita-wanita itu memang demikian, hanya mereka tidak melihat Yesus."
25 Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Kalian memang bodoh! Terlalu lamban kalian untuk mempercayai semua yang sudah dikatakan para nabi!
26 Bukankah Raja Penyelamat harus mengalami dahulu penderitaan itu, baru mencapai kemuliaan-Nya?"
27 Kemudian Yesus menerangkan kepada mereka apa yang tertulis di dalam seluruh Alkitab mengenai diri-Nya, mulai dari buku-buku Musa dan buku para nabi.

Alkitab pada akhirnya adalah surat cinta Tuhan pada masing2 dari kita, adalah Sabda Tuhan dan Ia menyapa kita masing2 melalui Kitab Suci, maka renungkanlah hidupmu dalam terang Kitab Suci

• Percakapkanlah dengan teman
Tentu pilih teman yang dewasa, yang dapat dipercaya menyimpan rahasia, bukan yang gemar menyebar gosip. Kembali ke kutipan tadi, Luk 24:14

Luk 24:14 Sambil berjalan mereka bercakap-cakap tentang segala peristiwa yang telah terjadi itu.
15 Sementara mereka bercakap-cakap dan bertukarpikiran, Yesus sendiri datang dan berjalan bersama-sama mereka.
16 Mereka melihat Yesus, tetapi ada sesuatu yang membuat mereka tidak mengenal Dia.

Kala kita berbagi dengan teman yang dewasa, Yesus dapat saja hadir lewat teman kita dan memberi terang pada persoalan yang kita sedang hadapi.

6. Penutup
• Hidup kita masing adalah misteri yang mengundang kita untuk memahaminya
• Hidup kita bukan kebetulan, tetapi dikehendaki Allah
• Kita pahami misteri hidup kita masing2: dengan menjalani bagian demi bagian dan kadang2 memandang dari kejauhan agar bisa melihat apa sebenarnya yang Ia kehendaki bagi kita masing2
• Memandang dari kejauhan: Bagaimana memahami misteri hidup? Belajar dari kitab suci :
o Percaya
o Renungkan
o Doakan
o Kitab Suci
o Percakapkan

Tetapi secara umum apakah sebenarnya tujuan hidup kita ?
Yer 32:36 TUHAN, Allah Israel, berkata kepadaku, "Yeremia, bangsa Israel berkata bahwa peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit akan membuat kota ini jatuh ke tangan raja Babel. Sekarang, dengarkan juga apa yang akan Kukatakan.
37 Aku akan mengumpulkan bangsa ini dari semua negeri tempat mereka Kuceraiberaikan karena kemarahan-Ku dan geram-Ku kepada mereka. Mereka akan Kubawa kembali ke tempat ini dan Kumungkinkan tinggal di sini dengan aman.
38 Mereka akan menjadi umat-Ku, dan Aku menjadi Allah mereka.
39 Aku akan memberi mereka hanya satu tujuan hidup: yaitu, menghormati Aku selama-lamanya; hal itu akan membawa kebaikan bagi mereka sendiri, dan bagi keturunan mereka.

11 December 2004

Rendah Hati

Ilustrasi
Di tempat yang jauh hewan-hewan bisa bicara pada satu sama lain. Pada sebuah kolam yang jernih hiduplah dua ekor angsa dan seekor kura-kura. Mereka bersahabat akrab.
Pada suatu waktu musim kemarau berlangsung lebih panjang dari biasanya sehingga kolma menjadi kering. Banyak binatang yang tidak bisa pindah mati kekeringan. Ketiga sahabat ini berpikir keras bagaimana cara pindah kekolam lain digunung. Kedua angsa tentu bisa terbang dan dengan mudah pindah. Tetapi sang kura-kura butuh berbulan-bulan untuk pindah kegunung.
Ditengah kebuntuan munculah kecerdasan sang kura-kura. Dia meminta kedua temannya untuk terbang beriringan sambil menggigit sepoting bambu yang ringan tapi kuat. Sang kura-kura akan menggigit bagian tengah dan dengan demikian ia bisa “terbang” pindah.
Ide yang bagus ! Kemudian pada hari yang ditentukan terbanglah tiga serangkai ini. Tentulah ini menjadi tontonan bagi hewan-hewan lain, termasuk bagi seekor musang yang juga cerdas. Sang musang berpikir: bagaimana cara mendapatkan makan gratis berupa sang kura-kura itu ?
Sang Musang kebetulan belajar psikologi  sehingga tahu bahwa cara paling mudah membuka mulut seseroang adalah “lewat hati”: atau diejek atau disanjung. Pertama-tama ia cobai kedua angsa dengan mengejek mereka katanya: “Betapa bodohnya kedua angsa ini, mau saja disuruh menggotong kura-kura yang jelek. Jadilah mereka ketularan jadi jelek”. Tapi kedua angsa diam saja, karena tahu kalau salah satu membuka paruhnya maka sang kura-kura akan jatuh dan mati.
Merasa gagal, sang musang berganti strategi. Kali ini ia puji kedua angsa ini. Katanya: “Wahai, betapa cerdasnya kedua angsa ini. Mereka membawa terbang kura-kura jelek ini pindang kolam. Pasti ide ini datan dari angsa yang putih-putih ini, dan bukan dari kura-kura yang jelek itu”. Lagi-lagi kedua angsa diam saja. Namun komentar ini menggangu sang kura-kura yang kita tahu adalah pencetus ide jenius ini. Dia gelisah dan ingin mengatakan bahwa ia lah sumber ide jenius itu. Dan pada dasarnya kura-kura jelek ini memang tinggi hati. Kemudian ia berteriak bahwa dialah sumber ide ini, tapi begitu ia hendak membuka mulutnya jatuhlah ia berdebum dihadapan sang musang dan menjadi santapan nikmat baginya.
Tinggi hati mendatangkan maut!

Bagian Pertama
1. Adalah kehendak Allah
Mic 6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

2. Mengapa Allah menghendaki kita menjadi Rendah hati ?
Apa yang salah dengan kecongkakkan/keangkuhan ?
Orang congkak = meninggikan diri. Padahal yang tinggi adalah Allah
Isa 2:11 Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.
Isa 2:12 Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan
Orang congkak = menganggap orang lain lebih rendah. Dan ini adalah kekejian bagi Allah
Ex 18:11 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka."
Pr 16:5 Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.
Orang tinggi hati = lupa bahwa Allahlah penyelamat
De 8:14 jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,

3. Mengapa orang congkak? Mengapa orang bangga? Apa alasan menjadi angkuh?
Karena merasa diri kuat
2Ch 26:16 Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Menganggap diri sama dengan Allah
Eze 28:2 "Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.
Mengandalkan pada kekayaan
1Ti 6:17 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Merasa diri bijaksana
Jer 9:23 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,

4. Tidak ada alasan menjadi congkak
Tanpa Allah kita tidak dapat berbuat apa-apa
Joh 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Kekayaan tidak bisa diandalkan
Luk 12: 16-20
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Manusia itu fana
Ps 103:15-16
Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.
Ps 144:4 Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat.

Kesimpulan bagian pertama
Sesungguhnya tidak ada alasan menjadi congkak, sebab selain hal itu melukai hati Allah, pada akhirnya segala yang ada pada kita bukanlah milik kita. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat diandalkan. Manusia adalah makhluk fana.

Bagian kedua: Bentuk lain dari kecongkakan – kecongkakan Rohani
5. Beribadah untuk pamer
Mt 23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Mat 23: 5-7
Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

6. Kelompok kita yang paling benar
Semangat menjadi ekslusif: hanya kelompok kita yang benar
Ini adalah terutama semangat orang Farisi
Mr 2:16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
Tetapi juga berjangkit dikalangan murid2 Yesus
Mar 9: 38-40
Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.
Gereja Perdana Yerusalem
Ac 10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,
Dan jemaah Paulus
1 Kor 1: 11-13
Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
Semangat menjadi ekslusif: hanya kelompok kita yang benar sudah tumbuh bahkan sejak zaman para rasul. Ini adalah pandangan
• picik
• bentuk lain dari tinggi hati: merasa diri kuat karena menjadi bagian kelompok tertentu, menggangap kelompok tertentu lebih baik dari kelompok lain. Tentu ditengah kelompok kita biasanya dapatkan “sumber” ketinggian hati ini, meski tidak selalu.
Dalam pelayanan/kelompok rohani nilai-nilai dunia ini tidak berlaku.

7. Berbuat baik HANYA pada teman/kerabat
Luk 6:32-34
Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
Yesus menyuruh kita untuk tidak picik melainkan terbuka. Lega
Lu 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
Bentuk lain dari tinggi hati/menjadi eksklusif adalah hanya mau bergaul dengan “kelompok kita” saja

Bagian ketiga: Jadilah rendah hati
Belajarlah pada Yesus
Mt 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Php 2: 3-8
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Luk 14: 7-11
Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
"Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,
supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.
Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Jadi pelayan
Lu 22: 25-27
Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Mt 23:11-12
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Kesimpulan
1. Kesombongan tidak hanya berbentuk kecongkakakan karena kekayaan, kekuasaan, pengetahuan. Tetapi juga kesombongan rohani/dalam hati
2. Sebagai murid Yesus kita hendaknya belajar rendah hari seperti Yesus. Yang dating terlebih-lebih untuk mengosongkan diri sebagai pelayan

Feb 2005

Refomarmasi Protestantisme dan Reformasi Katolik: Pengantar diskusi D-KRIS/GEMAWARTA

Tulisan ini lebih merupakan montase literatur sana-sini yang hendak mengantar diskusi serius tapi santai. Setelah menengok latar munculnya reformasi dilihat kedepan – hendak kemana kita melangkah. Diskusi ini tidak berprentensi apa-apa selain awareness semata

I. Refomarmasi Protestantisme
1.1 Aspek-aspek pemicu Munculnya Reformasi Protestantisme
Aspek-aspek itu sangat kompleks dan oleh karena itu tidak dapat disederhanakan, misalnya hanya menyangkut kebejatan moral kepausan.
Alasan pertama : Nasionalisme dan bangkitnya negara-negara nasional.
Yang dimaksud¬kan dengan nasionalisme di sini adalah tumbuhnya kesadaran sebagai nasion dari sejumlah bangsa (yang berarti negara-negara) di benua Eropa. Hal ini berarti juga bahwa pemerintah lokal berkepentingan me¬mungut pelbagai macam pajak demi kepentingan dan tujuan kenegaraan. Milisi dan kekuatan pertahanan pun dibangun demi kepercayaan diri dan pada gilirannya demi pemekaran wilayah negara yang lebih luas. Dalam proses semacam ini, kepausan dipandang sebagai kekuatan ekstranasional yang merintangi terbentuknya bangsa dan negara. Semetara itu, perpajakan yang digalakkan waktu itu dianggap sebagai beban yang diletakkan diatas bahu negara-negara. Dalam arti tertentu, pemberian pajak/upeti berarti pengakuan atas supremasi kepausan atas negara-negara. Khususnya di Inggris dan Jerman, Reformasi berkembang dalam terminologi nasionalistis.

Alasan kedua: Ketidakpuasan dan kekacau¬an dibidang ekonomi.
Pada kurun waktu Reformasi sistem ekonomi yang berlaku adalah "kapitalisme". Tatanan perekonomian yang demikian menimbulkan sejumlah ketidakpuasan sekaligus kesenjangan dalam masyarakat. Bangsawan rendahan dan kaum tani sangat rentan terhadap tendensi revolusioner. Keduanya berperan bagi lajunya Reformasi.

Alasan ketiga: Kelemahan lembaga kepausan.
Penurunan kualitas lembaga kepausan. Misal : suatu saat Gereja dipimpin oleh 3 (tiga) paus secara serentak, 1378-1417; para Paus yang Berpola Hidup keduniawian 1455-1503. Para Paus sibuk mengurus barang-barang atau karya-karya seni, tetapi membiarkan lewat begitu saja pembaruan dalam -diri- pimpinan dan anggota Gereja meski sudah diserukan agar dilaksanakan (seruan Konsili Konstanz, 1414-1417).
Lebih buruk lagi adalah kualitas dan moral para prelat dan hierarki dalam tata pemerintahan Kuria Roma, kemewahan dan nepotisme (misalnya beberapa saudara dekat dari paus, kendati masih sangat muda dijadikan kardinal. Paus Sixtus IV mengangkat 6 (enam) saudara dekatnya untuk dijadikan kardinal, di antaranya Kardinal Petrus Riario yang mati karena tidak mengontrol diri dalam makan, minum, dan nafsu syahwatnya. Usianya hanya 28 tahun. Innocentius VIII sebelum dipilih jadi paus sudah mempunyai sejumlah anak haram yang diketahui umum).
Selain itu, Paus Alexander VI suka mengoleksi emas dan perempuan. Dari sejumlah wanita lahirlah tujuh anak (sewaktu Ia masih imam dan kardinal). Selama ia menjadi paus, beberapa wanita yang tidur dengannya melahirkan dua anak.
Di Vatikan berembus udara yang seluruhnya berbau maksiat dan mesum, dansa, alkohol, mabuk dan pesta pora yang tidak berkesudahan.
Dekadensi moral di Kuria merupakan salah satu tragedi sejarah kepausan. Situasi semacam ini de facto menyuburkan sikap berontak terhadap lembaga Gereja yang dipimpin orang-orang yang tidak becus dan bermoral bejat. Perlu diingat, bahwa dekadensi moral di Jerman kurang Iebih atau mungkin lebih berat daripada di Italia. Banyak di antara imam-imam kelas tinggi, seperti uskup dan pembantu terdekatnya, hidup dalam semangat duniawi semata-mata. Mereka gemar mengumpulkan harta kekayaan dan sangat jarang merayakan Ekaristi. Mereka juga melewatkan waktu dengan berburu dan bersenang-senang. Contoh yang sangat jelas diperlihatkan oleh gaya uskup Koln, Hermann von Wied. Dalam seluruh hidupnya ia hanya merayakan Ekaristi sebanyak 3 (tiga) kali saja.
Pada dasarnya dapat diringkas pemicu gerakan reformasi adalah krisis politik, ekonomi dan moral

1.2 Pilar-pilar Terpenting Teologi Martin Luther
Secara substansial doktrin teologis Martin Luther yang paling penting terdiri atas tiga hal, yakni:
1) Ajaran tentang yustifikasi (pembenaran yang radikal atas manusia melalui sola fide. Slogan yang paling terkenal dari gerakan pembaruan keagamaan yang dilancarkannya berbunyi "Pembenaran hanya oleh iman."
2) Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
3) Ajaran tentang imamat umum dalam kaitannya dengan luas untuk menafsirkan Alkitab.
Semua proposisi teologis lainnya yang dimajukan Luther selalu merupakan konsekuensi dari prinsip-prinsip tersebut
Berikut ini dikemukakan penjabaran atas substansi doktriner tersebut di atas.
1. Sola Fide
Doktrin tradisional Gereja (Katolik) mengatakan, manusia diselamatkan oleh iman dan karya-karyanya. Iman menjadi nyata sungguh-sungguh ketika diwujudkan dan diungkapkan secara konkret dalam karya-karya. Karya manusia menjadi kesaksian otentik hidup Kristen, manakala digerakkan oleh iman yang benar. Jadi, karya insani itu mutlak perlu. Dengan gigih Luther menentang nilai karya manusia. Cukuplah beriman demi keselamatan. Imanlah –dan hanya Imanlah- yang menyelamatkan. Hanya karena iman (sola fide) manusia dibenarkan. Bukan karya-karya (sekalipun baik dan terpuji misalnya amal kasih; matiraga, dsb). Keselamatan itu bukan merupakan imbalan dan terjadi tanpa jasa dari pihak manusia.
Berpangkal pada ajaran sola-fides itu timbullah secara konsekwen ajaran Predestinasi. Predestinasi berasal dari bahasa Latin, destinatio: penentuan. Istilah ini lebih popular di kalangan pemakai bahasa Indonesia dengan sebutan takdir atau nasib. Predestinasi ini dibela dengan menggunakan otoritas Kitab Suci, misalnya Roma 8:28; 9:18-29. Konon, ada sekelompok orang yang disebut electio. Maksudnya ialah mereka yang dipilih oleh Allah untuk percaya dan karena itu juga diselamatkan (Lukas 10:20). Tetapi selain itu ada kelompok lain yang disebut reprobatio (cfr. 1Ptr 2:8). Disebut demikian, karena mereka itulah yang tidak ditakdirkan oleh Allah untuk diselamatkan. Mereka ini ditolakNya. Predestinasi ini dipandang sebagai sesuatu yang adil. Sebab siapa saja yang berdosa dengan melanggar hukum serta ketentuan yang ditetapkan oleh Allah sudah selayaknya menerima hukuman.
Semua orang itu pendosa. Allah sendiri memilih sebagian dari antara orang-orang yang sepantasnya dihukum (lantaran telah berbuat dosa selama hidup di dunia ini) untuk diselamatkan dengan mencurahkan secara cuma-cuma rahmat-Nya, yang berupa iman. Hanya orang-orang inilah yang akan diselamatkan. Predestinasi bertumpu pada kontradiksi yang dianggap ada antara kehendak manusia (untuk berbuat balk sesuai dengan kebebasannya) dengan kedaulatan Allah (yang menentukan segala-galanya).
Di kalangan Gereja Katolik Roma predestinasi dalam artian bahwa Allah menentukan orang untuk menjalani hukuman abadi, tanpa memperhitungkan dosa yang mereka lakukan dengan bebas, tidak pernah diterima. Mengapa demikian? Sebab hal itu langsung berlawanan dengan kemauan Yang Mahabaik untuk menyelamatkan semua orang (1 Tim 2:2-4). Selain itu, halnya juga bertentangan dengan Injil, yang adalah Kabar Baik yang telah diwartakan oleh Kristus Yesus. Dia rela mengorbankan Diri-Nya demi keselamatan semua manusia.
2. Sola Scriptura
Semua yang kita ketahui tentang Allah dan relasi manusia Allah sudah difirmankan-Nya sendiri dalam Alkitab. Semuanya ini begitu gamblang dan tanpa rasionalisasi yang bercorak metafisis-teologis. Hanya Alkitab sajalah otoritas yang infalibel (yang-luput -dari-kesesatan) yang manusia butuhkan. Sri paus, uskup, konsili-konsili dan seluruh tradisi insani bukan saja tidak berguna, tetapi juga dan malahan menghalangi manusia memahami Alkitab secara benar.
Sola sriptura (hanya Alkitab). Maksudnya, Alkitab yang merupakan asas tunggal hidup menggereja, berisi semua kebenaran yang diwahyukan Allah. tidak ada sumber kebenaran lain, misalnya tradisi. Tradisi tetap diakui Luther, tetapi tradisi sama sekali tidak disetarakan dengan Alkitab, sebab tradisi hanyalah ciptaan manusia. Oleh karena itu, tradisi idak dapat menjadi sumber kebenaran. Pada dirinya sendiri Alkitab cukup memberikan kepada Gereja kepastian tentang semua kebenaran Ilahi. Tentang Allah, manusia tidak dapat mengatakan sesuatu yang lain kecuali apa yang telah diwahyukan melalui Alkitab.
Sebelum Reformasi sedikit saja orang awam yang membaca Alkitab (Luther sendiri melihat Alkitab yang lengkap pada usia 20 thn) Tetapi kini firman Tuhan tersedia dimana-mana. Alkitab Perjanjian Baru terjemahan Luther sekarang masih digunakan di Jerrnan - terbit pada tahun 1522

3. Imamat semua orang beriman
Berkenaan dengan cara berpikir ajaran yang baru (antara manusia dan Allah, manusia dan Sabda Allah, tidak dibutuhkan samasekali pengantara) dan situasi historis yang terjadi pada akhir Zaman Pertengahan selama renaisans: klerus yang menjadi duniawi telah kehilangan kredibilitas dan semakin tidak terlihat distingsi efektif antara imam dan awam. Luther menolak Gereja yang hierarkis sebagaimana diperlihatkan oleh Roma. Manusia beriman tidak membutuhkan mediasi insani. Sebab kebebasan manusia beriman, yang adalah anak-anak Allah, telah memungkinkan Allah berhubungan langsung dengan masing-masing orang beriman. Akibatnya adalah ia menolak Ekaristi sebagai kurban. Kurban (salib) Yesus Kristus hanya terjadi sekali (di Kalvari), tidak terulang dan untuk selama-lamanya. Luther kemudian mereduksish sakramen dari 7 (tujuh) menjadi 2 (dua): Baptis dan Ekaristi. Ia juga mendevaluasi pengertian/pemahaman tradisional tentang sakramen. Dikuranginya tanda-tanda lahiriah dari rahmat (sakramentali) iman dan kebebasan yang sungguh kuat tentang kultus.
Berkaitan dengan penolakan terhadap hierarki Gereja, Luther menyangkal peran hierarki Gereja dalam membagi-bagikan indulgensi Pasalnya demikian: pada akhir 1507, Yulius II mengawali pembangunal basilika Santo Petrus. la menawarkan indulgensi bagi mereka yang bersedekah untuk bangunan sakral itu. Sistem indulgensi ini sudah lams dipraktikkan dan tersebar ke seluruh kekristenan. Dalam 1515 di Jerman situasinya semakin kompleks dengan adanya masalah yang lain. Albertus von Brandeburg, yang sudah membawahi dua keuskupan (Magdeburg dan Halberstadt), memperoleh lag satu keuskupan (Mainz), sehingga harus membayar sejumlah uan, kepada Kuria, tetapi ia tidak sanggup.
Keluarga Fugger, salah satu bankir terbesar di zamannya, menalangi pembayaran. Uskup memperoleh kesempatan untuk berkhotbah d keuskupannya tentang indulgensi: separo dari jumlah sedekah diberikal pada Fugger sebagai pembayaran utang, separo yang lain disetor ke Roma. Khotbah itu dijalankan oleh J. Tetzel OP (1465-1519), yang mengajarkan antara lain bahwa, untuk memperoleh indulgensi bagi para arwal tidak perlulah keadaan berahmat dan penitensi. Kata-kata Tetzel yang melegenda dan begitu kondang berbunyi demikian “begitu uang sedekah jatuh ke peti sumbangan, jiwa mereka melompat keluar dari azab (penderitaan) Api Penyucian”. Dengan kata lain, semua diringkaskan dalam proyek besar-besaran untuk mencari dan mengumpulkan Mammon.
Bereaksi terhadap penyalahgunaan yang berhubungan dengan khotbah, tetapi sambil menyerang doktrin tentang indulgensi, Luther pada vigili hari raya semua orang kudus (31 Oktober 1517) mengirimkan kepada beberapa uskup 95 dalil (dalam bahasa Latin) tesis-tesis tentan indulgensi. Hanya karena para uskup itu diam_ saja, maka ia mengirimkannya kepada para teolog. Luther tidak pernah memancangkan ke-95 dalil tentang indulgensi itu pada pintu kapel kaste Friedrich dari Saxonia, juga karena Luther tidak mau memberontak melawan Gereja. Hal ini baru ia putuskan hanya setelah lama berselang. Indulgensi kiranya hanya merupakan silih hukuman kanonik yang ditanggungkan oleh Gereja, dan tidak merupakan sesuatu yang diperhitungkan di dunia sana, tidak dapat diaplikasikan kepada para arwah, tiada apa yang disebut harta kekayaan Gereja, suatu kompleks jasa Kristus dan para kudus.

Konsekuensi Protestanisme
1. Subjektivisme dan individualisme
2. Awamisasi
3. Interpretasi atas Kitab Suci yang rasionalistis
4. Kultus (kebaktian) dan bacaan-bacaan Kitab Suci dipraktikkan lebih, sering serta mendapat porsi yang lebih banyak dibandingkan praktik yang sama dalam agama Katolik Roma.
5. Penolakan terhadap setiap jenis mediasi antara Allah dan manusia berakhir dengan tidak menghiraukan aspek sosial dan komuniter dari (setiap) agama, sambil memperkokoh paham individualisme.
6. Peran serta lebih aktif dan sadar dalam liturgi gerejawi. Sikap ini memperkembangkan makna liturgi yang lebih merakyat, dan kesadaran yang lebih jernih akan arti imamat orang beriman, yang diterima melalui sakramen baptis.
7. Tidak adanya sistim tertentu dalam ajaran Luther dan perhatian Luther kepada penyelidikan bebas Alkitab menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam protestantisme. Protestantisme hanya bersatu dalam ajaran sola-fide, penerimaan Alkitab sebapai satu-satunya sumber kekuasaan, dan penghancuran pengertian Gereja katolik. Akan tetapi dalam banyak hal mengenai ajaran, upacara dan organisasi Gereja timbul perpecahan, yang di sana-sini menjurus_ kepada sektarisme.
Pada Buku Data dan Statistik Keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat [Kristen] Protestan - Departemen Agama RI pada tahun 1993, kita menemukan 275 organisasi gereja Kristen Protestan. Di samping itu ada pula sekitar 400-an yayasan Kristen Protestan atau yang bersifat gerejawi (dalam bahasa Inggris sering disebut parachurch; harfiah: di samping gereja), baik yang sudah memperoleh Surat Keputusan Pendaftaran sesuai dengan W No 8/1985 maupun yang belum. Jadi seluruhnya ada_sekitar 700 organisasi Kristen Protestan, yang berkegiatan dan melayani di Iingkungan masyarakat Kristen Protestan Indonesia yang jumlahnya sekitar 15 juta jiwa, maupun di lingkungan masyarakat Indonesia umumnya, yang menurut sensus 1990 berjumlah sekitar 180 juta jiwa.
Pdt Dr Jan S Aritonang menggolongkan aliran-aliran Protestanisme sbb: Lutheran Calvinis (Reformed; Presbyterian), Anglican (Episcopal), Mennonit, Baptis, Metodis Pentakostal, Kharismatik, Injili (Evangelical), Bala Keselamatan, Adventis, Saksi Jehova (Menara Pengawal), Mormon, Christian Science , Scientology dan Gerakan Zaman Baru. Patut dicatat juga gereja-gereja pergumulan orang Kristen Indonesia (sendiri ataupun bersama mitra mereka dari luar) dan hendak mencerminkan ciri keindonesiaan atau kedaerahan, misalnya: Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), Gereja Protestan Maluku (GPM), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan sebagainya.
8. Ajaran Predestinasi “sudah ditakdirkan akan selamat” mendorong orang untuk membuktikan nasib baik itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai teladan, yaitu sebagai perbuatan yang tak henti-hentinya harus dilakukan. Orang harus menghindarkan dosa; dalam hal ini tak ada jalan lebih baik daripada terus-menerus mengingat-ingat akan keadaan dirinya sebagai pendosa, dan demikianlah orang memuliakan Allah. Dalam suasana semacam itu sudah tak ada tcmpat lagi kecuali kemuraman, kesungguhan, kerja dan latihan kemauan yang keras. Studi yang membuktikan pengaruh spiritualitas Protestantisme terutama Calvinisme atas ekomoni kapitalistik dilakukan oleh Max Weber dalam Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism

II Kontra Reformasi alias Reformasi Katolik
2.1 Pra Luther
Gerakan pembaruan Gereja Katolik sebenarnya sudah dimulai sebelum Luther. Namun peristiwa itu mulai dari bagian luar Gereja. Yang menonjol ke depan bukanlah hirarki. Usaha-usaha pembaharuan perorangan itu terlalu fragmentaris dan terpisah-pisah untuk dapat menyeret seluruh Gereja. Misalnya gerakan devosi modern, gerakan observante dalam biara-biara (berusaha mengembalikan disiplin biara yang asli, lebih-lebih di bidang kemiskinan dan clausura, yaitu kewajiban biarawan untuk hidup di dalam biaranya)

2.2 Konsili Trento (1545-1563)
Konsili Trento dimaksudkan terutama untuk menghukum dan mengutuk kesalahan-kesalahan dasariah yang dianggap sebagai para bidaah zaman itu (tegasnya gerakan pembaruan keagamaan di bawah payung Protestantisme), dan untuk mengajarkan doktrin yang benar dan Katolik.
Aspek dogmatik:
Menolak individualisme Protestan. Hierarki gereja adalah ditetapkan oleh Kristus. Hierarki ini membedakan dan membuat subordinasi awam terhadap uskup, kendati semuanya disatukan oleh martabat imamat umum yang didasarkan pada sakramen baptis
Gereja yang yuridis-mistik ini adalah penjaga dan penafsir Sabda yang diwahyukan Allah, yang dihidupkan melalui kuasa mengajar Gereja (magisterium).
Gereja Kristus merupakan sumber rahmat yang dirayakan dalam dan melalui sakramen-sakramen, yang ditetapkan berjumlah 7 (tujuh) saja, bernilai objektif dan berdaya guna intrinsik.
Menolak unilateralitas Protestantisme. Gereja merasa perlu mengajarkan proses yang membawa pada yustifikasi (pembenaran). Hal mi dapat terjadi melalui pemberian rahmat dan kerja sama antara iman dan karya.
Menolak sikap pesimis Protestantisme dengan menegaskan, bahwa manusia dikondisikan oleh dosa asal; tetapi kodrat insani tidak seluruhnya busuk; ditekankan daya guna rahmat yang memungkinkan orang dapat melaksanakan perintah-perintah (Allah).
Meneguhkan sifat korban dari Ekaristi sekaligus mempertegas bahwa korban yang benar dan satu-satunya dari Perjanjian Baru adalah '' korban Salib.
Aspek Disipliner:
Mewajibkan para uskup beresidensi di keuskupan mereka. Konsili samasekali tidak mengharapkan para uskup "berkeliaran".
Melarang para klerus mengumpulkan harta benda. Para imam dilarang menerima uang demi pendapatan pribadi sebagai imbalan dalam memberikan indulgensi.
Konsili juga memperingatkari warga Gereja terhadap bahaya takhyul dalam pemujaan orang kudus dan benda peninggalan orang suci.
Mengeluarkan Indeks buku-buku yang terlarang.
Bahkan sampai hari ini para penulis Katolik yang membuat tulisan mengenai ajaran harus menyerahkan karya rtiereka untuk diperiksa oleh Gereja agar rnendapatkan nihil obstat ("tidak ada yang bertentangan") dan imprimatur ("boleh diterbitkan"). Kedua sebutan ini memberi pengesahan bahwa pendapat rnereka ortodoks. Inilah praktik warisan Trente.
Menyeru diadakannya perbaikan sistem pendidikan para calon imam di setiap keuskupan, metode pendidikan dan seleksi para calon, mendidik religiositas mereka dengan ilmu kegerejaan yang mendasar, penting, dan perlu. (pada masa itu kaum rohaniwan buruk seleksinya dan sama sekali tak diberi pendidikan apapun)
Dengan khusus sekali Konsili mencurahkan perhatiannya kepada seluruh umat Gereja, ketika ia menegaskan lagi penyambutan sakramen lebih kerap dan misa wajib pada hari Minggu, komini pada hari Paska dan pengakuan dosa tahunan. Ini lebih diutamakan daripada bentuk-bentuk devosi rakyat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

2.3 Konsili Vatikan II (1962-1965)
Dalam 16 konstitusi, dekrit dan pernyataan telah termaktub pemikiran katolik moderen mengenai Gereja. Tidak semuanya sama penting, dan jiwa aggiornamento tidak meresapi keenam belas dokumen itu sama kuatnya.
Konsili telah menutup cara berpikir lama, yaitu yang memandang segala sesuatu dari sudut yuridis dan organisatoris. Pandangan ini statis, artinya terlalu menekankan aspek yang tidak dapat berubah-ubah, bahwa yang tidak dapat berubah-ubah ini menyusupi seluruh sejarah. Padahal sifat sejarah ialah berkembang, dan terikat kepada waktu. Berlawanan dengan pandangan ini konsili menghidangkan sebuah pandangan yang dinamis, bahwa Gereja selalu berkembang lebih lanjut sebagai umat beriman. Dengan menyatukan diri dengan Alkitab, Gereja telah menemukan dirinya sebagai umat Allah yang sedang dalam perjalanan menuju tanah yang dijanjikan. Memang tanah itu masih merupakan masa depan yang belum diketahui. Akan tetapi umat ini hidup, mencari-cari dan senantiasa berganti bentuknya. Yang menjamin asas hidupnya ialah yang tidak berubah-ubah, yaitu Dia yang memimpin, Yesus Kristus. Istilah “terang bangsa-bangsa” bukanlah diperuntukkan bagi Gereja, melainkan bagi Kristus. Pernyataan itu hanya berlaku bagi Gereja, sejauh ia setia kepada Kristus.
Diakui, bahwa Gereja adalah Gereja orang yang berdosa, dan di masa yang lalu telah membuat kesalahan-kesalahan. Dengan ini Gereja telah membuang semangat triomfalisme yang telah lama dipegangnya. Juga semangat klerikalisme dibuangnya. Dengan jelas konstitusi itu membicarakan Gereja. Mula-mula Gereja disebut umat Allah sebagai kesatuan. Baru kemudian disebut-sebut tentang fungsi anggota yang berbeda-beda, tentang uskup, imam, awam dan biarawan-biarawati. Gereja sekarang mengajarkan, bahwa semua umat beriman mengambil bagian dalam imamat Kristus. Denan demikian sifat pelayanan imamat hirarki menjadi tampak. Pelayanan ini hanya akan berfungsi baik, bila dilaksanakan dengan dialog, (atau untuk menggunakan kata lain yang juga menjadi terkenal karena konsili Vatikan), dengan semangat kolegialitas (kesatuan)
Pemikiran kolegialitas ini paling jelas digarap didalam teks tentang uskup hubungannya dengan paus. Uskup yang sudah terlalu lama dipandang sebagai administrator daerah keuskupannya (diosisnya), dan pelaksana belaka daripada kehendak paus, telah mendapat fungsinya yang lebih benar. la adalah pembawa berita Kristus bagi umat yang diserahkan kepadanya. lapun, sebagai anggota dewan para uskup yang dipimpin oleh paus, turut memerintah Gereja semesta. Kuria juga diperbaharui. Dahulu Kuria adalah organisasi tertutup yang hanya tunduk kepada paus. Sekarang ia harus rnenjadi instansi yang melayani dewan uskup-uskup dan memperhatikan kepenitngan para uskup.
Pikiran dialog juga menjiwai teks-teks tentang hubungan Gereja dengan Gereja-gereja bukan katolik. Belum lama berselang Gereja bukan katolik dianggapnya sesatan dan pemecah belah. Gereja-gereja itu diakui sebagai bentuk otentik dari umat kristen yang satu, yaitu umat Allah. Dosa perpisahan tidak lagi diletakkan pada pihak lain, melainkan diakui bersama-sama. Sungguhpun tidak dilaksanakan secara konsekwen, konsili juga mengakui bahwa Gereja Timur adalah Gereja dalam arti sepenuhnya, sedangkan Gereja-gereja Reforatormis (setelah Luther) dinamakannya umat-umat. Bedanya terletak dalam hal ini: Gereja Timur mengenal cara pergantian tampuk piinpinan Gereja dan memiliki sakramen yang sama dengan Gereja Latin. Sedangkan Gereja-gereja Reformatoris tidak mempunyai hal-hal seperti itu, atau hanya terbatas saja memilikinya. Dua hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa gerakan ekumene telah diambil alih sepenuhnya oleh Gereja. Pertama, dengan mengakui Gereja Timur sebagai Gereja yang sah, Gereja tidak lagi melarang orang katolik (Latin) untuk menyambut sakramen di dalam Gereja Timur, sebab sakramen memang sama. Sebagai tanda persekutuan ini, pada tanggal 7 Desember, pada malam menjelang penutupan konsili, Paulus VI dengan resmi membatalkan kutukan ekskomunikasi yang telah diucavkan oleh Roma pada tahun 1054. Pada jam yang sama, batrik Athenagoras dari Konstantinopel juga menjalankan upacara yang sama. Yang kedua ialah pertemuan yang diadakan tidak lama setelah konsili, antara Paulus VI dan uskup agung Ramsey dari Canterbury, pemimpin Gereja Anglikan. Mereka bersama-sama melakukan ibadat doa ekumenis. Terhadap agama-agama bukan kristen, seperti misalnya Yahudi, Budisme dan Islam, konsili juga mengambil sikap yang lebih positif. Persatuan antara agama kristen dan Yahudi ditekankan dengan menyatakan bahwa keduanya adalah pewaris Perjanjian Lama yang sama. Konsili juga mengakui nilai-nilai religius agama-agama besar di dunia.
Suatu konstitusi tersendiri dikhususkan untuk masalah: Gereja di dunia moderen. Mungkin bahasa teks konsili ini berbau kuno, namun semangatnya baru. Teologi mengenai barang-barang duniawi baru saja lahir, tetapi bahwa kita telah memulainya adalah hal yang amat menggembirakan. Hidup profan dalam segi-seginya sosio-ekonomis, ilmiah-tehnis dan kulturil (kebudayaan). tidak lagi meniadi obyek kecurigaan tetapi dianggap positif dan dihayatinya bersama-sama dengan yang lain. Di sinipun Gereja telah menemukan dasar yang sama: yaitu pertumbuhan menuju kemanusiaan vang lebih penuh: Keduanya membangun arah yang sama, dengan cara masing-masing, tanpa saling merugikan. Penugasan diterima da ri sumber yang sama, yaitu Allah, yang mernerintahkan, agar dunia dijadikan tempat hidup yang lebih baik.
Keluar dari konsili Gereia merasa dirinya segar. Kini ia tampak lebih sederhana, tidak lagi memegang teguh keyakinan bahwa dialah yang benar dan semua yang lain salah. la berdiri lebih dekat kepada manusia, karena ia kini tidak bersombong lagi, bahwa dialah satu-satunya yang memiliki jawaban siap atas semua persoalan. Memang ia tidak mengubah ajarannya, atau membuangnya. Ia hanya menyatakan diri sedia untuk menguji ajarannya dengan masalah kongkrit manusia moderen. Dengan jalan ini ajarannya mungkin dapat dimengerti oleh manusia, dan ajaran Gereja akan menjadi lagi “jalan, kebenaran dan kehidupan”.
Tentu saja, sukses konsili tidak terletak dalam dokumen-dokumennya. Ketika konsili berakhir pada tanggal 8 Desember 1965, pekerjaan sebetulnya baru mulai. Konsili telah memberikan dorongan untuk pembaharuan Gereia, dengan daya yang sebelumnya dikira hampir tidak mungkin. Karena dengan bijaksananya konsili membatasi diri pada beberapa garis besar yang pokok saja, dan menyerahkan hal-hal kecil kepada situasi dan kondisi masing-masing tempat dan kepada perkembangan, maka wajah Gereja yang pasti sekarang ini belum mungkin digambarkan. Baru kemudian para historisi akan dapat melihat pembaharuan wajah dan bentuknya yang jelas. Sejak sekarang Gereja bernama Gereja setelah Vatikan II.

III Masa depan kita bersama
Beberapa perbedaan Protestan-Katolik
Pada Katolik tekanan pada sakramen; pada Protestan teka pada sabda/pewartaan.
Pada Katolik imam kultis yang mempersembahkan kurban (Ekaristi); pada Protestan pendeta profetis yang menyampaikan` sabda Allah.
Pada Katolik Kitab Suci dibaca dan dipahami dalam umat dipimpin oleh hierarki; pada Protestan masing-masing orang membaca dan mengaitkan Kitab Suci sendiri.
Pada Katolik lebih mementingkan perasaan, kesenian, kehangatan; pada Protestan lebih menekankan pada pengetahuan, ilmu, dan ketegasan.
Pada Katolik agama kontemplasi (memandang); pada Protestan agama iman (mendengarkan)
Masalahnya adalah bagaimana kita menanggapi perbedaan-perbedaan ini dalam kehidupan bersama kita, terutama dalam kesaksian bersama terhadap dunia kita yang mayoritasnya beragama lain.
Hambatan paling besar, yang dihadapi oleh gerakan Oikumene di Indonesia, yaitu bahwa banyak orang tidak melihat perbedaan di atas sebagai perbedaan Gereja tetapi sebagai perbedaan agama! Penekanan pada perbedaan ini membuat kita tidak mampu menemukan bahwa iman Kristiani dan kesederhanaan Injil sebenarnya lebih penting daripada segenap perbedaan ini
Kita masih harus bekerja keras untuk dapat hidup hersama sebagai sama-sama orang Kristiani. Selama ini kita sudah punya tekad, tetapi masih hidup sendiri-sendiri, paralel satu disamping, yang lain. Padahal konteks kita sekarang menuntut agar kita bergerak bersama

IV Ecclesia semper refomanda: Quo Vadis pembaruan gereja Katolik
Setelah lebih dari 30 tahun pembaruan Konsili Vatikan II – boleh ditanya dimanakah kita sekarang ini ? Beberapa ide/pertanyaan :
Di Tingkat Pribadi/Keluarga
Lebih menggembleng diri agar menjadi warga Gereja yang lebih spiritual daripada yang formal ritual. Dengan demikian clapat menerima "menjadi lap", yang kemudian dibuang. Jadi, "habis manis sepah dibuang". Yang penting menjadi manis yang hetul-betul dan tetap manis untuk tidak dibuang. Bersedia setelah dipukul pipi kirinya diberikanlah pipi kanannya.
Di Tingkat Keluarga -sebagai unit terkecil masyarakat- integritas perlu diutamakan.. Hal ini menjadi semakin relevan mengingat semakin sulit mewariskan nilai-nilai yang baik pada anak-anak. Hindarilah hedonisme clan materialisme yang berlebihan.
Di Tingkat Masyarakat Bangsa
Kehadiran yang tegar atas nilai-nilai luhur dengan tetap memperhatikan bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang pluralistik. Membuka dialog terus-menerus, mendorong pemikiran-pemikiran yang proketerbukaan, demokratis, clan mengindahkan hak-hak asasi manusia.
Menghadirkan tulisan-tulisan atau karya-karya lainnya mengenai pemikiran-pemikiran clan gagasan-gagasan kebangsaan yang demokratis; gagasan-gagasan Pancasila.
Peningkatan profesionalisme plus spiritualisme kristiani. Dengan demikian kebutuhan akan kesatuan Hierarki-Awam semakin diperlukan.
Tentang Kerasulan Awam
Masih subur sikap paternalistik baik di antara awam sendiri maupun di antara para imam serta biarawan, walaupun sering tidak dikatakan. Sikap ini muncul dengan lebih mempercayai dan menerima segala sesuatu yang dari imam saja. Awam lebih diterima sebagai orang yang memang awam dalam arti tidak tahu apa-apa daripada umat beriman yang mempunyai panggilan khusus atas dasar karya dan hidupnya dalam tata dunia.
Sikap minoritas yang selalu merasa orang Katolik itu sangat kecil maka mesti menerima saja apa adanya, karena bagaimanapun juga tidak akan dapat berbuat apa-apa. Sikap ini membuat umat tidak mempunyai semangat untuk mengambil peran dalam masyarakat, bangsa dan negara sehingga sulit untuk dimotivasi agar bangkit menanggapi panggilannya sebagai awam secara penuh.
Katekese
Sebagai pewartaan iman dan pendidikan iman, mempunyai tugas untuk membantu dan membina umat beriman agar mampu menangkap dan menyadari sabda Allah di tengah-tengah masyarakat serta menanggapi sabda itu dengan melibatkan diri dalam usaha-usaha memperbarui dan menciptakan masyarakat yang semakin mendekati cita-cita Kerajaan Allah.
Option for the poor dan Pendidikan:
Sudah pudarlah semangat m tis clan membela prinsip-prinsip para misionaris dulu yang membawa Kabar Gembira Yesus di kalangan kaum dina lemah miskin. Sekolah Katolik sudah ditelan oleh mental komersial yang tidak berbeda dari sekolah-sekolah lain yang tidak menempatkan pendidikan moral dan etika di dalam program dasar mereka. “ Anak-anak kalangan bawah jangan mengharapkan pendidikan yang baik dari kami biarawan-biarawati dan lembaga pendidikan Katolik seumumnya yang 'bermutu', karena kami hanya melayani pendidikan yang 'baik', artinya yang identik dengan mahal; sedangkan kalian toh tidak akan mungkin membayar mahal.
Selain itu soal-soal prinsip-prinsip serta filsafat dasar pengajaran dan pendidikan, atau yang disebut masalah hidden curriculum (kurikulum terselubung) hampir tak pernah lagi diperbincangkan yayasan maupun lembaga-lembaga litbang (seandainya ada) Katolik secara kritis karena yang diburu hanya pujian dari pemerintah kalangan masyarakat the haves dalam kerangka komersialisasi. Kini sekolah-sekolah negeri sudah banyak yang berkualitas tinggi, tidak kalah bahkan sering mengalahkan sekolah Katolik dalam hal modal fisik dan pembiayaan. Segi pendidikan moral dan etika di sekolah-sekolah negeri, kita tahu, memang tidak banyak mendapat perhatian, akan tetapi hal ini tidak dapat katakan dari sekolah-sekolah Islam yang sungguh bermutu dan sekaligus mendidik moral dan etika para muridnya. Dengan kata lain, sekolah-sekolah Katolik sudah tidak dapat lagi membanggakan diri serba satu-satunya sekolah yang bermutu dan yang dicari oleh orang-orang tua elite.

V Simpul Kata
Reformasi yang dimulai Luther dapat dipandang juga sebagai berkah, semacam obat pahit yang menyehatkan. Dalam tingkat lembaga gereja Katolik sudah membenahi diri. Konsili Trente dibuka kurang dari 20 tahun sejak Luther mengobarkan revolusinya. Dan yang tidak tertandingi kaum Protestan digulirkan lewat Konsili Vatikan ½ abad kemudian. Namun demikian setelah lebih dari 30 tahun dapat ditanyakan apakah semangat Vatikan II telah sungguh kita hayati ? Kita juga perlu menggalakan semangat bekerja dengan dengan sesama saudara Kristen. Kita layak meminjam dari mereka hal-hal seperti awamisasi dan kecintaan yang dalam akan Kitab Suci (dibaca, direnungkan dan dipraktekan – 3D)
AMDG
Balikpapan 3 Desember 2006

Bacaan
1. Eddy Kristiyanto OFM, Reformasi dari Dalam, Kanisius 2004
2. Drs WL Helwig, Sejarah Gereja Kristus Jilid 2 dan 3, Kanisius, 1992
3. Pdt Dr Jan S Aritonang, Berbagai aliran di dalam dan disekitar Gereja, BPK, 2001
4. Edit Simon, Zaman Reformasi, Pustaka Time-life, 1966
5. Gereja Indonesia Pasca Vatikan II, Kanisius 1997